Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

1. Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Petunjuk Al Qur'an atas filsafat

Part I: Filsafat

Nama Lengkap:

Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Filsafat dan Logika Al Qur'an: Part I: Filsafat
Solution Namespace: Moslem Interextrasystems: Strategi & Taktik
Projects: Strategi_dan_Taktik:



1. Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Filsafat dan Logika Al Qur'an:
    Part I: Filsafat (artikel ini)
    Part II: Filsafat Islam (akan datang, Insya Allah)
    Part III: Logika Al Qur'an (akan datang, Insya Allah)
2. MIE: ST II: Satu Tradisi: Manhaj atas Sunnah Rasulullah SAW (akan datang, Insya Allah)
3. MIE: ST III: Siyasah Islamiyah: Siyasah Rasulullah SAW (akan datang, Insya Allah)
4. MIE: ST IV: Bilaad (Negeri-negeri): Baldatun Thayyibah wa Rabbun Ghafur (akan datang, Insya Allah)

Tujuan Utama

1. Memperkokoh keimanan terhadap Allah SWT dan kecintaan terhadap Rasul-Nya
2. Memahami Al Qur'an sesuai petunjuk Rasulullah SAW
3. Menjauhkan diri dari kesalahan memahami Al Qur'an

Tujuan Strategis

1. Melatih sikap kritis
2. Melatih sikap logis dan rasional dalam beropini dan berargumentasi
  • Menjauhkan diri dari kekalahan berpendapat padahal apa yang dikemukakan adalah sesuatu yang benar dan didukung oleh Al Qur'an
  • Mengembangkan kepribadian dan keahlian yang dapat memiliki pedoman yang kuat dan lurus dalam menghadapi setiap tantangan jaman di bidang agama, estetika, sosial, dan politik.
  • Memperbaiki dan meluruskan pola berfikir salah yang selama ini dianut umat
3. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan yang membawa rahmat
4. Membiasakan cara berfikir cermat dan tidak kenal lelah
    Memiliki daya nalar agar kuat dan lurus dengan berpegangan pada pola-pola makna ayat-ayat Al Qur'an


Peta Filsafat

I. Metafisika, Epistemologi, Logika, Aksiologi
II. Etika, Filsafat Pikiran, Filsafat Ilmu, Filsafat Bahasa
III. Estetika, Filsafat Agama, Filsafat Sosial, Filsafat Politik


Ciri-ciri Berfikir Filsafat

Radikal; sampai ke akar persoalan
Kritis; tanggap thd persoalan yg berkembang
Rasional; sejauh dpt dijangkau akal manusia
Reflektif; mencerminkan pengalaman pribadi
Konseptual; hasil konstruksi pemikiran
Koheren; runtut, berurutan
Konsisten; berpikir lurus/tdk berlawanan
Sistematis; saling berkaitan
Metodis; ada cara utk memperoleh kebenaran
Komprehensif; menyeluruh
Bebas & bertanggungjawab


Perkembangan Cabang Filsafat
I. Cabang Utama

1. Metafisika
2. Epistemologi
3. Aksiologi
4. Logika
5. Etika
6. Estetika
7. Filsafat Manusia


II. Cabang Khusus

1. Filsafat Ketuhanan
2. Filsafat Sejarah
3. Filsafat Ilmu
4. Filsafat Politik & Ideologi
5. Filsafat Hukum
6. Filsafat Bahasa
7. Filsafat Komunikasi


Hubungan antara Filsafat dan Ideologi

Gagasan + Nilai + Mitos + Realitas --> Filsafat dan Ideologi


Perbedaan antara Filsafat dan Ideologi
Filsafat

1. Sistem berfikir
2. Berawal dari ragu
3. Landasan: logika
3. Tujuan: wisdom
4. Individual

Ideologi

1. Sistem kepercayaan
2. Berawal dari yakin
3. Landasan: mitos
4. Tujuan: kesejahteraan kelompok
5. Kolektif

Dimensi-dimensi Filsafat, Ideologi, dan Agama

1. Filsafat --> Dimensi kritis: pemikiran individual
2. Ideologi --> Dimensi mitos: pemikiran kolektif atau bangsa
3. Agama --> Dimensi keyakinan: Eskatologis

Manfaat Filsafat

1. Membiasakan diri utk bersikap kritis
2. Membiasakan diri utk bersikap logis-rasional --> Opini & argumentasi
3. Mengembangkan semangat toleransi dlm perbedaan pandangan (pluralitas)
4. Mengajarkan cara berpikir yg cermat dan tdk kenal lelah


