Kisah atau sejarah kehidupan Nabi Isa AS hingga kini masih kontroversial. Tidak hanya di kalangan umat Nasrani dan Umat Islam, tetapi juga di antara kaum muslimin sendiri. Hal ini disebabkan perbedaan temuan data maupun cara penafsiran terhadap sebuah teks, termasuk teks Al-Quran. Misalnya saja, masalah apakah Nabi Isa wafat secara wajar atau diangkat ke langit oleh Allah, terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Sekedar contoh, apa yang tertulis dalam kitab tafsir Al-Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi, tentang ayat 158 surat An-Nisa yang berbunyi : “… tetapi (yang sebenarnya) Allah mengangkat Nabi Isa kepada-Nya. Dan Allah Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”.
Ibnu Jarir, yang mengutip pendapat Ibnu Juraih, berpendapat, kata mengangkat pada ayat tersebut bukan berarti Allahmengan gkat roh atau jasad Nabi Isa ke langit, tetapi berarti mewafatkan dan menjaga kesucian Nabi Isa dari orang-orang kafir yang berusaha menzaliminya. Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat, Nabi Isa diangkat ke langit dalam bentuk rohnya saja. Tetapi jumhur atau mayoritas ulama berpendapat, Nabi Isa diangkat oleh Allah dalam bentuk jasad dan rohnya.
Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadits berkenaan dengan Mi’rajnya Rasulullah saw, yang menyebutkan, Rasulullah melihat Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit kedua (lihat kitab tafsir al-Maraghi jilid 2 juz ke-5 halaman 14).
Pendapat lain dikemukakan oleh Irene Handono, konsultan kristologi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. Menurutnya, yang dimaksud mengangkat adalah mengangkat derajatnya. Jadi, Nabi Isa tetap diwafatkan oleh Allah, seperti manusia lainnya.
Irene Handono tadinya seorang Nasrani yang taat. Setelah mendalami ajaran-ajaran Islam, dengan hidayat Allah ia memeluk Islam. Sumber datanya tidak hanya dari satu pihak. Ia mencoba menguak misteri wafat, kebangkitan, kenaikan (diangkat Allah ke langit), serta turunya Nabi Isa ke bumi pada akhir zaman nanti, dengan bersumberkan Al-Quran dan Bible. Berikut wawancara Alkisah dengan Irene :
Pertanyaan : Bisa Anda jelaskan sejarah Nabi Isa AS dalam Al-Quran dan Bible ?
Sebelum membahas masalah tersebut, ada beberapa hal yang penting untuk dijelaskan, karena hal ini sangat berkaitan erat dengan konsep ketuhanan Yesus Kristus. Yaitu soal penyaliban Nabi Isa AS.
Doktrin Kristen menegaskan, Isa Al-Masih yang oleh kalangan Kristen disebut Yesus, meninggal di kayu salib. Konsep penyaliban ini menjadi tonggak akidah umat Kristen tentang kenaikan dan kebangkita Yesus, yang pada ujungnya mengarah pada pengakuan ketuhanan Yesus.
Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib dari penguasa Romawi saat itu karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa ia adalah anak Allah. Tetapi, ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh makar karena mengaku sebagai raja Yahudi. Maka beliaupun mendapat hukuman salib.
Dalam Injil dijelaskan, “Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12″. (Yohannes 19:14). Istilah Paskah berasal dari bahasa Ibrani, dari kata pesah, artinya “melewati”. Upacara ini, seperti dijelaskan dalam kitab Perjanjian Lama, sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir, yang ketika itu anak-anak sulung orang Israel dibunuh, tetapi pintu-pintu rumah orang Ibrani dilewati, karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka ditoreh dengan darah anak kambing domba.
Sedang, dalam kitab Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai anak domba bukit Paskah. Dengan demikian, menurut keyakinan Kristen, Isa Al-Masih memang harus disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Dengan penyaliban itu, manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, gereja menyatakan bahwa Paskah adalah Hari Kebangkitan Yesus. Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam 12 siang, Kaisar Romawi Pontius Pilatus memutuskan untuk menyerahkan Isa Al-Masih kepada orang-orang Yahudi untuk disalib di Bukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al-Masih dipaksa manggul salib ke Bukit Golgota.
Setelah sampai di Bukit Golgota kira-kira jam tiga sore, berserulah Isa Al-Masih, “Elli, Elli lamma sabakhtani?!”, yang artinya “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?!” Hari itu adalah hari persiapan Paskah, dan besoknya adalah hari Sabat (Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci. Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja, termasuk melakukan penyaliban. Orang yang bekerja pada hari itu dihukum mati.
Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 jam, karena pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya matahari, jam 6 sore, bukan jam 12 malam atau jam 00.00.
Terdesak oleh waktu, dan untuk mempercepat proses kematian Isa Al-Masih dan pengikutnya, orang-orang Yahudi minta para serdadu Romawi mematahkan kaki mereka. Tepat giliran Isa Al-Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya, sebab mereka menyangka Isa Al-Masih telah mati. “Tetapi, ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya.”(Yohanes 19:33).
“Pilatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil serdadu dan menanyakan kepadanya apakah benar Yesus sudah mati.”(Markus 15:44).
Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan ilmu pengetahuan, umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya minimal dua hari. Dari situ bisa diambil kesimpulan, waktu satu hari (saat itu hari Jumat) belum cukup untuk membuat Isa Al-Masih meninggal di kayu salib. Tapi, mereka mengira Yesus sudah mati.
Penelaahan saya terhadap ayat-ayat Bible tersebut membuktikan, saat itu Isa Al-Masih belum meninggal. Ia hanya pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilihat para serdadu sebagai kondisi mati. Pada kejadian tersebut para serdadu hanya melihat, bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati. Lolosnya Nabi Isa dari pematahan kaki merupakan pertolongan Allah atas hambaNya.
Kronologi peristiwa yang diungkapkan oleh Bible justru menunjukkan, saat itu Isa Al-Masih belum meninggal. Namun, kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi konsep ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalam Konsili Nicea pada 325 Masehi. Konsep ketuhanan itu mengharuskan adanya “proses evolusi ketuhanan Yesus” sebagai berikut : penyaliban, mati, bangkit atau hidup kembali, duduk di surga di sebelah kanan Allah dan menjadi Tuhan.
Pertanyaan : Anda juga menemukan penjelasan dalam Al-Quran tentang penyaliban Nabi Isa ?
Al-Quran secara gamblang menjelaskan, Nabi Isa memang disalib, tapi beliau tidak mati. “Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam rasul Allah itu’. Padahal, sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka…”(Quran Surat An-Nisa :157).
Pertanyaan : Ada pendapat, Isa Al-Masih tidak mati di kayu salib, tetapi yang disalib sampai mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Ashkhariyuti. Benarkah pendapat ini ?
Pendapat seperti itu sulit dipertanggungjawabkan, sebab Al-Quran sama sekali tidak pernah menyebut atau mengisahkan nama tersebut. Jadi, Isa Al-Masih tidak meninggal di kayu salib. eliau hanya pernah mengalami bahaya penyaliban, namun akhirnya diselamatkan oleh Allah dengan cara diserupakan kondisinya sebagai orang mati dengan cara pingsan.
Jadi Isa Al-Masih tidak meninggal di salib, melainkan selamat dan tetap hidup bahkan sampai usia lanjut. Hal ini sesuai dengan keterangan Al-Quran surat Ali Imran ayat 46. “Dia dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa”.
Kata dewasa, menurut Kamus Bahasa Arab Al-Munjid fil Lughati wal A’lami, artinya seorang yang berusia antara 30 sampai 50 tahun.
Imam Raghih, dalam buku Bible dalam Timbangan, mengartikannya orang yang rambutnya bercampur dengan yang putih karena usianya yang lanjut.
Pertanyaan : Dimanakah Isa Al-Masih menjalani kehidupan sampai usia lanjut dan dimakamkan ?
“Dan telah kami jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Quran Surat Al-Mukminun 23:50).
Dimanakah tempat yang dimaksud oleh ayat ini ? Para ahli tafsir merujuk dataran tinggi di sebuah bukit sebelah barat Laut Mati, Palestina, yaitu biara tempat kediaman sekte Esenes. Tempat ini dikenal dengan Bukit Qumran. Jadi beliau hidup dan dimakamkan disana.
Pertanyaan : Mengapa data-data penting itu tidak banyak diungkap ?
Karena ada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan soal ini. Hal ini, misalnya, dapat kita cermati dari fenomena naskah yang terkenal, yaitu Dead Sea Scrolls atau Gulungan Laut Mati, di Gua Qumran, sekitar 10 mil sebelah timur Jerusalem, yang meyimpan sekitar 800 dokumen yang ditulis sekitar tahun 200 sebelum Masehi sampai 50 Masehi dalam bahasa Ibrani, Yunani dan Aram (bahasa sehari-hari yang dipakai Nabi Isa). Di antaranya terdapat 127 dokumen ayat-ayat Bible, juga kitab suci Apokriba (kita yang tidak boleh dibaca umat Kristen). Sejak penemuannya pada tahun 1947 oleh seorang gembala domba Badui, sampai empat dekade berikutnya, banyak rahasia yang disembunyikan oleh kelompok kecil sarjana yang menguasai dokumen tersebut. Namun penyembunyian itu berakhir September 1991, ketika sebuah lembaga penelitian di California, yang menyimpan empat set fotografi koleksi Dead Sea Scrolls, mulai mengizinkan para sarjana yang berkepentingan untuk menelitinya.
Frank M. Cross, editor naskah Dead Sea Scrolls dan seorang pakar bahasa Ibrani dan Barat di Harvard University memperingatkan bahwa naskah gulungan itu akan membongkar misteri yang aneh di sekitar Al-Kitab, seperti Kitab Tobit, Sirakh dan Yobel, yang apokrifa atau diragukan keasliannya bagi pemeluk Katolik dan Protestan.
Pertanyaan : Lalu, bagaimana dengan kebangkitan Isa Al-Masih ? Kalau dianggap mati, tentu beliau dikubur ?
Kebangkitan Isa Al-Masih termasuk doktrin utama umat Kristen. Paulus mengatakan, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah kepercayaan kami, dan kamu masih hidup dalam dosamu.”(I Korintus 15:17). Doktrin kebangkitan menegaskan bahwa, tiga hari setelah kematiannya di kayu salib, Yesus dibangkitkan oleh Tuhan (Yesus meninggal hari Jumat, bangkit hari Ahad).
