Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, Spectrum 3
Menata Keluarga Harmonis


"Islam teaches the inherent sinlessness of man. It teaches that man and woman have come from the same soul and have been equipped with equal capabilities for intellectual, spiritual and moral attainments." (Sir Charles Archibald Hamilton)


KELUARGA


Keluarga merupakan kelompok terkecil dalam sebuah struktur social. Ia dianggap sebagai pilar Utama untuk kokohnya bangunan masyarakat. Jika keluarga-keluarga itu baik, maka baik pula masyarakat tersebut. Sebaliknya, jika dalam suatu masyarakat banyak keluarga yang rusak, maka rusak pula masyarakat tersebut.

Keberhasilan dalam memimpin keluarga sering dijadikan salah satu kriteria bagi kesuksesan seseorang. Dia belum dianggap sukses kalau keluarganya masih berantakan atau banyak persoalan yang tidak terselesaikan.

Betapa banyak pemimpin yang sukses dalam karir dan bisnis, tetapi gagal dalam memimpin rumah tangga. Misalnya, ada pengusaha atau pejabat yang anaknya terlibat narkoba atau tindak kriminal lainnya. Atau, paling tidak anak-anaknya kurang mendapatkan kasih-sayang kedua orang tua mereka. Sang ayah sibuk berbisnis dan tidak mempunyai banyak waktu untuk keluarga.

Sementara sang ibu juga mempunyai kesibukan yang sama. Akibatnya, anak-anak mengalami sindrom broken-home dan tidak kerasan di rumah. Mereka mulai mencari tempat-tempat di mana mereka mendapatkan sesuatu yang tidak mereka dapatkan di rumah. Banyak di antara mereka yang terjerumus ke pergaulan yang salah dan pada gilirannya membawa banyak persoalan.

Muhammad Saw merupakan teladan yang baik dalam kepemimpinan keluarga. Meskipun banyak kritikan yang dialamatkan kepada beliau oleh kalangan non-muslim berkaitan dengan rumah tangga beliau, Muhammad Saw tetaplah seorang ayah yang baik bagi anak-anaknya dan suami yang baik pula bagi istri-istrinya.


PERNIKAHAN AGUNG

Muhammad Saw menikah untuk pertama kali ketika berumur 25 tahun dengan Khadijah binti Khuwailid. Sebelumnya hubungan mereka adalah hubungan antara seorang shahabatul mal (pemilik modal) dan mudharib (business manager).

Belakangan Khadijah tertarik untuk membina rumah tangga dengan Muhammad Saw dan mengutarakan rencananya itu kepada keluarga Muhammad Saw.

Khadijah adalah lambang ketulusan dan tempat Muhammad Saw menemukan ketentraman dan kedamaian dari segala kegelisahan yang ditemuinya. Khadijahlah yang menentramkan hati Muhammad Saw ketika beliau dalam kekhawatiran yang sangat besar saat bertemu pertama kali dengan Jibril di gua hira.


PUTRA-PUTRI MUHAMMAD SAW


Dari Khadijah: Qasim, Zainab, Abdullah, Ruqayah, Ummu Kultsum dan Fatimah
Dari Mariyah Al Qibtiyah: Ibrahim

Hikmah tidak adanya anak laki-laki Muhammad Saw yang dapat bertahan hidup hingga dewasa bahkan sampai beliau wafat adalah bahwa Allah Subhanallahu wa ta’ala mungkin tidak menghendaki anak laki-laki beliau itu pada akhirnya diangkat sebagai pewaris kepemimpinan beliau baik dalam keagamaan maupun dalam kemasyarakatan. Kalau beliau mempunyai anak laki-laki yang hidup sampai dewasa mungkin dikhawatirkan akan seperti anak laki-laki yang dimiliki oleh beberapa orang nabi-nabi sebelumnya. Misal Qabil anak nabi Adam yang membunuh saudaranya Habil. Juga anak nabi Nuh yang bernama Kan’an yang durhaka dan tidak mau mengikuti ajaran nabi Nuh dan akhirnya mati tenggelam. Atau seperti anak nabi Ibrahim yakni Ismail dan Ishak yang diangkat sebagai nabi.

Di samping itu barangkali ada kekhawatiran menjadi anak laki-laki yang dikultuskan dan mendapat keistimewaan seperti putra-putra pemimpin di berbagai belahan dunia atau menjadi pewaris kepemimpinan meskipun tanpa kompetensi yang layak. Banyak di antara putra putri pemimpin suatu masyarakat atau negara yang dipilih (lebih tepatnya diwarisi) untuk memimpin hanya karena factor keturunan bukan keahlian atau kompetensi. Padahal Muhammad Saw adalah seorang rasul terakhir yang diutus Allah dan diharapkan menjadi teladan yang baik di segala aspek kehidupannya termasuk dalam memimpin rumah tangga. (Cukup satu contoh yang terbaik sebagai suri tauladan Utama umat manusia hingga akhir jaman, red.)


PERHATIAN TERHADAP PENGASUH DAN PELINDUNGNYA

Muhammad Saw sangat memperhatikan orang-orang yang pernah berjasa kepadanya. Dalam upacara perkawinannya dengan Khadijah, Halimah, ibu susunya, turut diundang. Sesudah itu pun, ketika pengasuhnya ini sudah berusia lanjut datang mengunjunginya, Muhammad Saw membentangkan pakaiannya yang paling berharga untuk tempat duduk Halimah. Pada saat daerah Halimah dilanda paceklik, Muhammad Saw memberinya unta bermuatan air dan empat puluh ekor kambing.