Manfaat Ideologi

1. Orientasi bernegara lebih jelas
2. Aspirasi politik
3. Memahami bentuk negara ideal
4. Memahami kepemimpinan ideal


Manfaat Filsafat Agama

1. Mengajarkan cara berpikir kritis, shg tdk terjebak ke dlm sifat taqlid
2. Akal terdiri atas 3 bag: ma’rifatullah, tha’atullah, shobru an-ma’siyatullah
3. Dinamika khdpn terus berkembang, shg diperlukan penggunaan akal yg proporsional
4. Membuka wawasan berpikir menuju ke arah verstehen(penghayatan).
5. Akal mrpkn salah satu sarana utk memahami kekuasaan Allah (‘Ulil albaab). Ali-Imron: 190


Part II: Filsafat Islam

Nama Lengkap:
Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Filsafat dan Logika Al Qur'an: Part II: Filsafat Islam
Solution Namespace: Moslem Interextrasystems: Strategi & Taktik
Projects: Strategi_dan_Taktik:

1. Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Filsafat dan Logika Al Qur'an:

Part I: Filsafat (artikel sebelumnya)

Part II: Filsafat Islam (artikel ini)

Part III: Logika Al Qur'an (akan datang, Insya Allah)

2. MIE: ST II: Satu Tradisi: Manhaj atas Sunnah Rasulullah SAW (akan datang, Insya Allah)

3. MIE: ST III: Siyasah Islamiyah: Siyasah Rasulullah SAW (akan datang, Insya Allah)

4. MIE: ST IV: Bilaad (Negeri-negeri): Baldatun Thayyibah wa Rabbun Ghafur (akan datang, Insya Allah)


Tujuan Utama


Tujuan Strategis


Pengetian "Filsafat"
Dari segi bahasa, filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu gabungan dari kata Philo yang artinya Cinta, dan Sofia yang artinya kebijaksanaan, atau pengetahuan yang mendalam. Jadi dilihat dari akar katanya, Filsafat mengandung arti ingin tahu dengan mendalam atau cinta kepada kebijaksanaan.

Adapun pengertian filsafat dari segi istilah para ahli, adalah berpikir secara sistematis, radikal dan universal, untuk mengetahui tentang hakikat segala sesuatu yang ada, seperti hakikat alam, hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat ilmu, hakikat pendidikan dan seterusnya. Dengan demikian muncullah apa yang disebut dengan filsafat alam, filsafat manusia, filsafat ilmu dan lain sebagainya.

Dalam hal ini perlu juga dijelaskan tentang ciri-ciri berpikir yang philosophis. Yaitu :

* Pertama harus bersifat sistematis. Maksudnya bahwa pemikiran tersebut harus lurus, tidak melompat-lompat sehingga kesimpulan yang dihasilkan oleh pemikiran tersebut benar-benar dapat dimengerti.
* Kedua harus bersifat radikal , maksudnya harus sampai ke akar-akarnya, sehingga tidak ada lagi yang tersisa untuk dipikirkan.
* Ketiga harus bersifat universal, yaitu menyeluruh, melihat hakikat sesuatu dari hubungannya dengan yang lain, dan tidak dibatasi untuk kurun waktu tertentu.


Pengertian "Islam"

Adapun pengertian Islam, dari segi bahasa dapat diartikan selamat sentosa, berserah diri, patuh, tunduk dan taat. Seseorang yang bersikap demikian disebut muslim, yaitu orang yang telah menyatakan dirinya ta’at, menyerahkan diri, patuh, dan tunduk kepada Allah SWT.

Selanjutnya pengertian Islam dari segi istilah adalah agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai rasul. Ajaran-ajaran Islam tersebut selanjutnya terkandung dalam Al Qur’an dan As Sunnah.

Dari pengertian filsafat dan Islam sebagaimana diuraikan diatas, kita dapat berkata bahwa filsafat Islam, adalah berfikir secara sistematis, radikal dan universal tentang hakikat segala sesuatu berdasarkan ajaran Islam. Singkatnya Filsafat Islam itu dalah Filsafat yang berorientasi pada Al Qur’an, mencari jawaban mengenai masalah-masalah asasi berdasarkan wahyu Allah.

