"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Baqarah: 208-209) |
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita." (QS. Al Ahqaaf: 13)
Arti dan Pengertian Silmi dan Kaffah
Secara literal, silmi adalah Islam, karena berakar kata yang sama: sin lam mim. Sedangkan kaffah artinya adalah "secara menyeluruh".
Salah seorang imam tafsir paling ahli dalam bahasa Arab, Zamakhsyari, dalam tafsir Al-Kassyaf-nya, misalnya mengartikan istilah silmi dengan "ketaatan kepada Tuhan". Pendapatnya ini diperkuat dengan asbabun nuzul ayat tersebut, yang sesungguhnya ditujukan bukan untuk orang-orang Islam, tapi justru untuk Ahlul Kitab yang dalam konteks itu dianggap punya kecenderungan bersikap sinkretis (mencampur aduk).
Ayat itu diturunkan untuk Abdullah bin Salam, seorang Yahudi Madinah yang konon setelah masuk Islam tetap menjalankan ritual-ritual keagamaan lamanya (ia masih menjalankan ritual sabat dan membaca taurat dalam salat!), sesuatu yang membuat para sahabat protes kepada Nabi. Lalu, turunlah ayat 'udkhulu fissilmi kaffah' itu sebagai protes untuk sikap keberagamaan Abdullah yang sinkretis itu.
(Lihat Al Wahidi, asbabun nuzul ayat ini di
http://altafsir.org/AsbabAlnuzol.asp?SoraName=2&Ayah=208&search=yes&img=A&)
Jadi, sesuai konteks asbabun nuzul ayat ini, 'kaffah' itu tidak ada hubungannya dengan “berislam secara total” seperti selama ini dipahami, tapi ia hanyalah pesan untuk menghindari sinkretisme, yakni mencampuradukkan tata cara beribadah Islam dengan yang tidak Islami (misal dengan adat istiadat dan kepercayaan leluhur dan nenek moyang kampung halaman atau bumi dipijak).
TAKTIK kaffah dan tidak mengikuti langkah-langkah setan
Maka mari kita kembali mempelajari dan merefresh ilmu-ilmu keislaman kita, dimulai dari ilmu aqidah, ibadah, akhlak, muamalah, dan juga siyasah jika diperlukan sebagai ilmu fardhu a'in atau ilmu fardhu kifayah.
Maka agar kaffah bisa dicapai dalam kehidupan sehari-hari, maka kita tidak diperkenankan mengikuti langkah-langkah setan, apapun itu. Karena setan adalah musuh yang nyata bagi kita semua. (Sesuai yang tertulis pada Surat Al Baqarah ayat 208 di atas.)
Salah satu tipu daya setan adalah merayu kita untuk mencampuradukkan yang haq dan yang batil, serta menyembunyikan yang haq kepada siapapun dengan alasan apapun, sedangkan kita mengetahui (lebih enak masuk surga beramai-ramai bukan, supaya lebih seru dan indah?). Jika ada yang tahu kebenaran dan jalan menuju surga tapi membiarkan orang lain tidak tahu, maka ke surga manakah dia sedang berjalan?
Orang alim yang tidak mau
Mengamalkan ilmunya
Mereka akan disiksa sebelum
Disiksanya para penyembah berhala
(Hasyiyah Tsalatsatul Ushul, hal. 12)
"Al Qur’an itu adalah hujjah bagimu atau hujjah untuk menjatuhkan dirimu." (H.R. Muslim)
(Hushulul Ma'mul, hal. 18)
Dan itulah yang dilarang oleh Allah atas kaum Yahudi:
Yang Maha Haq: Q.S. Al Baqarah: 42:
"Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang batil dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui."
Jika kita masih melakukan hal di atas, maka kita sama seperti kaum yang dimaksud di atas berkaitan dengan turunnya ayat Al Qur'an itu, yakni Yahudi.
