Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Muhammad dalam Kitab Suci Dunia
Pengarang, Kata Sambutan, Kata Pengantar, dan Kata Pendahuluan Buku Ini

Oleh: Maulana Abdul Haque Vidyarthi (1888 - 1978) 
TENTANG PENGARANG
KATA SAMBUTAN
KATA PENGANTAR
KATA PENDAHULUAN (BUKU INI)


TENTANG PENGARANG

MAULANA ABDUL HAQUE VIDYARTHI (1888 - 1978)

Hazrat Maulana Abdul Haque Vidyarthi dilahirkan dalam suatu keluarga Syaikh, di Hoshiarpur India pada tahun 1888. Setelah menyelesaikan studinya di High School, beliau bekerja di bengkel gerbong kereta-api di Lahore. Sebagai hasil mendapatkan ru'yah pada tahun 1907, Maulana Abdul Haque bergabung dengan Gerakan Ahmadiyah dan berbaiat kepada pendirinya, yakni Hazrat Mirza Ghulam Ahmad Sahib dari Qadian. Ayahnya, Syaikh Ghulam Muhammad juga seorang Ahmadi.

Ketika Ahmadiyyah Anjuman Isha'at-i-Islam, Lahore dibentuk pada tahun 1914, Maulana Abdul Haque meninggalkan pekerjaannya di Railway Workshop, dan dipekerjakan sebagai pegawai kelas dua di kantor Anjuman. Isha'at-i-Islam College didirikan pada bulan November 1914. Beliau pun meninggalkan kepegawaian nya serta bergabung dalam College yang merupakan kursus ekstensif selama setahun untuk persiapan sebagai muballigh.

Ini adalah suatu pesantren dimana dalam kurikulumnya termasuk tafsir dengan penjelasan kritis, Quran, Hadist, hukum Islam dan Fiqh, serta Sejarah Islam, perbandingan agama dengan penekanan kepada Kristen dan Arya Dharma, agama Hindu dan Sikh, bahasa Arab dan tata-bahasa dan sebagainya, serta tata-cara penelitian agama. Di sini para siswa biasa bekerja enambelas jam sehari. Hazrat Maulana Muhammad Ali Sahib penterjemah dan pentafsir Quran Suci yang termasyhur serta pengarang buku terkenal "The Religion of Islam", Akbar Shah Najibabadi pengarang "The History of Islam", Maulvi Fazal Ilahi seorang sarjana tata-bahasa Arab serta seorang muallaf dari agama Kristen, Maulvi Mubarak Ali Sialkoti seorang ahli dalam ilmu Hadist, adalah guru-gurunya.

Karena hati Maulana Abdul Haque Vidyarthi sudah terpaut dalam studi keagamaan, maka beliau sangat unggul dalam karya riset. Guru-gurunya (di sini setiap orang adalah ahli dalam bidang disiplin ilmunya) begitu sangat terkesan, sehingga beliau diminta untuk mengkhususkan diri dalam perbandingan agama serta memberinya bea-siswa untuk belajar bahasa Sanskerta, yakni bahasa yang digunakan dalam kitab Weda.

Setelah belajar dua tahun terus-menerus dalam bahasa Sanskerta, beliau menjadi seorang ahli ulung bahasa Weda dan sukses berdebat dengan ulama Arya dan Hindu lainnya yakni para kontestan dalam pendebatan para sarjana. Beliau kemudian menterjemahkan Yajurweda dalam bahasa Urdu. Beliau pun menulis buku berbahasa Urdu berjudul Aina-e-Haqq Numa (Satu cermin yang memantulkan Kebenaran) sebagai jawaban atas buku Satyarth Prakash dari Swami Dayanand Sarasvati. Dalam buku ini Maulana kita tidak saja sukses dalam menangkis semua tuduhan palsu terhadap Islam dan Nabi Suci Muhammad s.a.w. yang dilancarkan oleh Swami Dayanand Saraswati dalam Satyarth Prakash, tetapi juga menunjukkan kelemahan serta kenaifan dari ajaran Weda. Beliau juga menulis sebuah buku berjudul "Vedonka Bahisht" (Surga Weda).