Jadi ciri utama kegiatan Filsafat Islam adalah berpikir tentang segala sesuatu sejalan dengan semangat Islam. Dengan berfilsafat, seseorang akan memiliki wawasan yang luas tentang segala sesuatu, dapat berpikir teratur, tidak cepat puas dalam penemuan sesuatu, selalu bertanya dan bertanya, saling menghargai pendapat orang lain.

http://annilasyiva.multiply.com/journal/item/57



Part III: Logika Al Qur'an

"Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah, 'Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya.'" (Q.S. Al Baqarah / Sapi Betina / 2: 219)

Logika Al Qur'an --> dar'il mafaasid muqaddamun 'ala jalbil mashaalih (aw jalbul mafaasid awla min dar'il mahasin, yang berarti membuang keburukan dari sesuatu yang sudah ada itu lebih didahulukan dari mengharapkan kebaikan/manfaat pada sesuatu yang belum ada)


Part IV: Ghazwul fikri: Lai = lal

Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Filsafat dan Logika Al Qur'an: Part IV: Ghazwul fikri: Logika anti iman = logika anti logika

Jadi cakupan objek logika (saja) secara sah adalah berada di bawah cakupan objek logika + iman, karena logika (saja) tidak memiliki variabel tambahan (yakni iman) yg seharusnya ada untuk mengakomodir kemungkinan adanya kecacatan logika itu sendiri. Kata sempurna tidak berlaku dalam logika karena kesempurnaan harus mencakupi semua hal yg ada sedangkan logika yang merupakan bagian dari filsafat harus taat asas terutama pada tiga prinsip filsafat dasarnya.

Inilah perbedaan filsafat (dan logika) non islam dan Islam. Di mana filsafat lain bersusah payah mencari Tuhan, sedangkan dalam filsafat Islam yang Tauhid, Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Penyayang sudah ditemukan.


Ghazwul Fikri

Ghazwul fikri berasal dari kata ghazw dan al-fikr, yang secara harfiah dapat diartikan "Perang Pemikiran". Yang dimaksud ialah upaya-upaya gencar pihak musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala untuk meracuni pikiran umat Islam agar umat Islam jauh dari Islam, lalu akhirnya membenci Islam, dan pada tingkat akhir Islam diharapkan habis sampai ke akar-akarnya. Upaya ini telah berlangsung sejak lama dan terus berlanjut hingga kini.

Ghazwul fikri dimulai ketika kaum salib dikalahkan dalam sembilan kali peperangan besar. Kemenangan kaum muslimin tersebut sangat spektakuler, sebab pasukan muslim yang diterjunkan dalam pertempuran berjumlah sedikit. Pasukan Khalid bin Walid, misalnya pernah berperang dengan jumlah tentara sekitar 3000 personil, sedangkan pasukan Romawi yang dihadapi berjumlah 100.000 personil, hampir 1 berbanding 35. Allah memenangkan kaum muslimin dalam pertempuran tersebut. Kekalahan demi kekalahan itu akhirnya menyebabkan kaum salib menciptakan taktik baru. Di bawah pimpinan Raja Louis XI, taktik baru tersebut dilancarkan. Caranya bukan lagi berupa penyerangan fisik, tetapi musuh-musuh Allah itu mengirimkan putera-putera terbaik mereka ke kota Makkah untuk mempelajari Islam. Niat atau motivasi mereka tentu bukan untuk mengamalkan, melainkan untuk menghancurkannya. Pembelajaran dengan niat jahat itu ternyata berhasil. Tafsir dikuasai, hadist dimengerti, khazanah ilmu Islam digali. Setelah sampai ke tahap dan tingkat ahli, para pembelajar Islam dari kaum Salib ini kembali ke Eropa, lalu membentuk semacam Research and Development (Penelitian dan Pengembangan) untuk mengetahui kelemahan umat Islam agar dapat mereka kuasai.

Kesungguhan mereka dalam mempelajari Islam tersebut memang luar biasa. Sampai dalam sejarah diungkapkan kisah seorang pembelajar Islam dari kaum salib yang rela meninggalkan anak istrinya hanya untuk berkeliling ke negeri-negeri Islam guna mencari kelemahan negeri-negeri Islam itu. Di antara pernyataan mereka ialah, "Percuma kita berperang melawan umat Islam selama mereka berpegang teguh pada agama mereka. Jika komitmen mereka terhadap agama mereka kuat, kita tidak dapat berbuat apa-apa. Oleh karena itu, tugas kita sebetulnya adalah menjauhkan umat Islam dari agama mereka, barulah kita mudah mengalahkan mereka.” Gleed Stones, mantan perdana menteri Inggris, juga mengatakan hal yang sama, "Percuma memerangi umat Islam, kita tidak akan mampu menguasainya selama di dada pemuda-pemuda Islam al-Qur'an masih bergelora. Tugas kita kini adalah mencabut al-Qur'an hati mereka, baru kita akan menang dan menguasai mereka.”