Sebenarnya, kita tidak perlu secara panjang lebar membuktikan benar-tidaknya kebangkita Isa Al-Masih. Sebab, seperti telah dikatakan tadi, Isa Al-Masih tidak meninggal saat disalib. Beliau diselamatkan oleh Allah lewat murid-muridnya. Disembuhkan dan dikeluarkan dari kuburnya.
Pertanyaan : Jika Nabi Isa telah dikubur, bagaimana bisa dikatakan beliau masih hidup ?
Dalam keadaan pingsan, serdadu Romawi menganggap Nabi Isa telah meninggal. Maka beliau diturunkan dari kayu salib kemudian dikubur. Tentunya kuburan orang Yahudi tidak seperti kuburan kaum muslimin. Mayat tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan diletakkan di atas batu di dalam liang lahad, terletak di gua ataupun yang sengaja dibangun berbentuk semacam tempurung dan berpintu.
Kondisi kubur seperti ini memberi dua kemungkinan. Pertama, orang yang dimasukkan ke dalam ruang kubur masih tetap hidup, karena masih ada ruang untuk bergerak dan bernafas. Kedua, memungkinkan orang lain memasukinya, seperti yang dilakukan para murid Nabi Isa AS, sehingga terbuka lebar-lebar kesempatan memberi pengobatan sekaligus makanan, sampai luka-luka Nabi Isa sembuh.
Nah, hilangnya Isa Al-Masih dari kubur itulah yang diyakini oleh pemeluk Kristen sebagai Kebangkitan Yesus (dari kubur). Namun, untuk lebih meyakinkan kebangkitan itu sendiri perlu telaah kritis. Apalagi, masalah tersebut di kalangan sarjana-sarjana Kristen sendiri menimbulkan pro dan kontra. Dalam sebuah simposium yang digelar oleh Oregon State University, Amerika Serikat, Februari 1996, seperti dilaporkan majalah News Week edisi 8 April 1996, doktrin kebangkitan itu mendapat gugatan-gugatan kritis.
Umat Kristen sendiri terbagi menjadi dua kelompok dalam memahami kebangkitan. Pertama, memahami bahwa kebangkitan dari kubur berarti Isa Al-Masih meninggal kemudian bangkit. Sedangkan yang kedua memahami bahwa yang dimaksud kebangkitan adalah bangkit dari penyaliban, yang berarti Isa Al-Masih belum meninggal saat disalib.
Pertanyaan : Kalau Nabi Isa AS tidak meninggal dan beliau hidup sampai usia lanjut, berarti beliau tidak diangkat Allah ke langit. Padahal jumhur ulama berpendapat, beliau tidak mati melainkan diangkat Allah ke langit.
Al-Quran secara gamblang menjelaskan, “Ingatlah, tatkala Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau dari orang-orang kafir, dan akan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau lebih tinggi dari orang-orang kafir sampai hari kiamat. Maka kepada Akulah tempat kembali, maka akan Aku putuskan nanti di antara kamu dari hal yang telah kamu perselisihkan padanya itu”.(Quran Surat Ali Imran 3:55).
Pertama, Isa Al-Masih telah diwafatkan oleh Allah. Seperti manusia lain, beliau pun akan terkena sunnatullah kematian. “Setiap nafs (yang berjiwa) akan menghadapi kematian.”(Quran Surat Ali Imran 3:185).
Kedua, Isa Al-Masih akan diangkat Allah bukan dalam arti diangkat secara fisik, melainkan derajatnya. Penggunaan kata rafa’a seperti yang kita temui dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, “Allah akan mengangkat orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”. Makna pengangkatan yang sama juga diberikan kepada Nabi Idris (dalam Quran Surat Maryam ayat 57).
Ketiga, ada hadis-hadis Nabi saw yang melukiskan akan tibanya suatu periode ketika Isa akan mengoreksi keislaman bani Israil yang menyeleweng dari syariat Nabi Musa. Menyebut Isa Al-Masih berada di langit atau masih hidup hingga kini, tidak bisa dijadikan pedoman yang kukuh. Kesimpulan tersebut diambil dari beberapa fakta di bawah ini.
Pertama, hadis-hadis tersebut termasuk hadis ahad, sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam soal akidah.
Kedua, walaupun menurut Imam Bukhari sanadnya shahih, karena matannya mungkin bersinggung balik dengan Al-Quran yang dengan tegas mengatakan bahwa Isa Al-Masih wafat, untuk menghindari kesalahpahaman seperti yang terjadi pada jemaah Ahmadiyah Qodian, hadis tersebut lebih baik ditinggalkan saja.
Ketiga, hadis-hadis tersebut bermuara pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut Kristen, yaitu Ka’ab Al-Akhbar dan Wahab bin Munabbih, yang masih punya keterkaitan pada kepercayaan lamanya.