Maulana Abdul Haque telah menyumbangkan pengabdiannya yang berharga dalam menahan dan menangkis serangan yang tidak efektif dari Gerakan Shuddi yang dilancarkan oleh Hindu fanatik di bawah pimpinan Swami Shrad danand. Pengabdian yang diberikan Maulana dalam perkara ini telah diakui oleh kaum Muslim India dan Ulama mereka yang terkemuka, seperti Maulana Saeed Ahmad, Mufti Kifayatullah dan lain-lainnya dengan meminta nasihatnya dalam debat agama dengan para Pandit dari Arya Samaj. Pada suatu waktu Darul Ulum Deoband memohon kepada Ahmadiyya Anjuman Isha'at-i-Islam Lahore untuk meminjamkan jasa Maulana Abdul Haque Vidyarthi, guna mengajar perbandingan agama di Darul Ulum Deoband. Karena Maulana adalah pengajar utama dari Isha'at-i-Islam College, maka jasanya tak bisa dipinjamkan. Namun, tawaran diberikan agar para mahasiswa yang telah diajarnya di Isha'at-i-Islam College di kirim ke sana, tetapi tawaran ini ditolak oleh mereka yang menjadi pengurus Deoband.

Maulana telah belajar bahasa Arab dan Persia sebagai mahasiswa dari Isha'at-i-Islam College di Lahore. Rupanya kehausan untuk mencari ilmu dan mempelajari pelbagai bahasa untuk penelitian dalam menemukan KEBENARAN dalam ajaran agama tidak ada puasnya. Setelah mempelajari bahasa Sanskerta dan telah menguasai Kitab Weda, beliau mempelajari bahasa Ibrani, Yunani, Pali, Aramaik, Syria, Inggris dan bahkan bahasa gambar dari Mesir kuno guna melengkapi dirinya dalam mempelajari agama-agama dunia. Sebagai hasil dari penelitian ini beliau menerbitkan "Mithaq an Nabiyyin" (Janji para Nabi) dalam bahasa Urdu pada tahun 1937.

Tak seorangpun dalam kurun sejarah Islam selama 1400 tahun yang telah mencoba untuk mempelajari agama-agama dunia secara rinci untuk menguji kebenaran dari satu ayat dalam Quran Suci yang menyatakan bahwa suatu perjanjian telah diadakan Allah dengan para Nabi untuk membenarkan kedatangan Nabi yang terakhir, yakni Nabi Suci Muhammad s.a.w. Dalam buku ini, Maulana telah menunjukkan nubuat kedatangan Nabi Suci Muhammad s.a.w. dari Kitab-kitab Suci dan buku-buku agama serta Tradisi dari agama Majusi, Hindu, Buddha dan kepustakaan Alkitab. Buku ini diterjemahkan ke bahasa Arab dan diterbitkan dari Mesir.

Hazrat Maulana Abdul Haque Vidyarthi memiliki pengamatan mendalam terhadap segala agama dunia dan khususnya Quran Suci. Ratusan makalahnya dalam bahasa Urdu, yang menerangkan pelbagai ayat Quran Suci telah diterbitkan dalam majalah Paigham-e-Sulah, mingguan dari Ahmadiyyah Anjuman Isha'at-i-Islam Lahore. Cucu beliau yakni Dr. Zahid Azis sekarang sedang mengumpulkan makalah ini dan koleksi semacam itu yang diberi nama "Ma'ariful Haqq" telah diterbitkan oleh Darul Isha'at Kutub-e-Islamia Bombay. Sebagai tambahan dari yang kami terangkan di atas beliau juga menulis "Surguzisht-e-Ved" (Sejarah Kitab Weda), Wiladat-e-Masih (Kelahiran Yesus) dan Haboot-e-Adam (Kejatuhan Adam).

