Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, Spectrum 4
Manajemen Dakwah



“Head of state as well as the Chruch, he was Caesar and Pope in one; but he was pope without the Pope’s pretensions, and Caesar without the legion of Caesar, without a standing army, without a bodyguard, without a police force, without a fixed revenue. If ever a man had the right to say that he ruled by a right divine, it was Muhammad, for he has all the powers without their supports. He cared not the dressing of power. The simplicity of his private life was in keeping with his public life” (Rev. Bosworth Smith)

Sebagai seorang utusan Allah SWT, sudah tentu Muhammad Saw menjadi penyebar ajaran-Nya kepada umat manusia. Kegiatan penyampaian wahyu dan ajakan beriman kepada Allah SWT biasanya disebut dakwah. Beliau melaksanakan fungsi dakwah ini tidak kurang dari 23 tahun.

Para sejarahwan membagi periode dakwah yang dilakukan oleh Muhammad Saw ke dalam beberapa tahapan. Dakwah tahap pertama dilakukan secara diam-diam (sirriyah) di lingkungan keluarganya sendiri (core family) dan sanak family terdekat (extended family). Dakwah dengan cara ini berlangsung selama 3 sampai 4 tahun.

Strategi dakwah seperti ini dilakukan karena beliau sangat paham dengan karakter masyarakat Quraisy. Mereka bersedia untuk berperang dan mati untuk mempertahankan kepercayaan mereka. Mereka akan menghukum atau menyerang orang-orang yang mencela keyakinan dan sembahan mereka. Karena itulah, Muhammad Saw memilih dakwah secara sembunyi-sembunyi untuk menghindari ancaman dari bangsa Quraisy yang dapat menggagalkan misi dakwah beliau.

Pada tahapan berikutnya, Muhammad Saw melakukan sakwah secara terabuka (jahriyyah). Meskipun demikian, dakwah ini belum memperoleh hasil yang menggembirakan. Dakwah secara luas mulai dilakukan di periode Madinah. Setelah kekuatan Muslim mulai disegani di Jazirah Arab, dakwah Islam semakin dapat diterima.

Berikut beberapa catatan kepemimpinan Muhammad Saw sebagai pemimpin keagamaan yang menyerukan ajaran Allah SWT dan mengajak manusia ke jalan yang benar.


Dakwah Tertutup

Orang pertama yang masuk islam adalah istrinya Khadijah dan sepupunya Ali bin Abi Thalib yang waktu itu baru berusia 10 tahun dan sejak kecil sudah hidup dengan beliau. Ali menyatakan keislamannya tanpa memberitahukan kepada kedua orang tuanya. Belakangan Abu Thalib tahu dan Muhammad Saw menjelaskan inti dakwahnya kepada pamannya itu sambil berharap ia mau beriman kepadanya dan mendukung misi dakwahnya. Abu Thalib tetap tidak dapat menerima ajarannya itu dan tetap pada kepercayaan lamanya. Meskipun demikian ia berjanji tidak akan berlepas tangan terhadap siapa pun yang mengganggu keponakannya itu dalam menjalankan dakwahnya.

Selain kepada keluarganya, dakwah disampaikan kepada teman dekatnya Abu BAkar Ash Shiddiq yang segera menyambut baik dakwahnya dan menyatakan keimanannya. Selanjutnya Abu BAkar secara diam-diam berdakwah di kalangan rekan-rekannya. Karena memilki pengaruh yang kuat, Abu Bakar berhasil menarik beberapa orang teman dekatnya untuk memeluk islam.

Dalam tiga tahun pertama ini bangsa Quraisy belum menunjukkan reaksi yang keras terhadap dakwah Muhammad Saw. Meskipun beliau sering erlihat menunanikan shalat di Ka’bah, mereka tidak terlalu menghiraukannya. Mereka menduga bahwa perbuatan dan perkataan Muhammad Saw itu sama seperti apa yang diperbuat oleh para pendeta atau orang-orang yang meyakini ajaran Yahudi dan Nasrani.

Menurut mereka, orang-orang seperti itu tidak akan banyak berpengaruh bagi bangsa Quraisy yang terkenal kuat memegang keyakinan mereka. Dengan demikian, secara politis orang-orang tersebut dianggap tidak akan mengancam tatanan social masyarakat Makkah yang sudah mapan.

Dakwah diam-diam yang dialkukan selama 3 tahun itu telah menarik belasan orang memeluk islam. Mereka inilah yang dikenal sebagai penganut Islam awal (al sabiqun al awwalun). Dalam menjalankan ibadah, seperti shalat, mereka lakukan dengan sembunyi-sembunyikarena khawatir keimanan mereak diketahui oleh bangsa Quraisy.