Jadi dari logika saja, bagaimana Isa Al-Masih hidup di langit ? Apakah Tuhan ada di langit ? Langit itu, bagaimanapun luasnya, berarti masih dalam lingkungan ruang dan waktu, sedangkan Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu. Bagaimana Isa Al-Masih dengan tubuh jasmaninya hidup di langit yang udaranya di luar kesanggupan paru-paru insani? Atau apakah Isa Al-Masih disana dalam keadaan rohani saja ? Kalau demikian, kondisi tersebut sama dengan kondisi manusia lainnya yang telah mati. Mereka hidup dalam alam rohani di luar ukuran dunia fana ini, sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi.
Boleh jadi juga orang-orang Kristen dan mungkin sebagian orang Islam ada yang berpendapat bahwa Isa Al-Masih duduk di kanan Allah itu menyandarkan pandangannya pada ayat Al-Quran yang artinya, “Dan Isa salah seorang yang dekat pada Allah (minal muqarrabin).”
Kata dekat di sini bukan berarti dekat dalam ukuran ruang dan waktu, tetapi dekat dalam arti rohani. Maksudnya beliau sangat mulia di sisi Allah karena iman dan takwanya pada Allah. Dan kita jangan sampai keliru menganggap Isa Al-Masih satu-satunya yang dekat dengan Allah, karena ayat ini menunjukkan bahwa beliau hanyalah salah seorang diantara orang-orang yang dekat dengan Allah. Jadi, kaum muqarrabin itu jumlahnya banyak sekali. Dan yang sudah tergolong muqarrabin
ialah para nabi dan wali, orang-orang shaleh dan bertakwa kepada Allah.
Sedangkan pendapat sebagian ulama bahwa Isa Al-Masih masih hidup di surga justru digunakan oleh kalangan Kristen untuk menyatakan orang Islam pun mengakui bahwa Yesus hidup di surga bersama Tuhan. Maka, logika mereka, siapa yang bisa berdampingan dengan Tuhan kalau bukan Tuhan ?
Jadi, pemahaman itu merasuk ke dalam hati umat Islam. Maka dua doktrin umat Kristen, yaitu kebangkitan, kenaikan dan ketuhanan Yesus, dengan mudah juga diterima umat Islam.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat Anda bahwa Nabi Isa akan kembali ke dunia ?
Kepercayaan bahwa Isa Al-Masih akan kembali ke dunia untuk menjadi hakim atas kesalahan umatnya, adalah kepercayaan Nasrani yang tertuang dalam Bible, mengacu kembali akan ketidakbenaran konsep kenaikan Isa Al-Masih yang juga tertolak. “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan mengatakan, yaitu, ‘Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi bagi mereka selama aku berada di tengah-tengah mereka, tetapi setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan segalanya.”(Quran Surat Al-Maidah ayat 117).
Jadi, isi pernyataan Nabi Isa AS dalam ayat Al-Quran tersebut, Pertama, beliau sanggup bersaksi hanya sepanjang yang beliau ketahui, selama beliau hidup diantara mereka, yaitu Bani Israil. Kedua, beliau diwafatkan Allah. Ketiga, Allah-lah Penguasa hari akhir zaman, satu-satunya Hakim, sesuai dengan firman Allah dalam Surat At-Tin ayat 8,
“Bukankah Allah itu Hakim seadil-adilnya?”
Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Nabi Isa AS yang berada di langit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi bagi penyimpulan mereka, “Siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan?”. Kalau umat Islam mengakui Isa Al-Masih sebagai hakim di akhir zaman, berarti umat Islam meyakini Isa Al-Masih sebagai Tuhan di akhir zaman.
Jadi, menurut saya, umat Islam tidak perlu lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan Isa Al- Masih. Sebab, sudah jelas, doktrin tersebut bertentangan dengan Islam dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Sumber : Dikutip penuh dari Majalah Alkisah No. 26/19 Desember 2005
Ibnu Jarir, yang mengutip pendapat Ibnu Juraih, berpendapat, kata mengangkat pada ayat tersebut bukan berarti Allahmengan gkat roh atau jasad Nabi Isa ke langit, tetapi berarti mewafatkan dan menjaga kesucian Nabi Isa dari orang-orang kafir yang berusaha menzaliminya. Sedangkan Ibnu Abbas berpendapat, Nabi Isa diangkat ke langit dalam bentuk rohnya saja. Tetapi jumhur atau mayoritas ulama berpendapat, Nabi Isa diangkat oleh Allah dalam bentuk jasad dan rohnya.
Pendapat ini didasarkan pada sebuah hadits berkenaan dengan Mi’rajnya Rasulullah saw, yang menyebutkan, Rasulullah melihat Nabi Isa dan Nabi Yahya di langit kedua (lihat kitab tafsir al-Maraghi jilid 2 juz ke-5 halaman 14).
Pendapat lain dikemukakan oleh Irene Handono, konsultan kristologi Masjid Agung Al-Azhar Jakarta. Menurutnya, yang dimaksud mengangkat adalah mengangkat derajatnya. Jadi, Nabi Isa tetap diwafatkan oleh Allah, seperti manusia lainnya.
Irene Handono tadinya seorang Nasrani yang taat. Setelah mendalami ajaran-ajaran Islam, dengan hidayat Allah ia memeluk Islam. Sumber datanya tidak hanya dari satu pihak. Ia mencoba menguak misteri wafat, kebangkitan, kenaikan (diangkat Allah ke langit), serta turunya Nabi Isa ke bumi pada akhir zaman nanti, dengan bersumberkan Al-Quran dan Bible. Berikut wawancara Alkisah dengan Irene :
Pertanyaan : Bisa Anda jelaskan sejarah Nabi Isa AS dalam Al-Quran dan Bible ?