Dalam konteks ini, al-Qur'an mengatakan, artinya, "Sesungguhnya setan bagi kamu merupakan musuh, maka perlakukanlah ia sebagai musuh. Sesungguhnya setan itu mengajak hizb (golongan) nya agar mereka menjadi penghuni neraka." (QS.Faathir : 6).

Setan yang merupakan musuh umat Islam itu, menurut ayat 112 surat al-An'aam bukan hanya dari kalangan jin dan Iblis saja, tetapi juga dari kalangan manusia. Setan-setan manusia itu dahulu menghina dan memojokkan serta melecehkan Islam melalui lisan mereka dengan cara sederhana tanpa dukungan hasil teknologi canggih. Tetapi kini, penghinaan dan pemojokan serta pelecehan itu dilakukan dengan pers yang mempergunakan sarana modern yang super canggih. Di sisi lain, musuh-musuh Islam berupa setan manusia itu hebat dan licik. Struktur-struktur dan lembaga-lembaga Internasional, baik politik, mau pun ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, militer dan bidang-bidang penting lainnya hampir seluruhnya berada dalam genggaman mereka. Makanya perputaran roda organisasi dan lembaga-lembaga dunia itu sepenuhnya dapat mereka kendalikan secara sangat sistematis dan akurat tanpa disadari oleh mayoritas umat Islam, yang sebagiannya masih sangat lugu dan belum tersentuh oleh da'wah. Dalam bidang komunikasi, khususnya pers, misalnya, hampir seluruh sumber berita berada dalam 'tangan' mereka, baik yang berskala internasional maupun nasional.

Maka tak dapat dibantah bahwa media massa yang didominasi atau dikuasai oleh kalangan yang anti Islam, yang melihat Islam sebagai ancaman bagi kepentingan politik dan ekonomi mereka, missi yang mereka emban tentu merugikan dan memojok kan Islam. Misalnya berupaya agar masyarakat dunia (terutama kalangan elitnya) membenci Islam dan menjauhinya, serta menanamkan keraguan dalam dada kaum muslimin akan kebenaran dan urgensi Islam di dalam hidup.

Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa di kalangan umat Islam, penguasaan terhadap ilmu komunikasi dan jurnalistik hingga saat ini masih jauh dari memadai. 'Ulama dan orang-orang yang betul betul faham akan Islam secara benar dan kaffah, pada umumnya jarang yang menjadi jurnalis atau penulis. Apa lagi menerbitkan koran atau majalah yang benar-benar membawa misi dakwah dan perjuangan Islam. Sebaliknya wartawan dan penulis yang beragama Islam, termasuk yang berkaliber internasional yang mempunyai semangat sekali pun, banyak yang belum atau tidak memahami Islam secara benar dan kaaffah (totalitas). Artinya, upaya umat Islam meng-counter serangan musuh-musuh Allah itu nyaris tak ada.

Di sisi lain, pers yang diterbitkan orang Islam banyak yang tidak memperjuangkan dan membela Islam, bahkan terkadang menurunkan berita yang memojokkan Islam. Sebab masih tergantung kepada kantor-kantor berita barat/kafir, yang memang selalu memburu berita yang sifatnya merugikan Islam. Padahal berita dari mereka menurut cara yang islami, harus terlebih dahulu ditabayyun (diseleksi), kalau tidak, bisa berbahaya bagi umat Islam. Namun untuk melakukan tabayyun, diperlukan pemahaman Islam yang benar dan universal serta penguasaan jurnalistik yang akurat dengan peralatan canggih. Sementara terhadap kedua hal itu para penulis Muslim belum betul-betul menguasainya secara baik. Ini salah satu di antara kelemahan-kelemahan dan keterbelakangan kita, umat Islam.

Al-Qur'an memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman ’alaihis salam pernah menda'wahi ratu negeri Saba' melalui tulisan (berupa sepucuk surat khusus), yang akhirnya ternyata berhasil gemilang dengan masuk Islamnya sang ratu. Kalau korespondensi da'wah sederhana antara Nabi Sulaiman 'alaihis salam dengan ratu Saba' ini boleh dikatakan termasuk bagian dari pers secara sederhana, maka pers dalam arti yang sempit berarti telah eksis pada zaman Nabi-nabi dahulu. Bukan hanya Nabi Sulaiman ’alaihis salam, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam pun dalam menda'wahkan Islam kepada raja-raja dan para penguasa suatu negeri pada zamannya, di antaranya mempergunakan tulisan berupa surat yang sederhana, tanpa dukungan hasil teknologi canggih seperti yang dikenal dunia pers kini.