Hazrat Maulana Abdul Haque Vidyarthi adalah seorang wali dan Mulhim Billah. Beliau diberi-tahu Allah bahwa kematiannya akan terjadi pada hari Idul Adha. Setelah suatu masa yang brilian, penuh sukses dan masa-masa yang berharga sepanjang enampuluh-lima tahun pengabdiannya yang unik kepada Islam dan kemanusiaan dalam bidang penelitian agama-agama dunia, beliau pun wafat dalam usia sembilan-puluh tahun pada hari Idul Adha tahun 1978. Inna lillahi wa inna ilahi Raji'un. Semoga Allah mengistirahatkan ruhnya di Jannatul Firdaus dan Kedamaian Abadi.

Amien!



KATA SAMBUTAN

Oleh: Mirza Masum Beg.1

Muhammad dalam Kitab Suci Dunia adalah judul buku yang mengagumkan dari Maulana Abdul Haque Vidiarthy, Lahore. Dalam buku ini pengarang dengan cendekia, setelah mengadakan penelitian yang tekun selama lebih dari setengah abad, dan telah mengumpulkan bukti-bukti dari kitab-kitab suci bermacam agama, serta nubuat mengenai kedatangan dari Nabi Suci Muhammad s.a.w.

Maulana Abdul Haque Vidyarthi adalah cendekiawan peneliti terkemuka yang sangat mendalam dalam abad modern di lingkup agama, dan beliau pembaca teliti kitab klasik dalam bahasa Sanskerta, Ibrani, Arab, dan lain sebagainya, mengajar dan menyiarkan Islam sepanjang hidupnya, menimbulkan kegelisahan dan kegentaran melalui hujjahnya yang tak terkalahkan di kalangan pemikir pengajar Arya serta pendeta Kristen dalam debat publik. 

Untuk menaksir pengetahuannya yang sangat luas dalam pelajaran Weda, dapat kita ingat kembali di saat jalan buntu terjadi antara para pendeta Arya Samaj dengan Sanatan Dharma Hindu mengenai penafsiran suatu mantra Weda. Kedua golongan itu mendatangi Maulana untuk mengambil keputusan atas perselisihan mereka itu, dan menyerahkan kepada putusannya, yang pasti selalu ditunjang dengan alasan-alasan yang kuat.

Mithaq an-Nabiyyin

Muhammad dalam Kitab-kitab Suci Dunia adalah penggelaran yang sangat tajam dari ayat Quran berkenaan dengan Mithaq an-Nabiyyin (Perjanjian para Nabi), buku yang serupa ini, bisa dicatat dengan pasti, tidak pernah ditulis orang sepanjang empat­belas abad. Ayat suci ini terbaca sebagai berikut:


وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ   


“Dan tatkala Allah membuat perjanjian melalui para Nabi: Sesungguhnya apa yang Kami berikan kepada kamu berupa Kitab dan kebijaksanaan -­lalu Utusan datang kepada kamu, membenarkan apa yang ada pada kamu, seharusnya kamu beriman kepadanya dan membantu dia. Ia berfirman: Apakah kamu membenarkan dan menerima perjanjian-Ku dalam (perkara) ini? Mereka berkata: Kami membenarkan. Ia berfirman: Maka saksikanlah dan Aku pun golongan yang menyaksikan bersama kamu. (QS. 3:81).

Allah Ta'ala, dalam ayat ini, telah membuat gambaran dan melukiskan suatu adegan dari dunia ruhani, di mana Dia telah memberikan kabar suka atas kedatangan Nabi-Dunia, Guru terbesar kemanusiaan, dan telah meminta janji dari segala bangsa dengan perantaraan para nabi mereka yang terpilih bahwa mereka harus menerima beliau dengan tangan terbuka bila beliau muncul di pentas sejarah. 