Dakwah Terbuka

Memasuki tahun keempat nubuwwah (kenabian), Muhammad Saw diperintahkan untuk menyampaikan Islam secara lebih terbuka. Dakwah tersebut dimulai dari keluarga beliau yang terdekat sebagaiman diisyaratkan firman Allah SWT;

“Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat, dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman. Jika mereka mendurhakaimu maka katakanlah: “Sesungguhnya aku tidak bertanggung jawab terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Pemilihan keluarga besara sebagai tujuabn dakwah berikutnya merupakan langkah yang tepat. Dalam masyarakat Makkah jahiliyah, hibungan kekerabatan melebihi ikatan-ikatan lainnya. Mereka tetap akan melindungi anggota sukunya meskipun berbeda agama dan keyakinan. Seperti halnya Abu Thalib yang tetap membela keponakannya, Muhammad Saw, meskipun berbeda keimanan. Oleh karena itu, dalam penyebaran Islam di masa awal Muhammad Saw perlu mendapat dukungan dari karib kerabatnya terlebih dahulu.
Sayangnya, dakwah terbuka terhadap keluarga ini kurang mendapat respon yang positif dari anggota keluarga besar beliau. Bahkan Abu Lahab, salah seorang paman sekaligus besan beliau, menyatakan permusuhan terbuka terhadap dakwah yang beliau sampaikan. Ia bahkan menghasut anggota keluarga yang lain untuk menghalangi Muhammad Saw menyebarkan agama Islam karena khawatir mereka akan menjadi sasaran kemarahan masyarakat Arab.

Pada tahapan berikutnya, Muhammad Saw mulai menyeru penduduk Makkah secara terang-terangan utnuk memeluk Islam. Dakwah tersebut disampaikan kepada semua lapisan masyarakat Makkah, mulai dari hamba sahaya sampai para pembesar Makkah.


Tanggapan Terhadap Dakwah Muhammad Saw

Tanggapan masyarakat Quraisy terhadap dakwah Muhammad Saw dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Kelompok pertama, mereka yang langsung menyatakan  beriman dengan Muhammad Saw. Mereka ini termasuk kelom[pok Muslim awal. Mereka ada yang berasal dari keluarga beliau sendiri, teman dekat, kalangan budak, dan seabgainya.

Kedua, adalah mereka yang menolak ajaran Muhammad Saw tetapi tidak melakukan aksi kekerasan baik terhadap beliau maupun terhadap para pengikutnya. Mereka mengangggap Muhammad Saw sama seperti para pendeta Yahudi atau Nasrani yang mencoba mengajak para penyembah berhala mengikuti ajarannya. Mereka tidak mau mengikuti Muhammad Saw karena teguh memegang kepercayaan tradisional mereka.
Kelompok ketiga, mereka yang menolak apa yang disampaikan Muhammad Saw dan para pengikutnya. Mereka juga menghasut penduduk Makkah lainnya untuk tidak mendengarkan Muhammad Saw. Tidak itu saja, mereka juga melakukan serangkaian tindakan kekerasan yang menyakiti Muhammad dan pengikutnya. Salah satu tokoh kelompok ini adalah paman beliau sendiri, Abu Lahab, yang sangat besar kebenciannya kepada Muhammad Saw.

Kelompok keempat, terdiri dari orang-orang yang bersikap abstain. Mereka ingin melihat perkembangan lebih lanjut dari gerakan Muhammad Saw. Dalam hati mereka terdapat kebimbangan. Di satu sisi mereka meyakini bahwa Muhammad Saw adalah salah seorang yang jujur dan terpercaya. Track recordnya sebagai seorang pedagang maupun anggota masyarakat menunjukkan bahwa dia berkepribadian lurus dan tidak pernah melakukan hal-hal yang tidak terhormat. Mereka telah menggelarinya sebagai seorang yang terpercaya (Al Amin) dan selama ini Muhammad Saw tidak pernah melakukan perbuatan yang dapat dapat merusak nama baiknya tersebut. Namun, di sisi lain mereka juga khawatir dengan keselamatan diri, keluarga dan kaum mereka sendiri jika menjadi pengikut Muhammad Saw. Mereka kwahatir akan dikucilkan dari pergaulan masyarakat Makkah dan dimusuhi. Akhirnya, mereka memilih bersikap diam dan menunggu. Mereka juga tidak setuju dengan perbuatan rekan-rekan mereka yang melakukan kekerasan terhadap Muhammad Saw dan para pengikutnya, namun mereka juga tidak berdaya untuk menghentikannya.