Dalam dunia modern kini, pers ternyata menempati posisi sangat penting, antara lain, dapat membentuk opini umat. Bahkan sering dikatakan bahwa siapa menguasai pers, berarti dapat menguasai dunia. Kalau yang menguasai pers itu orang mukmin, ...yang benar-benar faham akan dakwah dan memang merupakan Da'i (dalam arti luas), maka pers yang diterbitkannya tentu tidak akan menurunkan tulisan-tulisan yang merugikan Islam, memojokkan kaum Muslim atau menyakitkan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wassallam. Tetapi kenyataan membuktikan, di dunia ini, tak sedikit pers yang menurunkan aneka bentuk tulisan yang substansi isinya bukan hanya memojokkan Islam dan menyakitkan hati kaum mu'min serta melecehkan al-Qur'an, tetapi lebih lagi dari hanya sekedar itu. Dan keadaan bisa bertambah buruk lagi, kalau para pemimpin umat Islam bukannya memihak Islam, tetapi justru memihak dan membela musuh-musuh Allah subhanahu wata’ala. Na'udzu billaah min dzaalik!

Dahulu, para penjajah menyerang kaum Muslimin dengan senjata bom, meriam dan peluru, dan serangan itu hingga kini sebetulnya masih tetap berlangsung. Hanya yang dijadikan sasaran bukan lagi jasmani, tetapi aqidah ummat Islam. Salah satu tujuannya ialah bagaimana agar fikrah (ideologi) atau 'aqidah umat Islam rusak. Tujuan paling akhir ialah bagaimana agar Islam dan umat Islam berhasil dihabisi riwayatnya dari bumi Allah subhanahu wata’ala ini. Serangan inilah yang disebut ghazwul fikr. Dan senjata yang dipergunakan bukan lagi bom atau peluru tetapi surat kabar, majalah, radio, televisi dan media-media massa lainnya, baik cetak mau pun elektronik, baik yang sederhana, mau pun yang super canggih. Untuk mengantisipasi atau mengimbangi serbuan ghazwul fikr (perang ideologi) itu, umat Islam antara lain harus mempunyai pers yang tangguh, yang dikelola oleh para Ulama dan jurnalis Muslim yang betul-betul faham Islam secara benar; dengan peralatan dan sarana teknologi yang memadai dan mampu menampilkan tulisan dan berita yang benar serta baik secara menarik dan bijaksana.

Tulisan-tulisan yang diturunkan atau diproduksinya tentu harus menarik dan akurat bermisi Islam, agar dapat memberikan pemahaman tentang al-Islam yang benar kepada pembacanya, dan sekaligus diharapkan dapat meredam dan mengantisipasi serbuan pers sekuler,terutama yang tak henti-hentinya menyerang Islam dengan berbagai cara.

Satu hal lagi yang tidak boleh kita dilupakan adalah, munculnya musuh-musuh Islam dari dalam tubuh ummat Islam sendiri tanpa kita sadari. Misalnya adanya 'tokoh' Islam yang diberi predikat Kiyai Haji atau profesor doktor, yang konotasinya pembela Islam, sehingga dikira umat Islam, ia memang pembela Islam, padahal sebaliknya, termasuk dalam hal ini Jaringan Islam Liberal (JIL). Sebetulnya, ini merupakan cerita lama, sebab sejak zaman Nabi-nabi dahulu, selalu ada saja manusia-manusia yang mengaku Muslim, tetapi pada hakikatnya merongrong atau merusak bahkan menghancurkan Islam dari dalam. Kadang-kadang menimbulkan perpecahan di kalangan kaum Muslimin. Sebagian mereka mengaku beragama Islam, namun takut (phobi) kalau Islam berkembang dan eksis di muka bumi Allah subhanahu wata’ala yang fana ini. Kalau mereka menerbitkan buku, koran, majalah, tabloid dan sejenisnya, mereka takut menulis tentang Islam. Kalau pun toh menulis juga, isinya tentu dipoles, direkayasa sedemikian rupa, sehingga tidak mengungkapkan kenyataan yang harus diungkapkan, dan menyampai kan apa-apa yang seharusnya disampaikan. Na'udzu billaah min dzaalik! Mereka laksana musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan.