Dikatakan kepada mereka, bahwa gambaran yang menonjol dari Nabi besar itu, yakni: bila setiap Nabi terdahulu itu akan memberikan kepada umatnya kabar gembira akan kedatangannya, maka pada fihak lain, nabi besar itu, akan membenarkan ketulusan dari semua nabi yang telah berlalu, dan membuatnya sebagai doktrin utama keimanan agar para pengikutnya beriman kepada mereka.


Nabi dari Arabia

Sejarah dunia mengungkap dengan jelas bahwa ada seorang Nabi yang dimaksudkan, dan hanya beliau seorang yang memberikan jawaban lengkap atas gambaran ini - yakni tentang Nabi Suci Muhammad. Quran Suci penuh dengan ayat-ayat yang menekankan keimanan kepada semua nabi di dunia, dengan tidak memandang kelas, warna kulit atau pun iklim. Sebaliknya, Yesus Kristus diriwayatkan telah berkata :

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Akulah pintu ke domba-domba itu. Semua orang yang datang sebelum Aku, adalah pencuri dan perampok" (Yohanes 10:7-8).

Musa, Daud, Sulaiman, Isaiah, Jeremiah, Daniel, Zakaria ­dengan menyebut beberapa nama nabi yang berasal dari kaumnya sendiri, yakni Bani Israil - apakah mereka semuanya itu pencuri dan perampok?


Keping-keping kebenaran

Dengan mengabaikan kenyataan yang dimiliki oleh kitab-kitab suci purba, yang dengan berlalunya waktu telah menderita pencemaran di tangan penjaganya, toh keping-keping kebenaran masih terdapat di dalamnya. Adalah kewajiban kaum Muslim untuk menata penelitian ke dalam kitab-kitab suci kuno, dan menyelidiki nubuat yang menyangkut kedatangan Nabi besar Muhammad, dan mengajak segala bangsa di dunia agar menerima dan mengimaninya. 

Tetapi sungguh sangat disayangkan bahwa mereka tidak punya minat dalam perkara yang sangat penting dan paling unggul ini. Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada Maulana Abdul Haque Vidyarthi, yang pergi berkeliling dunia dalam tiga saat berbeda-beda, mengunjungi perpustakaan besar di Amerika Serikat, Inggris, Belanda dan negara-negara lain, serta meneliti dengan cermat kitab-kitab suci dari bermacam-macam agama, dan mengumpulkan nubuat ini, serta menerbitkannya dalam bukunya yang luar-biasa Muhammad in World Scriptures. 

Beliau telah mempelajari secara intensif Weda dan Sastra Hindu yang lain-lain dari India, Zend Avesta dan Dasatir dari Persia, kitab-kitab suci purba dari Mesir dan Babylonia, buku-buku agama Buddha, dan manuskrip kuno dari Bibel, dan telah mengutip dalam bukunya faksimili dari text aslinya dalam bahasa Sansekerta, Ibrani, Yunani serta bahasa-bahasa lainnya, yang memberikan kabar gembira atas datangnya Nabi-Dunia dari Arabia yang agung.


OM dari agama Hindu

Sungguh menarik melihat betapa pengarang yang cerdas ini menganalisa setiap ramalan dan mengangkatnya sebagai Nabi Suci dengan suatu cara yang ajaib. Saya sungguh terpikat dengan keajaiban yang menggembirakan ketika membaca tafsir Maulana atas formula penting dalam agama Hindu yakni OM.

Ada, dalam bahasa-bahasa lain, singkatan sebagaimana dalam bahasa Arab. Quran Suci telah menggunakan duapuluh-sembilan singkatan semacam ini, alif, lam, mim adalah satu dari antaranya. Tetapi sayangnya ulama yang setengah matang mengajarkan secara salah ke dunia ini bahwa singkatan itu adalah suatu teka­teki dan tak boleh diuraikan, sehingga meninggalkannya tanpa terjemahan. Kaum Arya Samaj menangkap kesempatan ini dan melancarkan serangan bahwa ini adalah bentuk distorsi dari agama Hindu OM. Para ulama dipermalukan dan bungkam oleh pernyataan mereka sendiri yang mengada-ada, maka mulut mereka sendiri yang disegel. 