Dakwah ke Luar Makkah

Muhammad Saw tidak hanya menyampaikan Islam kepada penduduk Makkah saja. Beliau juga mengajak orang-orang di luar kota suci itu untuk  beriman kepada Allah. Penyiaran Islam ke luar Makkah dilakukan Muhammad Saw antara lain ke daerah Thaif sebelah selatan Makkah. Beliau pergi Thaif karena sudah sedemikian berat rintangan yang dilancarkan oleh kaum Quraisy . Beliau berfikir-fikir penduduk Thaif akan menerima dakwahnya dan melindunginya. Tetapi ternyata penduduk Thaif mengusir dan menganiayanya. Akhirnya beliau meninggalkan Thaif dan kembali ke Makkah.

Selain ke Thaif, Muhammad Saw juga mendatangi Banu Kinda di Arab Selatan, Banu Kalb di dekat Syiria, BAnu Hanifa di dekat Irak, dan Banu Amir bin Sha’sha’a yang hidup berpencar-pencar. Sayangnya, dakwah beliau kepada mereka tidak disambut dengan baik. Bahkan ada yang menolak dengan cara yang buruk sekali.
Beliau sampai berdoa:

Ya Allah, hanya kepada-Mu aku mengadukan kelemahan diriku, keterbatasan usahaku dan hinanya diriku di hadapan manusia. Wahai zat yang Maha Pengasih, Engkaulah Tuhan orang-orang lemah dan Engkau juga adalah Tuahnku, kepada siap Engkau menyerahkanku? Apakah kepada orang jauh yang telah menyiksaku? Ataukah kepada musuh yang telah Engkau beri kekuasaan untuk mengalahkan diriku? Kalaulah  bukan karena murka-Mu kepadaku, maka aku tidak akan peduli, dan aku tahu bahwa pengampunan-Mu untukku lebih luas.

Aku berlindung dengan cahaya wajah-Mu yang menerangi kegelapan, yang telah memperbaiki urusan dunia dan akhirat, agar kiranya Engkau tidak menimpakan kemarahan-Mu kepadaku atau menempatkan kemurkaan-Mu kepadaku. Hanya milik-Mu segala keridhaan hingga Engkau pun meridhaiku. Tidak ada daya dan upaya kecuali karena-Mu.

Memanfaatkan Musim Haji

Dalam bulan-bulan haji, kota Makkah ramai dikunjungi oleh orang-orang dari  berbagai penjuru dunia untuk melaksanakan ritual keagamaan menurut cara mereka masing-masing. Mereka tinggal di Makkah selama beberapa hari untuk beribadah dan berdagang. Mereka tinggal di sana berkelompok-kelompok menurut sukunya masing-masing.

Kepada mereka inilah Muhammad Saw menyampaikan ajarannya. Tetapi sekian musim haji berlalu, tanggapan yang diterima tidak begitu menggembirakan. Kebanyakan mereka menolak apa yang disampaikannya dan tetap berpegang pada ajaran lama mereka. Meskipun demikian Muhammad Saw tidak putus asa. Setidaknya, syiar Islam telah disampaikan.

Meskipun mereka menolak seruannya, namun mereka tentu akan bercerita kepada masyarakat masing-masing kalau di Makkah sekarang ada seseorang yang mengaku dirinya sebagai utusan Tuhan dan menyiarkan agama Islam. Meskipun mereka mungkin menjelek-jelekkannya di hadapan masyarakat mereka, tetapi mereka telah turut andil menyampaikan kebneradaan Islam ke berbagai wilayah. Akibatnya Muhammad Saw dan Islam semakin dikenal di kawasan itu.

Diantara mereka yang tertarik dengan kemunculan seorang rasul ini adalah beberapa orang penduduk Yatsrib. SUdah lama mereka merindukan kemunculan seseorang yang dapat mereka jadikan sebagai pemimpin dan dapat menciptakan perdamaian di daerah mereka. Mereka sudah bosan hidup dalam pertikaian terus menerus anatara Kabilah ‘Auz dan Khazraj.

Kepada penduduk Yatsrib ini Muhammad Saw juga menyampaikan dakwahnya. Pada awalnya sikap mereka sama dengan orang Arab lainnya. Namun ada juga di antara mereka yang bersimpati dan tertarik dengan ajaran Muhammad Saw. Jumlah mereka yang tertarik semakin bertambah dari tahun ke tahun. Akhirnya pada suatu musim haji, 12 orang penduduk Yatsrib berikrar (berjanji) di hadapan Muhammad Saw untuk tidak menyekutukan Yuhan, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, tidak mengumpat dan memfitnah. Ikrar ini dikenal dengan ikrar ‘Aqabah yang pertama. Kemudia, Muhammad Saw mengutus Mush’ab bin Umair ke Yatsrib untuk mengajarkan ajaran Islam di sana.