Mudah-mudahan Allah memberi kita kemampuan untuk menyeleksi bahan bacaan serta memilih media informasi yang kita dengar dan saksikan setiap hari. Dan yang tak kalah penting, semoga Allah subhanahu wata’ala menjadikan hati kita cinta terhadap Islam dan selalu menda'wahkan dan memperjuangkannya, sampai akhirnya Dia memanggil kita ke sisi-Nya selama-lamanya. Amin ya Rabbal ’alaimin (M.Hanafi Maksum)

http://www.facebook.com/l.php?u=http%3A%2F%2Fwww.alsofwah.or.id%2Findex.php%3Fpilih%3Dlihatannur%26id%3D290&h=389b3



Alat Penting Ghazwul Fikri

Kerusakan akhlak yang diakibatkan oleh berbagai program tayangan TV bukan isapan Jempol, Ghazwul Fikri adalah sebuah proyek besar musuh musuh Islam yang dilancarkan berbagai media TV. Berikut ini penjelasannya....

Realitas suguhan acara televisi di negeri ini nyaris semuanya melanggar syari'ah Islam. Begitu pendapat Abdurrahman Al-Mukaffi dalam bukunya Kategori Acara TV dan Media Cetak Haram di Indonesia. Celakanya, ummat yang mayoritas ini seolah tidak berdaya menghadapi sergapan ghazwul fikri (perang pemikiran) yang dilancarkan musuh-musuh Islam lewat 'kotak ajaib' itu.

Abdurrahman membuat 10 kategori acara televisi dan media cetak yang merupakan bagian dari strategi ghazwul fikri, dan karenanya haram ditonton oleh kaum Muslim:

  • Membius pandangan mata. Banyak disuguhkan wanita-wanita calon penghuni neraka dari kalangan artis dan pelacur. Mereka menjadikan ruang redaksi bagaikan rumah bordil yang menggelar zina mata massal.
  • Pameran aurat. Saluran televisi berlomba-lomba menyajikan artis-artis, baik dengan pakaian biasa, ketat, pakaian renang, sampai yang telanjang. Penonton diajak untuk tidak punya rasa malu, hilang iman, mengikuti panggilan nafsu, dan menghidupkan dunia mimpi.
  • Membudayakan ikhtilat. Sekumpulan laki-laki dan wanita yang bukan muhrim, biasa bergumul jadi satu tanpa batas. Tayangan semacam ini tak ubahnya membuka transaksi zina.
  • Membudayakan khalwat. Kisah-kisah percintaan bertebaran di berbagai acara.
  • Frekuensi suguhan kisah-kisah pacaran dan kencan makin melegitimasi budaya khalwat.
  • Membudayakan tabarruj. Banyak pelaku di layar kaca yang mempertontonkan bagian tubuhnya yang seharusnya ditutupi, untuk dinikmati para pemirsa.
  • Mengalunkan nyanyian dan musik setan. Televisi banyak menyiarkan bait syair lagu berupa mantera zina yang diiringi alunan alat musik setan.
  • Menyemarakkan zina. Sajian dari luar negeri maupun lokal yang banyak menyertakan adegan peluk, cium, dan ranjang membuktikan bahwa televisi adalah corong zina. Aksi zina yang menyeluruh, baik zina mata, telinga, hati, lidah, tangan, kaki, dan kemaluan.
  • Mempromosikan liwath (homoseksual). Para artis dan selebritis yang mengidap penyakit homoseks dijadikan contoh gaya hidup modern dan high class. Kaum homo makin bebas berkeliaran dengan berlindung di bawah payung hak asasi manusia.
  • Menebarkan syirik. Televisi banyak mengekspos praktik pedukunan, mistik, ramalan, dan sihir yang dapat menghancurkan aqidah ummat.
  • Tenggelam dalam laghwun. Acara-acara yang tak ada manfaatnya banyak disuguhkan untuk pemirsa, misalnya gunjingan tentang kehidupan pribadi selebriti dan humor berlebihan, sehingga lupa mengerjakan hal-hal yang justru penting seperti dzikir kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala.

Sbelumnya: http://ruh-islami.blogspot.com/2011/03/4moslem-global-intersystems-mis-global.html

Sesudahnya: http://ruh-islami.blogspot.com/2011/03/2-moslem-interextrasystems-st-ii-satu.html


    0 Komentar untuk "1. Moslem Interextrasystems: ST I: Satu Pemikiran: Petunjuk Al Qur'an atas filsafat"

    Back To Top