Adalah Maulana Abdul Haque Vidyarthi yang maju ke depan serta menyerang balik. Beliau berkata, mendebat ad homenem: jika alif, lam, mim itu bentuk distorsi dari OM, marilah kita cari dan lihat apa sebetulnya OM itu dan apa arti pentingnya? Maulana kemudian melanjutkan menganalisa OM ke dalam komponen yang menjadi bagian­bagiannya, dan lho, dari situ muncul suatu nubuat yang meramalkan kedatangan Nabi Suci Muhammad.


Bhavishya Purana

Umat Hindu cenderung mnganggap kaum Muslim sebagai umat yang kelasnya lebih rendah. Tetapi Kitab-kitab Suci mereka, Weda dan Purana, berbicara tentang Nabi Islam dan para pengikutnya dengan kata-kata yang penuh hormat dan tinggi. Cobalah buka Bhavishya Purana, yang dikumpulkan oleh peramal dan orang suci terkemuka Maha Rishi Vyasa. Suatu terjemahan bebas bahasa Inggris kita berikan di sini:

"Seorang guru ruhani akan datang dari negeri asing. Muhammad (Muhammad) adalah namanya. Raja, memandikan orang Arab yang ditemani malaikat ini dengan air suci dari Gangga dan lima cairan yang mensucikan (panchgavya), memujanya dengan penuh keimanan dan pengabdian, dan berkata: Saya membungkuk di hadapanmu, wahai Anda yang menjadi Kebanggaan dari Umat Manusia,(namaste girijanath), engkau yang penghuni gurun pasir (marusthalnivasnam), yang memberikan kekuatan yang banyak sekali untuk menyembelih Setan; yang telah dijaga dari musuh-musuhmu yang jahat. Wahai engkau manifestasi dari Dzat Yang Maha-unggul! terimalah saya sebagai hamba-sahayamu, sebagai seorang yang jatuh di telapak kakimu".2

Dalam ayat-ayat ini, Maha Rishi telah menggambarkan hal yang bukan suatu peristiwa nyata melainkan suatu rukyah di mana Tuhan Yang Maha-tinggi telah menunjuk kan kepadanya, ribuan tahun sebelumnya, dalam penghormatan kepada suatu peristiwa besar, yakni, datangnya Nabi-Dunia, Guru ruhani terbesar dari ras manusia.

Maha Rishi kemudian melanjutkan dengan menggambarkan secara tertulis para sahabat dari Guru besar ini. Dia menulis:
  1. Para pengikut Muhammad akan mengutamakan khitan (lingchhedi); memakai jenggot di dagu mereka (samashrudhari); tak ada kuncir di rambut mereka (shikhaheena); dan melakukan suatu revolusi yang luar biasa dalam dunia agama. 
  2. Keyakinan mereka bukanlah perkara yang disembunyikan, tetapi itu akan diserukan dengan keras (oonchalapi) dari menara setiap masjid. 
  3. Kecuali babi (vina keulam), mereka akan makan semua binatang lain yang tayib dan halal (sarvbhakshi). 
  4. Kaum Hindu menggunakan rumput (kusha) dalam kurban sebagai suatu faktor pensucian, tetapi orang-orang ini akan mensucikan diri mereka dengan sarana peperangan. 
  5. Mereka akan disebut Musalman (Musalwants), sebab mereka akan berperang melawan agama yang rusak dan tercemar (dharmdooshkah). 
  6. Dari Aku-lah agama orang-orang pemakan daging ini, yakni, ini akan merupakan suatu agama yang diilhamkan dari Tuhan. 