Pada tahun berikutnya(622 M), jumlah jamaah haji dari Yatsrib semakin beratmbah. Kali ini jumlah mereka menjadi 75 orang. Mereka menyatakan beriman kepada Muhammad Saw dan berikrar akan membelanya sebagaimana mereka membela keluarga dan harta mereka. Ikrar ini dikenal dengan ikrar ‘Aqabah kedua. Ikrar ini merupakan salah satu tanda babak baru penyiaran Islam yang dilakukan Muhammad Saw. Tidak beberapa lama berselang, Muhammad Saw mengizinkan pengikutnya untuk berhijrah ke Yatsrib. Beliau pun setelah diizinkan Allah SWT.


Dakwah di Madinah

Di Madinah, Muhammad Saw terus menyiarkan Islam kepada penduduk Madinah yang belum beriman. Beliau juga mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani untuk beriman kepadanya. Beberapa di antara mereka ada yang masuk Islam, namun sebagian besar orang-orang Yahudi tetap menganut agamanya.
Dakwah Islam juga disampaikan kepada kabilah-kabilah di sekitar Madinah. Dalam waktu singkat, jumlah orang yang masuk Islam meningkat pesat. Lama kelamaan kaum Muslim Madinah menjadi kelompokm mayoritas dan memegang kekuasaan politik Madinah.

Pada periode Madinah ini Muhammad Saw mulai mengajarkan ritual-ritual keagamaan seperti shalat dan puasa. Di samping itu beberapa aturan-aturan social masyarakat juga mulai diperkenalkan. Di periode Madinah inilah Islam yang diturunkan Allah baru ditetapkan ketika beliau sedang mengerjakan wukuf di Arafah dengan turunnya wahyu terakhir sebagaimana terekam dalam surat al Madinah ayat 3. Wahyu ini menyatakan bahwa pada hari itu Allah menyempurnakan ajaran Islam yang dibawa oelh Muhammad Saw. Dengan demikian secara tidak langsung Allah menyatakan bahwa tugas kerasulan beliau sudah hamper selesai.


Sifat-sifat Kepemimpinan Dakwah Muhammad Saw

1. Disiplin Wahyu 
Muhammad Saw menjalankan fungsi ini dengan baik. Beliau tidak berbicara kecuali sesuai dengan wahyu. Beliau tidak membuat-buat ayat-ayat suci dengan mengikuti hawa nafsunya sendiri. Beliau juga tidak menambah atau mengurangi apa yang telah disampaikan kepadanya. Dalam beberapa kesempatan wahyu diturunkan untuk mengkritik sikap beliau tetapi beliau tetap menyampaikannya.

2. Memberikan Teladan 
Pemimpin yang baik adalah yang mampu memberikan teladan yang baik kepada umatnya. Sebagai seorang pemimpin keagamaan, Muhammad Saw juga memberikan teladan yang baik kepada umatnya, khususnya dalam melaksanakan code of conduct kehidupan social masyarakat.

3. Komunikasi yang Efektif 
Dakwah adalah proses mengkomunikasikan pesan-pesan ilahiyah kepada orang lain. Agar pesan itu dapat disampaikan dan dipahami dengan baik, maka diperlukan adanya penguasaan terhadap teknik berkomunikasi yang efektif. Muhammad Saw merupakan seorang komunikator yang efektif. Hal ini ditandai oleh dapat diserapnya ucapan, perbuatan, dan persetujuan beliau oleh para sahabat yang kemudian ditransmisikan secara turun temurun. Inilah yang kemudian dikenal dengan hadist atau sunnah Muhammad Saw.

Keahlian dan kelihaian beliau dapat berkomunikasi telah menarik banyak manusia di zamannya untuk mengikuti ajarannya. Begitu juga dengan orang-orang yang tidak pernah bertemu dengannya yang beriman meskipun tidak mendengar langsung ajaran Islam dari mulut beliau sendiri.

4. Dekat dengan Umatnya
Sebagai pemimpin keagamaan, Muhammad Saw tidak berhenti pada sebatas menyampaikan wahyu Allah SWT. Beliau tidaklah seorang yang hanya mengatakan bahwa ini baik dan itu buruk kemudian menjaga jarak dari umatnya. Beliau bukanlah seorang yang mengurung diri dari public dan selalu menyibukkan diri dengan rutinitas ibadah. Beliau adalah seorang penyeru yang sangat dekat dengan umatnya. Beliau sering mengunjungi sahabat-sahabatnya di rumah-rumah mereka.