Yang haq adalah yang sudah jelas diperintah dalam Al Qur'an dan As Sunna, sedangkan yang batil adalah yang jelas dilarang dalam Al Qur'an dan As Sunna. Yang belum ada dikeduanya karena perkembangan jaman, dan tidak ada kaitannya dengan peribadatan, maka kita mengikuti jumhur ulama (misal MUI) karena mereka yang memiliki kemampuan untuk melakukan ijtihad terhadap hal-hal tersebut. Mereka akan berhati-hati dalam mengeluarkan fatwa/anjuran karena Rasulullah bersabda:
"Bahwa mengharamkan yang halal sama seperti menghalalkan yang haram." (HR. At Thabarani)
Maka seyogyanyalah kita langsung mencari tahu akan segala hukum-hukum apapun yang kita lakukan dalam keseharian kita, sehingga kita yakin dalam beragama, tidak taklid buta, dan bisa memberikan dalil-dalil tersebut langsung kepada anak-anak dan orang-orang di sekitar kita.
Karenanya, syiar Islam pun akan semakin bercahaya dalam kehidupan kita semua. Aamiinm Ya Allah Ya Rabbal aalamiin.
Strategi Global II: Istiqamah
Yang Maha Bijaksana: Q.S. Al Ahqaaf: 13:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: Tuhan kami ialah Allah, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita."
Secara ringkas, hakekat istiqamah adalah tegak dan lurus secara terus-menerus tetap, konsisten dengan komitmen menjalankan agama Islam, yang mencakup istiqamah terhadap tauhid, terhadap Al-Qur’an dan Sunnah, terhadap ketaatan, terhadap dakwah, terhadap sabar, dan terhadap taubat dan istigfar, walau dalam keadaan apapun, kecuali dalam keadaan tertentu sebagai keringanan syariah.
"Dan sesungguhnya amalan yang sanyat disukai Allah swt ialah amalan yang berterusan sekalipun sedikit." (Rasulullah SAW Al-Amin)
Setelah kita mengetahui semua strategi dan taktik bermain bola dunia, mengetahui strategi dan taktik lawan yakni Devil FC, Dajjal FC, dan kroni-kroninya, memahami semua perintah Allah, Rasul-Nya, dan ulil amri, menjauhi semua larangan mereka, maka terkadang sangat berat bagi kita untuk selalu beristiqamah di jalan lurus itu. Padahal iblis dan setan saja sangat beristiqamah dalam menyesatkan kita semua:
"Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." (Yang Maha Kuasa: Q.S. Al Hijr: 39)
Jadi, kita juga akan terus beristiqamah berada di jalan Allah untuk melawan musuh-musuh yang nyata tersebut dan musuh-musuh Allah. Kita akan lawan entah itu para kaki tangan atau keroco-keroco dari tsabr, a'war, miswath, dasim, zaknabur, khanzab, walhan, dll.
Mari terus beristiqamah hingga akhir hayat (karena kita tidak tahu akhir hayat kita).
Aamiin Ya Allah Rabbuna.
TAKTIK istiqamah
Diriwayatkan dari Sufyan Ibn 'Abdullah r.a. menceritakan: Aku telah berkata kepada Rasulullah: Ya Rasulullah! Nyatakan untukku di dalam Islam ini satu ungkapan yang mana aku tidak akan bertanya lagi tentangnya dari orang lain selain engkau. Jawab Rasulullah: "Katakanlah: Aku beriman kepada Allah dan kemudian hendaklah kamu istiqamah."
Maka jika di suatu ketika ada hal-hal yang akan menggoyahkan keistiqamaahan kita dalam menjalankan cahaya Islam, karena kalah oleh keistiqamahan iblis dan setan, maka katakanlah:
"Aku beriman kepada Allah."
Mudah bukan? Insya Allah dengan perkataan itu, maka hati kita akan dikuatkan oleh para Malaikat Hafazah dan lainnya.