Sebelum membahas masalah tersebut, ada beberapa hal yang penting untuk dijelaskan, karena hal ini sangat berkaitan erat dengan konsep ketuhanan Yesus Kristus. Yaitu soal penyaliban Nabi Isa AS.
Doktrin Kristen menegaskan, Isa Al-Masih yang oleh kalangan Kristen disebut Yesus, meninggal di kayu salib. Konsep penyaliban ini menjadi tonggak akidah umat Kristen tentang kenaikan dan kebangkita Yesus, yang pada ujungnya mengarah pada pengakuan ketuhanan Yesus.
Nabi Isa, dalam sejarahnya, memang mendapat hukuman salib dari penguasa Romawi saat itu karena beliau dianggap menghujat Allah dengan mengatakan bahwa ia adalah anak Allah. Tetapi, ketika diajukan ke wali negeri, Isa Al-Masih dituduh makar karena mengaku sebagai raja Yahudi. Maka beliaupun mendapat hukuman salib.
Dalam Injil dijelaskan, “Hari itu ialah persiapan Paskah, kira-kira jam 12″. (Yohannes 19:14). Istilah Paskah berasal dari bahasa Ibrani, dari kata pesah, artinya “melewati”. Upacara ini, seperti dijelaskan dalam kitab Perjanjian Lama, sebenarnya dilaksanakan sebagai peringatan pembebasan bangsa Israel dari bangsa Mesir, yang ketika itu anak-anak sulung orang Israel dibunuh, tetapi pintu-pintu rumah orang Ibrani dilewati, karena ambang atas dan kedua tiang pintu rumah mereka ditoreh dengan darah anak kambing domba.
Sedang, dalam kitab Perjanjian Baru, Yesuslah yang disebut-sebut sebagai anak domba bukit Paskah. Dengan demikian, menurut keyakinan Kristen, Isa Al-Masih memang harus disalib untuk menebus dosa umatnya sebagai akibat dosa yang diwariskan Adam dan Hawa. Dengan penyaliban itu, manusia terbebas dari siksaan akibat dosa tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, gereja menyatakan bahwa Paskah adalah Hari Kebangkitan Yesus. Dalam persiapan Paskah, kira-kira jam 12 siang, Kaisar Romawi Pontius Pilatus memutuskan untuk menyerahkan Isa Al-Masih kepada orang-orang Yahudi untuk disalib di Bukit Golgota (Bukit Tengkorak). Maka Isa Al-Masih dipaksa manggul salib ke Bukit Golgota.
Setelah sampai di Bukit Golgota kira-kira jam tiga sore, berserulah Isa Al-Masih, “Elli, Elli lamma sabakhtani?!”, yang artinya “Tuhanku, Tuhanku, mengapa Engkau meninggalkan aku?!” Hari itu adalah hari persiapan Paskah, dan besoknya adalah hari Sabat (Sabtu). Bagi umat Yahudi, hari Sabat adalah hari ketujuh, hari yang suci. Tuhan berhenti bekerja pada hari tersebut, sehingga orang Yahudi dilarang bekerja, termasuk melakukan penyaliban. Orang yang bekerja pada hari itu dihukum mati.
Pada saat itu, waktu yang tersisa untuk menyelesaikan pekerjaan penyaliban, sebelum memasuki hari Sabat, tinggal 2,5 jam, karena pergantian waktu menurut tradisi Yahudi adalah terbenamnya matahari, jam 6 sore, bukan jam 12 malam atau jam 00.00.
Terdesak oleh waktu, dan untuk mempercepat proses kematian Isa Al-Masih dan pengikutnya, orang-orang Yahudi minta para serdadu Romawi mematahkan kaki mereka. Tepat giliran Isa Al-Masih, para serdadu Romawi ternyata tidak mematahkan kakinya, sebab mereka menyangka Isa Al-Masih telah mati. “Tetapi, ketika mereka sampai kepada Yesus dan melihat bahwa ia telah mati, mereka tidak mematahkan kakinya.”(Yohanes 19:33).
“Pilatus heran saat mendengar bahwa Yesus sudah mati. Maka ia memanggil serdadu dan menanyakan kepadanya apakah benar Yesus sudah mati.”(Markus 15:44).
Berdasarkan catatan sejarah dan tinjauan ilmu pengetahuan, umumnya orang yang disalib baru mengalami kematiannya minimal dua hari. Dari situ bisa diambil kesimpulan, waktu satu hari (saat itu hari Jumat) belum cukup untuk membuat Isa Al-Masih meninggal di kayu salib. Tapi, mereka mengira Yesus sudah mati.
Penelaahan saya terhadap ayat-ayat Bible tersebut membuktikan, saat itu Isa Al-Masih belum meninggal. Ia hanya pingsan. Dan, kondisi pingsan itulah yang dilihat para serdadu sebagai kondisi mati. Pada kejadian tersebut para serdadu hanya melihat, bukan memeriksa bahwa Yesus telah mati. Lolosnya Nabi Isa dari pematahan kaki merupakan pertolongan Allah atas hambaNya.