Kitab-kitab Suci lainnya

Dengan cara yang sama ajaibnya, pengarang yang cendekia ini telah mengkaitkan dan mendiskusikan nubuat yang tadinya kurang dianggap penting dari Kitab Weda agama Hindu, Zend Avesta dan Dasatir dari Persia, Kitab-kitab Suci agama Buddha serta Mesir Kuno, Perjanjian Lama dan Baru dari Bibel. Beliau telah menganalisa tiga ribu argumen yang tidak terbantah dan menandai bukti kebenaran Nabi Suci Muhammad serta risalah Ilahinya. Dalam satu kata, buku ini bisa disebut multum in parvo.

Setiap Muslim yang mendambakan dalam hatinya kecintaan serta penghormatan kepada Nabi Suci, dan setiap pencari kebenaran yang lain, hendaknya memiliki buku ini; dan setiap dermawan serta orang-orang yang berada, hendaknya demi kepentingan penyiaran Islam, menempatkan beberapa buku ini di setiap perpustakaan yang besar di dunia.


1. Mirza Masum Beg (wafat tahun 1969) adalah seorang penulis yang produktif dan indah dalam bahasa Inggris tentang Islam, studi perbandingan agama, dan Gerakan Ahmadiyah. Sepanjang tahun 1950-an beliau adalah editor dari jurnal mingguan Ahmadiyah Lahore "The Light".


2. Buku 3, bab 3, hymne 3, ayat 5 hingga 8



KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR UNTUK EDISI KEDUA.

Buku di tangan anda ini adalah yang sudah diterbitkan pertama-­tama dua puluh-empat tahun yang lalu sebagai suatu liturgi yang kurang memadai. Namun, buku ini segera memenangkan pengakuan dari dunia Muslim dan diakui sebagai suatu pencapaian yang besar. Secara berturut-turut dia diterjemahkan ke bahasa Parsi, dan muncul di "Din-o-Daanish". sebuah majalah dari Teheran, Iran, dan review menyeluruh atasnya muncul di harian 'Al-Hilal' dari Baghdad. 

Beberapa tahun yang lalu, ketika suatu delegasi Ulama dari Universitas Al-Azhar datang ke Lahore, buku ini diberikan kepada mereka. Mereka mengucapkan selamat kepada saya atas penelitian yang menakjubkan yang telah saya lakukan. Popularitas dan kemasyhuran buku ini mempengaruhi beberapa penerbit dan penulis yang tidak ber-etika untuk mereproduksinya tanpa seizin saya.

Buku ini juga secara kritis diulas oleh Harian Yahudi, Yishrael Messenger dari Hongkong dan Epiphany dari Calcutta dan saya menangkis keberatan mereka yang lemah dengan meyakinkan. Di samping menulis topik ini saya telah berkesempatan untuk melakukan perdebatan serta diskusi dengan para ahli dari setiap agama. 

Suatu perdebatan yang melelahkan tentang nubuat "Seorang yang terpuji, seorang pengendara unta" yang disebutkan dalam Atharwa Weda telah berlangsung di Diwan Hall, Delhi, dan cendekiawan pendeta Hindu, yang berbicara dari fihak yang berlawanan, tidak bisa mengingkari nubuatan tersebut, tetapi dengan kurang meyakinkan mencoba meminimalisir pentingnya hal itu dengan menghapusnya seolah itu suatu sisipan dalam Kitab Weda.

Duapuluh tahun lebih dari kehidupan saya telah berlalu dan selama masa ini, aliran waktu yang cepat mengalir telah mendorong saya mengarungi sampai pojok terjauh dari dunia ini. Saya berkesempatan untuk menjelajah British Museum, Library of London, dan perpustakaan Buddhist di Madras, Colombo dan Ceylon, serta perpustakaan Hyderabad Deccan, San Francisco, Philadelphia, dan New York. Saya juga mempelajari dengan teliti Kitab-kitab Suci aslinya. Tahun lalu saya yakin bahwa ini adalah subyek yang ruang-lingkupnya tak terbatas dan tak akan pernah bisa dijelajahi seluruhnya. 