Jadi, yang akan kita istiqamahkan dalam amal perbuatan adalah semua petunjuk yang dalam Al Qur'an dan As Sunna, sehingga kita akan tetap berada di jalan-Nya yang lurus. Bukan jalannya iblis dan setan yang berkelok-kelok tidak jelas ke mana arahnya. So, yang jelas-jelas aja ya.
"Aku telah tinggalkan untuk kamu dua perkara, kamu tidak akan sesat selama-lamanya selagi kamu berpegang-teguh dengannya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Nabi." (Rasullullah SAW)
Maka, agar kita selalu istiqamah di jalan yang lurus, Al Qur'an dan As Sunna adalah sebagai petunjuk dan marka jalan lurus tersebut.
Strategi Global III: I K H L A S
Yang Menciptakan Manusia: Q.S. Adz Dzariyaat : 56:
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
Nah, sudah jelas kan untuk apa kita sebagai manusia diciptakan? Atau mentemens ada jawaban lain kah? Kalau ada, mohon share-nya. Namun, apapun jawaban mentemens, kalau ada yang lain, maka berarti itulah tujuan hidup mentemens.
Lagi, dan lagi, secara terus-menerus, iblis dan setan akan terus menyesatkan kita semua agar berpaling dari tujuan hidup hakiki kita, yakni menyembah Allah. Kita akan disesatkan agar menyembah apapun selain Allah, entah itu menyembah akal, menyembah uang, menyembah pangkat dan kedudukan, menyembah pasangan, menyembah fesbuk, menyembah aktor atau aktris, menyembah bintang filem, menyembah harta benda atau menyembah diri sendiri, yang mana melupakan kita akan maksud daripada diciptakan semua itu kecuali untuk menambah nilai ibadah kita kepada Allah.
"Iblis berkata: Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya." (Yang Maha Kuasa: Q.S. Al Hijr: 39)
"Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (Yang Maha Esa: Q.S. Al Hijr / 15: 40)
Mukhlis = orang-orang yang ikhlas mengharap ridha Allah semata.
Dan perhatikan, iblis suka menggunakan kata-kata "pasti", padahal tiada sesuatupun yang pasti dalam ukuran semua makhluk ciptaan Allah, kecuali semua yang sudah terjadi dan yang Dia janjikan akan terjadi.
Oleh karenanya, apapun yang kita lakukan, hendaknya dengan ikhlas mengharap ridha lillahi taa'la, hanya karena Allah, sesuai dengan petunjuk Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah.
Mari kita ber-kaffah dan ber-istiqamah di jalan-Nya, sesuai petunjuk dalam al Qur'an dan As Sunna, secara ikhlas lillahi taa'la mengharap ridha Sang Pencipta semata. Ikhlas dalam kaffah dan istiqamah.
TAKTIK ikhlas
Dari Muaz, Rasulullah SAW bersabda :
"Puji syukur ke hadrat Allah SWT yang menghendaki agar makhluk-Nya menurut kehendak-Nya, wahai Muaz!"
Jawabku, "Ya, Sayidil Mursalin."
Sabda Rasulullah SAW, "Sekarang aku akan menceritakan sesuatu kepadamu yang apabila engkau hafalkan (diambil perhatian) olehmu akan berguna tetapi kalau engkau lupakan (tidak dipedulikan) olehmu maka kamu tidak akan mempunyai alasan di hadapan Allah kelak."
"Hai Muaz, Allah itu menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan langit dari bumi. Setiap langit ada satu malaikat yang menjaga pintu langit dan tiap-tiap pintu langit dijaga oleh malaikat penjaga pintu menurut ukuran pintu dan keagungannya."