Kronologi peristiwa yang diungkapkan oleh Bible justru menunjukkan, saat itu Isa Al-Masih belum meninggal. Namun, kebenaran ini justru ditolak oleh umat Kristen demi konsep ketuhanan Yesus yang dirumuskan dalam Konsili Nicea pada 325 Masehi. Konsep ketuhanan itu mengharuskan adanya “proses evolusi ketuhanan Yesus” sebagai berikut : penyaliban, mati, bangkit atau hidup kembali, duduk di surga di sebelah kanan Allah dan menjadi Tuhan.
Pertanyaan : Anda juga menemukan penjelasan dalam Al-Quran tentang penyaliban Nabi Isa ?
Al-Quran secara gamblang menjelaskan, Nabi Isa memang disalib, tapi beliau tidak mati. “Dan lantaran perkataan mereka yang mengatakan, ‘Sesungguhnya kami telah membunuh Isa putra Maryam rasul Allah itu’. Padahal, sebenarnya mereka tidak membunuhnya dan tidak pula menyalibnya (hingga mati), melainkan hanyalah diserupakan saja pada mereka…”(Quran Surat An-Nisa :157).
Pertanyaan : Ada pendapat, Isa Al-Masih tidak mati di kayu salib, tetapi yang disalib sampai mati adalah Yudas Iskariot alias Yahuda Ashkhariyuti. Benarkah pendapat ini ?
Pendapat seperti itu sulit dipertanggungjawabkan, sebab Al-Quran sama sekali tidak pernah menyebut atau mengisahkan nama tersebut. Jadi, Isa Al-Masih tidak meninggal di kayu salib. eliau hanya pernah mengalami bahaya penyaliban, namun akhirnya diselamatkan oleh Allah dengan cara diserupakan kondisinya sebagai orang mati dengan cara pingsan.
Jadi Isa Al-Masih tidak meninggal di salib, melainkan selamat dan tetap hidup bahkan sampai usia lanjut. Hal ini sesuai dengan keterangan Al-Quran surat Ali Imran ayat 46. “Dia dapat berbicara dengan manusia di waktu masih dalam buaian dan ketika sudah dewasa”.
Kata dewasa, menurut Kamus Bahasa Arab Al-Munjid fil Lughati wal A’lami, artinya seorang yang berusia antara 30 sampai 50 tahun.
Imam Raghih, dalam buku Bible dalam Timbangan, mengartikannya orang yang rambutnya bercampur dengan yang putih karena usianya yang lanjut.
Pertanyaan : Dimanakah Isa Al-Masih menjalani kehidupan sampai usia lanjut dan dimakamkan ?
“Dan telah kami jadikan Isa putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi kekuasaan Kami, dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Quran Surat Al-Mukminun 23:50).
Dimanakah tempat yang dimaksud oleh ayat ini ? Para ahli tafsir merujuk dataran tinggi di sebuah bukit sebelah barat Laut Mati, Palestina, yaitu biara tempat kediaman sekte Esenes. Tempat ini dikenal dengan Bukit Qumran. Jadi beliau hidup dan dimakamkan disana.
Pertanyaan : Mengapa data-data penting itu tidak banyak diungkap ?
Karena ada pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dengan soal ini. Hal ini, misalnya, dapat kita cermati dari fenomena naskah yang terkenal, yaitu Dead Sea Scrolls atau Gulungan Laut Mati, di Gua Qumran, sekitar 10 mil sebelah timur Jerusalem, yang meyimpan sekitar 800 dokumen yang ditulis sekitar tahun 200 sebelum Masehi sampai 50 Masehi dalam bahasa Ibrani, Yunani dan Aram (bahasa sehari-hari yang dipakai Nabi Isa). Di antaranya terdapat 127 dokumen ayat-ayat Bible, juga kitab suci Apokriba (kita yang tidak boleh dibaca umat Kristen). Sejak penemuannya pada tahun 1947 oleh seorang gembala domba Badui, sampai empat dekade berikutnya, banyak rahasia yang disembunyikan oleh kelompok kecil sarjana yang menguasai dokumen tersebut. Namun penyembunyian itu berakhir September 1991, ketika sebuah lembaga penelitian di California, yang menyimpan empat set fotografi koleksi Dead Sea Scrolls, mulai mengizinkan para sarjana yang berkepentingan untuk menelitinya.
Frank M. Cross, editor naskah Dead Sea Scrolls dan seorang pakar bahasa Ibrani dan Barat di Harvard University memperingatkan bahwa naskah gulungan itu akan membongkar misteri yang aneh di sekitar Al-Kitab, seperti Kitab Tobit, Sirakh dan Yobel, yang apokrifa atau diragukan keasliannya bagi pemeluk Katolik dan Protestan.
Pertanyaan : Lalu, bagaimana dengan kebangkitan Isa Al-Masih ? Kalau dianggap mati, tentu beliau dikubur ?
Kebangkitan Isa Al-Masih termasuk doktrin utama umat Kristen. Paulus mengatakan, “Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah kepercayaan kami, dan kamu masih hidup dalam dosamu.”(I Korintus 15:17). Doktrin kebangkitan menegaskan bahwa, tiga hari setelah kematiannya di kayu salib, Yesus dibangkitkan oleh Tuhan (Yesus meninggal hari Jumat, bangkit hari Ahad).