Karena itu, saya memutuskan untuk menerbitkan penelitian saya. Edisi pertama terdiri hanya tigaratus halaman tetapi sekarang telah menjadi seribu lima-ratus halaman. Saya telah, dengan penuh kerendahan hati, mencoba mereguk sedalam-dalamnya dari mata-air ilmu pengetahuan ini dan menimba keluar kebenaran tersembunyi yang begitu indah dan bernilai jauh melebihi mutiara yang paling berharga.

Akhirnya saya mohon kepada para pembaca agar berdoa kepada Yang Maha-kuasa semoga Dia bisa membahagiakan hati para pencari kebenaran dari semua agama-agama begitu pula Saudara kami dalam Islam, kasih-sayang kepada "Rahmatan lil alamin" s.a.w.

Abdul Haque Vidyarthi

Muslim Town, Lahore

December 4, 1966.


KATA PENGANTAR UNTUK EDISI PERTAMA 1940

Muhammad in World Scriptures terbit pertama kali dalam bahasa Urdu empat tahun yang lalu. Sebagai buku pertama dari yang sejenis ini, yang berisi nubuatan tentang kedatangan Nabi Suci dalam bermacam-macam Kitab Suci di dunia ini, yang memberikan ramalan dalam kata-kata aslinya dari Kitab-kitab Suci tersebut, buku ini telah memperoleh sambutan yang hangat di tangan publik yang mengenal bahasa Urdu. 

Hal ini menimbulkan permintaan kepada kami dari banyak sahabat agar edisi bahasa Inggris untuk buku yang sama segera diterbitkan. Jilid yang hadir dalam bahasa Inggris ini adalah untuk permintaan yang mendesak itu. Untuk lingkungan tertentu yang di atas kemampuan saya, terjemahan tak dapat saya lakukan sebagaimana seharusnya. Begitu pula adanya salah cetak. Dengan semua kendala ini, adalah suatu anugerah yang patut dipujikan atas perhatian para pembaca. Ini adalah suatu penelitian besar dan sebisa-bisanya orisinal. 

Buku ini saya persembahkan sedemikian rupa ke hadapan para pembaca, dengan permohonan pada waktu yang sama semoga Tuhan mau membukakan hati kaum non-Muslim agar menerima kebesaran dari Nabi Suci.

Saya juga bisa tambahkan bahwa saya akan merasa sangat berterima-kasih atas setiap saran guna memperbaiki buku ini.

Abdul Haque Vidyarthi

Muslim Town, Lahore

09.10.1940



KATA PENDAHULUAN (BUKU INI)

Sebelum kedatangan Nabi Suci, orang-orang hanya mempercayai kebenaran atas nabinya serta kitab sucinya masing-masing. Bahkan misalnya sampai sekarang seorang Yahudi hanya percaya kepada para nabi Bani Israil, seorang Kristen percaya kepada Yesus dan nabi-nabi Bani Israel lainnya dengan setengah hati, seorang Buddhis kepada Buddha, seorang Majusi kepada Zoroaster dan kepada beberapa nabi di negerinya sendiri, seorang Hindu kepada para Rishi yang muncul di India, tetapi Islam datang dengan suatu konsep baru dari agama. Dia menarik perhatian kita ke seluruh alam semesta dan menemukan benang merah dari semua agama Tuhan. Ketuhanan Allah yang melingkupi segala sesuatu telah dijelaskan dalam kata-kata yang paling awal dari al-Quran:


الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ   


"Segala puji kepunyaan Allah, Tuhan sarwa sekalian alam"(QS. 1:2)

adalah benar-benar seirama dengan sifat agama Islam yang kosmopolitan, yang meminta pengakuan atas kebenaran semua nabi di segala bangsa; karena itu karakteristik yang paling menonjol ialah bahwa dia meminta para penganutnya agar beriman kepada seluruh agama besar di dunia, yang sebelum Islam telah diwahyukan Tuhan. Ini adalah prinsip dasar dari Islam, bahwa seorang Muslim itu juga harus beriman kepada semua nabi di pelbagai bangsa yang berbeda-beda di dunia. Sebagai permulaan al-Quran dengan jelas menyatakan:

والَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ وَبِالآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ   


"Dan yang beriman kepada yang diturunkan kepada engkau dan apa yang diturunkan sebelum engkau" (QS. 2:4).