"Maka malaikat yang memelihara amalan si hamba (malaikat hafazah) akan naik ke langit membawa amal itu ke langit pertama. Penjaga langit pertama akan berkata kepada malaikat Hafazah,"Saya penjaga tukang mengumpat. Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena saya diperintahkan untuk tidak menerima amalan tukang mengumpat". (red: sial, f*ck, sh*it, anj*ng, mon*et, dll)
"Esoknya, naik lagi malaikat Hafazah membawa amalan si hamba. Di langit kedua penjaga pintunya berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya sebab dia beramal karena mengharapkan keduniaan. Allah memerintahkan supaya amalan itu ditahan jangan sampai lepas ke langit yang lain."
"Kemudian naik lagi malaikat Hafazah ke langit ketiga membawa amalan yang sungguh indah. Penjaga langit ketiga berkata, "Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya karena dia seorang yang sombong."
Rasulullah meneruskan sabdanya,
"Berikutnya malaikat Hafazah membawa lagi amalan si hamba ke langit keempat. Lalu penjaga langit itu berkata,"Lemparkan kembali amalan itu ke muka pemiliknya. Dia seorang yang ujub. Allah memerintahkan aku menahan amalan si ujub."
Seterusnya amalan si hamba yang lulus ke langit kelima dalam keadaan bercahaya-cahaya dengan jihad, haji, umrah dan lain-lain. Tetapi di pintu langit penjaganya berkata,"Itu adalah amalan tukang hasad. Dia sangat benci pada nikmat yang Allah berikan pada hamba-Nya. Dia tidak redha dengan kehendak Allah. Sebab itu Allah perintahkan amalannya dilemparkan kembali ke mukanya. Allah tidak terima amalan pendengki dan hasad."
Di langit keenam, penjaga pintu akan berkata,"Saya penjaga rahmat. Saya diperintahkan untuk melemparkan kembali amalan yang indah itu ke muka pemiliknya karena dia tidak pernah mengasihi orang lain. Kalau orang dapat musibah dia merasa senang. Sebab itu amalan itu jangan melintasi langit ini."
Malaikat Hafazah naik lagi membawa amalan si hamba yang dapat lepas hingga ke langit ketujuh. Cahayanya bagaikan kilat, suaranya bergemuruh. Di antara amalan itu ialah shalat, puasa, sedekah, jihad, warak dan lain-lain.
Tetapi penjaga pintu langit berkata,"Saya ini penjaga sum’ah (ingin kemasyhuran). Sesungguhnya si hamba ini ingin termasyhur dalam kelompoknya dan selalu ingin tinggi di saat berkumpul dengan kawan-kawan yang sebaya dan ingin mendapat pengaruh dari para pemimpin. Allah memerintahkan padaku agar amalan itu jangan melintasiku. Tiap-tiap amalan yang tidak bersih karena Allah maka itulah riya'. Allah tidak akan menerima dan mengabulkan orang-orang yang riya'."
Kemudian malaikat Hafazah itu naik lagi dengan membawa amal hamba yakni shalat, puasa, zakat, haji, umrah, akhlak yang baik dan mulia serta zikir pada Allah. Amalan itu diiringi malaikat ke langit ketujuh hingga melintasi hijab-hijab dan sampailah ke hadirat Allah SWT.
Semua malaikat berdiri di hadapan Allah dan semua menyaksikan amalan itu sebagai amalan soleh yang betul-betul ikhlas untuk Allah.
Tetapi firman Tuhan,"Hafazah sekalian, pencatat amal hamba-Ku, Aku adalah pemilik hatinya dan Aku lebih mengetahui apa yang dimaksudkan oleh hamba-Ku ini dengan amalannya. Dia tidak ikhlas pada-Ku dengan amalannya. Dia menipu orang lain, menipu kamu (malaikat Hafazah) tetapi tidak bisa menipu Aku. Aku adalah Maha Mengetahui."
"Aku melihat segala isi hati dan tidak akan terlindung bagi-Ku apa saja yang terlindung. Pengetahuan-Ku atas apa yang telah terjadi adalah sama dengan pengetahuan-Ku atas apa yang bakal terjadi."