Sebenarnya, kita tidak perlu secara panjang lebar membuktikan benar-tidaknya kebangkita Isa Al-Masih. Sebab, seperti telah dikatakan tadi, Isa Al-Masih tidak meninggal saat disalib. Beliau diselamatkan oleh Allah lewat murid-muridnya. Disembuhkan dan dikeluarkan dari kuburnya.
Pertanyaan : Jika Nabi Isa telah dikubur, bagaimana bisa dikatakan beliau masih hidup ?
Dalam keadaan pingsan, serdadu Romawi menganggap Nabi Isa telah meninggal. Maka beliau diturunkan dari kayu salib kemudian dikubur. Tentunya kuburan orang Yahudi tidak seperti kuburan kaum muslimin. Mayat tidak ditanam ke dalam tanah, melainkan diletakkan di atas batu di dalam liang lahad, terletak di gua ataupun yang sengaja dibangun berbentuk semacam tempurung dan berpintu.
Kondisi kubur seperti ini memberi dua kemungkinan. Pertama, orang yang dimasukkan ke dalam ruang kubur masih tetap hidup, karena masih ada ruang untuk bergerak dan bernafas. Kedua, memungkinkan orang lain memasukinya, seperti yang dilakukan para murid Nabi Isa AS, sehingga terbuka lebar-lebar kesempatan memberi pengobatan sekaligus makanan, sampai luka-luka Nabi Isa sembuh.
Nah, hilangnya Isa Al-Masih dari kubur itulah yang diyakini oleh pemeluk Kristen sebagai Kebangkitan Yesus (dari kubur). Namun, untuk lebih meyakinkan kebangkitan itu sendiri perlu telaah kritis. Apalagi, masalah tersebut di kalangan sarjana-sarjana Kristen sendiri menimbulkan pro dan kontra. Dalam sebuah simposium yang digelar oleh Oregon State University, Amerika Serikat, Februari 1996, seperti dilaporkan majalah News Week edisi 8 April 1996, doktrin kebangkitan itu mendapat gugatan-gugatan kritis.
Umat Kristen sendiri terbagi menjadi dua kelompok dalam memahami kebangkitan. Pertama, memahami bahwa kebangkitan dari kubur berarti Isa Al-Masih meninggal kemudian bangkit. Sedangkan yang kedua memahami bahwa yang dimaksud kebangkitan adalah bangkit dari penyaliban, yang berarti Isa Al-Masih belum meninggal saat disalib.
Pertanyaan : Kalau Nabi Isa AS tidak meninggal dan beliau hidup sampai usia lanjut, berarti beliau tidak diangkat Allah ke langit. Padahal jumhur ulama berpendapat, beliau tidak mati melainkan diangkat Allah ke langit.
Al-Quran secara gamblang menjelaskan, “Ingatlah, tatkala Allah berfirman, “Wahai Isa, sesungguhnya aku akan mewafatkan engkau dan mengangkat engkau kepadaKu dan membersihkan engkau dari orang-orang kafir, dan akan menjadikan orang-orang yang mengikuti engkau lebih tinggi dari orang-orang kafir sampai hari kiamat. Maka kepada Akulah tempat kembali, maka akan Aku putuskan nanti di antara kamu dari hal yang telah kamu perselisihkan padanya itu”.(Quran Surat Ali Imran 3:55).
Pertama, Isa Al-Masih telah diwafatkan oleh Allah. Seperti manusia lain, beliau pun akan terkena sunnatullah kematian. “Setiap nafs (yang berjiwa) akan menghadapi kematian.”(Quran Surat Ali Imran 3:185).
Kedua, Isa Al-Masih akan diangkat Allah bukan dalam arti diangkat secara fisik, melainkan derajatnya. Penggunaan kata rafa’a seperti yang kita temui dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, “Allah akan mengangkat orang-orang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.”. Makna pengangkatan yang sama juga diberikan kepada Nabi Idris (dalam Quran Surat Maryam ayat 57).
Ketiga, ada hadis-hadis Nabi saw yang melukiskan akan tibanya suatu periode ketika Isa akan mengoreksi keislaman bani Israil yang menyeleweng dari syariat Nabi Musa. Menyebut Isa Al-Masih berada di langit atau masih hidup hingga kini, tidak bisa dijadikan pedoman yang kukuh. Kesimpulan tersebut diambil dari beberapa fakta di bawah ini.
Pertama, hadis-hadis tersebut termasuk hadis ahad, sehingga tidak bisa dijadikan pedoman dalam soal akidah.
Kedua, walaupun menurut Imam Bukhari sanadnya shahih, karena matannya mungkin bersinggung balik dengan Al-Quran yang dengan tegas mengatakan bahwa Isa Al-Masih wafat, untuk menghindari kesalahpahaman seperti yang terjadi pada jemaah Ahmadiyah Qodian, hadis tersebut lebih baik ditinggalkan saja.
Ketiga, hadis-hadis tersebut bermuara pada dua orang saja, yang keduanya bekas penganut Kristen, yaitu Ka’ab Al-Akhbar dan Wahab bin Munabbih, yang masih punya keterkaitan pada kepercayaan lamanya.