Beliau juga sering bermain dengan anak-anak mereka. Beliau turun langsung melihat realitas kehidupan pengikutnya dan orang-orang yang belum bermain dengannya. Beliau tidak segan-segan mengusap kepala anak yatim, menyeka air mata fakir miskinm, menyuapi peminta-minta, dan sebagainya. Beliau tidak sekedar ceramah dari satu masjid ke masjid lainnya, tapi menyentuh langsung hati umatnya di tempat mereka berada.

5. Pengkaderan dan Pendelegasian Wewenang
Dalam satu riwayat dikatakan bahwa Muhammad Saw pernah berkata bahwa Allah SWT tidak mengangkat ilmu dengan mencabut ilmu itu dari manusia. Melainkan Allah SWT mencabut ilmu melalui wafatnya para ulama.


Sifat-sifat Kepemimpinan Dakwah Nabi Muhammad


Demikian juga halnya dengan ilmu keagamaan yang akan hilang dengan kematian para ulama yang menguasai ilmu tersebut. Secara tidak langsung sabda ini mengisyaratkan kesadaran beliau tentang perlunya menciptakan kader-kader yang beliau isi dengan ilmu pengetahuan keagamaan yang akan meneruskan dakwah beliau ketika beliau tiada. Dalam sabdanya yang lain ebliau mengatakan bahwa para ulama adalah pewaris para nabi. Muhammad Saw adalah seorang nabi yang menciptakan ulama-ulama yang akan mewarisi ilmunya.

Pengkaderan ini beliau lakukan terhadap beberapa orang sahabat yang beliau didik dalam ilmu keagamaan. Beliau juga mendelegasikan wewenang kepada beberapa orang sahabat yang telah diberinya ilmu yang mencukupi untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran islam kepada mereka yang belum atau baru saja memeluk agama Islam. Misalnya beliau mengutus Mush’ab bin Umair ke Madinah untuk menyiarkan Islam di sana. Pembinaan dan pendelegasian wewenang ini cukup efektif karena pada gilirannya mereka juga akan membentuk kader mereka sendiri-sendiri sehingga ajaran Islam semakin luas syiarnya.


Menyinari Hingga Akhir Zaman

Sebagai seorang utusan Allah, Muhammad Saw mempunyai tugas menyampaikan risalah ilahiyah kepada seluruh umat manusia. Beliau adalah rasul akhir zaman. Tidak ada lagi utusan Tuhan sesudahnya. Berbeda dengan utusan-utusan Allah sebelumnya, sasaran dakwah Rasulullah Saw melintasi ruang dan waktu. Beliau bukan diutus untuk orang arab saja, tetapi untuk seluruh umat manusia sampai Hari Akhir.

Metode dakwah yang digunakan Rasulullah Saw terbukti jitu dalam menyinari umat manusia dengan cahaya Ilahi. Dalam jangka waktu yang relative pendek (kurang dari 23 tahun), ajaran Islam dapat tersebar melewati Jazirah Arab. Manusia dari berbagai suku, ras dan latar belakang keyakinan berduyun-duyun memeluk Islam di hadapan Muhammad Saw. Beliau dapat menyaksikan kejayaan Islam dan kaum Muslim sebelum beliau wafat. Dan, setelah wafat pun Islam semakin berkembang dan menyebar ke seluruh penjuru dunia sampai akhir masa.




Sumber: "Muhammad Saw The Super Leader Super Manager", Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec (Nio Gwan Chung), Cetakan XVI, 2009, Penerbit TAZKIA Publising)


Kembali ke: Muhammad Shallalahu 'alaihi wa sallam The Super Leader Super Manager

Kembali ke: Strategi dan Taktik Islami

Kembali ke: Beranda
1 Komentar untuk "Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, Spectrum 4
Manajemen Dakwah"

A`uudzu billahi min asy-Syaythaani ‘r-rajim.
سْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim
In the name of Allâh اللّه the most Gracious, Most Merciful

"Sadaqta wa bararta, wa bilHaqqi Nataqta"
(You have confirmed the truth and you did well - and you have spoken a fact.) ...
Sami'na wa a'tho'na.. we Listen, we Obey
Salam سَلَـٰمٌ۬ۚ 99 - qurʾānahu-ḏikrallāh-āl ihsān
محَمد فندي ليوع MFL™
~ ӍΞ, ӍƳŞΞĹƑ, Ĭ 'Ӎ ӍƑĹ™ ~

InshaAllah……

Back To Top