"Pengetahuan-Ku atas orang yang terdahulu adalah sama dengan Pengetahuan-Ku atas orang-orang yang datang kemudian. Kalau begitu bagaimana hamba-Ku ini menipu Aku dengan amalannya ini?"
"Laknat-Ku tetap padanya."
Dan ketujuh-tujuh malaikat beserta 3000 malaikat yang mengiringinya pun berkata:
"Ya Tuhan, dengan demikian tetaplah laknat-Mu dan laknat kami sekalian bagi mereka."
Dan semua yang di langit turut berkata,"Tetaplah laknat Allah kepadanya dan laknat orang yang melaknat."
Sayidina Muaz (yang meriwayatkan hadist ini) kemudian menangis terisak-isak dan berkata, "Ya Rasulullah, bagaimana aku dapat selamat dari apa yang diceritakan ini?"
Sabda Rasulullah, "Hai Muaz, ikutilah Nabimu dalam soal keyakinan."
Muaz bertanya kembali,"Ya, tuan ini Rasulullah sedangkan saya ini hanyalah si Muaz bin Jabal, bagaimana saya dapat selamat dan bisa lepas dari bahaya tersebut?"
Bersabda Rasulullah, "Ya begitulah, kalau dalam amalanmu ada kelalaian maka tahanlah lidahmu jangan sampai memburukkan orang lain. Ingatlah dirimu sendiri pun penuh dengan aib maka janganlah mengangkat diri dan menekan orang lain."
"Jangan riya' dengan amal supaya amal itu diketahui orang. Jangan termasuk orang yang mementingkan dunia dengan melupakan akhirat. Kamu jangan berbisik berdua ketika disebelahmu ada orang lain yang tidak diajak berbisik. Jangan takabur pada orang lain nanti luput amalanmu dunia dan akhirat dan jangan berkata kasar dalam suatu majlis dengan maksud supaya orang takut padamu, jangan mengungkit-ungkit apabila membuat kebaikan, jangan mengoyak perasaan orang lain dengan mulutmu, karena kelak engkau akan dikoyak-koyak oleh anjing-anjing neraka jahanam."
Sebagaimana firman Allah yang bermaksud,"Di neraka itu ada anjing-anjing yang mengoyak badan manusia."
Muaz berkata, "Ya Rasulullah, siapa yang tahan menanggung penderitaan semacam itu?"
Jawab Rasulullah, "Muaz, yang kami ceritakan itu akan mudah bagi mereka yang dimudahkan oleh Allah. Cukuplah untuk menghindari semua itu, kamu menyayangi orang lain sebagaimana kamu mengasihi dirimu sendiri dan benci bila sesuatu yang dibenci olehmu terjadi pada orang lain. Kalau begitu kamu akan selamat dan dirimu pasti akan terhindar dari api neraka."
Dari saya, sepertinya saat ini sudah cukup strategi dan taktik yang saya bangun untuk memudahkan saya mengingat petunjuk-petunjuk Allah dan Rasullullah untuk saya amalkan dalam kehidupan saya sehari-hari. Mohon koreksinya kalau ada yang salah, dan mohon share juga metode temen-temen agar dapat selalu istiqamah di jalan-Nya. Have nice days always, i love Allah and Rasulullah, and i love you all because of Allah. :D
Wallahu a'lam.
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku." (QS. Adz Dzariyaat: 56)
0 Komentar untuk "STI2 Hubungan antar Muslim(ah)
5. Ikhlas dalam kaffah dan istiqamah di jalan-Nya, dalam pergaulan dengan sesama (tidak mengharap balas-budi dari makhluk-Nya melainkan hanya ridha Allah Subhanallahu wa ta'ala), saling memaafkan sesama sahabat, dan menjadikan ikhlas sebagai sarana dan fasilitas menuju cinta dan ridha Allah Ta'ala yang kekal dan abadi selama-lamanya)"