Alasan mengapa para nabi dibangkitkan di segala bangsa di dunia telah dinyatakan sendiri dalam Quran Suci:

 لِئَلاَّ يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ


"Agar manusia tak mempunyai alasan untuk menentang Allah setelah (datangnya) para Utusan" (QS. 4:165);

dan juga ditambahkan,

وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً

"Dan Kami tak akan menjatuhkan siksaan sampai Kami bangkitkan seorang Utusan"(QS. 17:15).

Dengan perkataan lain, azab di akhirat itu hanya akan diterapkan setelah manusia diperingatkan melalui utusan Allah,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولٌ فَإِذَا جَاء رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُم بِالْقِسْطِ وَهُمْ لاَ يُظْلَمُونَ   

"Dan bagi tiap-tiap umat ada Utusan. Maka apabila Utusan mereka datang, perkara akan diputuskan dengan adil, dan mereka tak akan dianiaya"(QS. 10:47).

Diterangi perintah yang jelas dari Quran Suci ini, jika ada suatu kaum di bumi ini yang tidak melihat nabi di antara mereka, maka Tuhan tidak akan menyiksa dia; mereka akan masuk Surga tanpa ditanya sama sekali, karena kilah mereka di hadapan Allah kiranya adalah yang seperti di bawah ini:


 رَبَّنَا لَوْلَا أَرْسَلْتَ إِلَيْنَا رَسُولاً فَنَتَّبِعَ آيَاتِكَ وَنَكُونَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ


"Tuhan kami, mengapa tak Engkau utus kepada kami seorang Utusan, sehingga kami dapat mengikuti ayat-ayat Engkau, dan kami menjadi golongan orang beriman"(QS. 28:47).

Dan bila kita menemukan dalam kitab wahyu kita nubuatan tentang datangnya "Yang diharapkan oleh segala bangsa" atau "segel dari semua nabi-nabi" sebagaimana yang dicantumkan dalam Kitab-kitab Suci Israel maka kita harus beriman kepadanya, ketika dia muncul untuk memenuhi nubuatan semacam itu. Adalah suatu ketidak-adilan dari fihak Tuhan segala bangsa bila Dia akan mewahyukan suatu nubuatan tentang datangnya "rahmat untuk segala bangsa" hanya dalam satu buku khusus untuk suatu kaum saja dan pada hari pengadilan Dia lalu mengutuk semua bangsa di dunia sebagai kafir dan mengirimnya ke dasar Neraka. Quran Suci mendeklarasikan bahwa Nabi kita adalah "rahmat untuk segala


وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ   


"Dan tiada Kami mengutus engkau kecuali sebagai rahmat bagi sekalian bangsa"(QS. 21:107).

Beliau tidak saja menjadi rahmat bagi umat Yahudi dan Kristiani saja melainkan juga sebagai pembenar dari semua nabi dan Kitab-kitab Suci di seluruh dunia. Maka seorang Muslim tidak hanya beriman kepada Nabi Muhammad s.a.w. melainkan juga kepada semua nabi lain di dunia, dan hanya inilah yang bisa melicinkan hubungan antara pelbagai bangsa di dunia.

ABDUL HAQUE
Muslim Town,
Lahore 24 September 1975.


0 Komentar untuk "Muhammad dalam Kitab Suci Dunia
Pengarang, Kata Sambutan, Kata Pengantar, dan Kata Pendahuluan Buku Ini"

Back To Top