Jadi dari logika saja, bagaimana Isa Al-Masih hidup di langit ? Apakah Tuhan ada di langit ? Langit itu, bagaimanapun luasnya, berarti masih dalam lingkungan ruang dan waktu, sedangkan Tuhan tidak dibatasi ruang dan waktu. Bagaimana Isa Al-Masih dengan tubuh jasmaninya hidup di langit yang udaranya di luar kesanggupan paru-paru insani? Atau apakah Isa Al-Masih disana dalam keadaan rohani saja ? Kalau demikian, kondisi tersebut sama dengan kondisi manusia lainnya yang telah mati. Mereka hidup dalam alam rohani di luar ukuran dunia fana ini, sehingga tidak perlu dipersoalkan lagi.
Boleh jadi juga orang-orang Kristen dan mungkin sebagian orang Islam ada yang berpendapat bahwa Isa Al-Masih duduk di kanan Allah itu menyandarkan pandangannya pada ayat Al-Quran yang artinya, “Dan Isa salah seorang yang dekat pada Allah (minal muqarrabin).”
Kata dekat di sini bukan berarti dekat dalam ukuran ruang dan waktu, tetapi dekat dalam arti rohani. Maksudnya beliau sangat mulia di sisi Allah karena iman dan takwanya pada Allah. Dan kita jangan sampai keliru menganggap Isa Al-Masih satu-satunya yang dekat dengan Allah, karena ayat ini menunjukkan bahwa beliau hanyalah salah seorang diantara orang-orang yang dekat dengan Allah. Jadi, kaum muqarrabin itu jumlahnya banyak sekali. Dan yang sudah tergolong muqarrabin
ialah para nabi dan wali, orang-orang shaleh dan bertakwa kepada Allah.
Sedangkan pendapat sebagian ulama bahwa Isa Al-Masih masih hidup di surga justru digunakan oleh kalangan Kristen untuk menyatakan orang Islam pun mengakui bahwa Yesus hidup di surga bersama Tuhan. Maka, logika mereka, siapa yang bisa berdampingan dengan Tuhan kalau bukan Tuhan ?
Jadi, pemahaman itu merasuk ke dalam hati umat Islam. Maka dua doktrin umat Kristen, yaitu kebangkitan, kenaikan dan ketuhanan Yesus, dengan mudah juga diterima umat Islam.
Pertanyaan : Bagaimana pendapat Anda bahwa Nabi Isa akan kembali ke dunia ?
Kepercayaan bahwa Isa Al-Masih akan kembali ke dunia untuk menjadi hakim atas kesalahan umatnya, adalah kepercayaan Nasrani yang tertuang dalam Bible, mengacu kembali akan ketidakbenaran konsep kenaikan Isa Al-Masih yang juga tertolak. “Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan mengatakan, yaitu, ‘Sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu. Dan aku menjadi saksi bagi mereka selama aku berada di tengah-tengah mereka, tetapi setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka dan Engkau pulalah yang menyaksikan segalanya.”(Quran Surat Al-Maidah ayat 117).
Jadi, isi pernyataan Nabi Isa AS dalam ayat Al-Quran tersebut, Pertama, beliau sanggup bersaksi hanya sepanjang yang beliau ketahui, selama beliau hidup diantara mereka, yaitu Bani Israil. Kedua, beliau diwafatkan Allah. Ketiga, Allah-lah Penguasa hari akhir zaman, satu-satunya Hakim, sesuai dengan firman Allah dalam Surat At-Tin ayat 8,
“Bukankah Allah itu Hakim seadil-adilnya?”
Pendapat sebagian kalangan umat Islam bahwa Nabi Isa AS yang berada di langit akan turun ke dunia untuk menjadi hakim di akhir zaman justru dimanfaatkan kalangan Kristen sebagai bahan argumentasi bagi penyimpulan mereka, “Siapa yang layak jadi hakim kalau bukan Tuhan?”. Kalau umat Islam mengakui Isa Al-Masih sebagai hakim di akhir zaman, berarti umat Islam meyakini Isa Al-Masih sebagai Tuhan di akhir zaman.
Jadi, menurut saya, umat Islam tidak perlu lagi ragu-ragu, apalagi meyakini doktrin kebangkitan dan kenaikan Isa Al- Masih. Sebab, sudah jelas, doktrin tersebut bertentangan dengan Islam dan tidak bisa dipertanggungjawabkan.
Sumber : Dikutip penuh dari Majalah Alkisah No. 26/19 Desember 2005
Tag :
Agama.Islam.Nabi.Isa
2 Komentar untuk "Nabi Isa dalam Al-Quran dan Bible"
Bagus juga artikelnya, bisa dibandingkan dengan 'pendalaman' yang saya dapat tentang Nabi Isa AS di:
http://wirid-al-quran.blogspot.com/2014/12/rahasia-kelahiran-dan-sosok-
salaam
Bila ada waktu, silakan disimak hasil 'pendalaman' saya tentang Nabi Isa AS di:
http://wirid-al-quran.blogspot.com/2014/12/rahasia-kelahiran-dan-sosok-isa-alayhi.html
salaam