Perhatian serupa ia tunjukkan kepada paman yang pernah mengasuhnya, Abi Thalib. Pamannya ini termasuk orang yang kurang mampu, tetapi anaknya banyak. Di antara paman-paman Muhammad Saw memang ada yang kaya, seperti Abu Lahab dan Abbas bin Abdul Muthalib. Muhammad Saw sendiri merasa ;lebih dekat dengan Abbas karena dibesarkan bersama. Oleh karena itu, Muhammad Saw meminta Abbas untuk bersamanya meringankan beban Abi Thalib dengan cara mengambil salah satu anaknya untuk dibesarkan. Akhirnya Abbas mengasuh Ja’far, sedangkan Muhammad Saw sendiri mengambil Ali.
Peneladanan terhadap sikap ini dapat dilakukan dengan menghormati dan mengasihi para pengasuh atau orang-orang yang pernah berjasa kepada kita di waktu kecil dulu. Mereka adalah orang-orang yang turut memberikan andil bagi apa yang kita rasakan dan peroleh sekarang ini. Mereka telah menanamkan benih-benih kasih sayang, memberikan pendidikan awal, menjaga dan merawat kita.

Sekarang mari kita bertanya kepada diri masing-masing, kapan terakhir kali bertemu dengan dengan pengasuh atau orang-orang yang berjasa di waktu kita kecil dulu? Sudahkah kita memberikan sesuatu yang bisa meringankan beban mereka?


MUHAMMAD SAW DAN ISTRI-ISTRINYA


Periode perkawinan Muhammad Saw sebagian besar dijalani dalam bentuk monogami. Beliau hanya mempunyai satu istri (Khadijah) selama lebih kurang 25 tahun (hingga Khadijah wafat pada saat Rasulullah berusia sekitar 50 tahun, red). Kemudian sempat hidup menduda beberapa waktu sebelum kemudian menikah untuk yang kedua kalinya. Pada masa pernikahan yang kedua inilah beliau memiliki istri lebih dari satu atau selama lebih kurang 11 sampai 12 tahun.

Kalau memang Muhammad Saw memperturutkan syahwat, tentu beliau telah beristri selain Khadijah. Apalagi kaum Quraisy bersedia mencarikan wanita pilihan untuk dinikahinya asalkan Muhammad Saw mau menghentikan dakwahnya.

Selain itu, kalau memang syahwat yang mendorong beliau berpoligami, tentu akan dilakukannya di usia yang lebih muda dan kaum Quraisy akan dengan senang hati mencarikannya.


CONTOH KEHARMONISAN KELUARGA RASULULLAH SAW

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik kepada keluarganya dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku di antaramu.” (HR. Tirmidzi No. 3830)

Sebagai panutan, Rasulullah Saw memberikan contoh bagaimana membangun satu keluarga yang harmonis dan bahagia. Rasulullah Saw menegaskan bahwa istri tidak hanya sebagai objek kesenangan dan tempat untuk menyalurkan kebutuhan biologis belaka. Begitu juga suami, ia tidak hanya bekerja mencari rezeki untuk istri dan anak semata. Namun sesungguhnya antara suami, istri, dan anak terdapat pertalian yang suci dan luhur serta agung.

Pertalian ini adalah mawaddah dan mahabbah (kasih sayang dan kecintaan). Dari akar kata wud dan hub timbul tawaddud dan tahabbub yang berarti saling menyayangi dan mencintai. Wudd dan hub juga mengharuskan semua pihak yang terlibat harus menjunjung tinggi berbagai nilai yang penuh teladan, melakukan perbuatan yang mendatangkan cinta dan kasih sayang; berlemah-lembut, saling mendekatkan diri dengan ucapan yang baik, serta berupaya untuk mewujudkan keromantisan yang tulus.

“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan saying. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Ruum: 21)

Dalam pembahasan berikut kita akan bersama-sama menengok sedikit suri teladan Rasulullah Saw dalam membangun kemesraan kehidupan rumah tangga beserta istri dan anak-anaknya:

1. Ayah Teladan
Ia dikenal sebagai seorang ayah yang penuh perhatian kepada anak-anaknya, meskipun mereka sudah dewasa dan berkeluarga. Ketika hendak berangkat ke Perang Badar misalnya, Muhammad Saw berpesan kepada Utsman bin Affan, untuk tidak ikut bersamanya dan disuruh menjaga istrinya, Ruqayyah putri beliau, yang sedang sakit. Tak lama kemudian, Ruqayyah meninggal dunia. Ketika kembali dari Badar, yang pertama beliau lakukan adalah pergi ke pusara putrinya itu bersama Fatimah.
Pada masa-masa senggang, Muhammad Saw sering berkunjung ke kediaman anak-menantu dan sahabat-sahabatnya. Sebaliknya, beliau juga sering dikunjungi Fatimah dan Safiyah, bibinya. Setiap kali berkunjkung, Fatimah membawa kedua anaknya. Hasan yang lahir pada bulan ramadhan tahun 3H/625 M dan Husain (4 H/626 M)

2. Mertua yang Pengertian
Satu minggu setelah kepulangannya dari Badar, Muhammad Saw mendorong Ali bin Abi Thalib untuk melamar Fatimah secara resmi. Pada mulanya Ali ragu karena merasa dirinya miskin, meskipun telah memiliki tempat tinggal sederhana. Tetapi mengingat permintaan itu datang dari Rasulullah Saw, Ali menyatakan kesediaannya. Setelah melangsungkan pernikahan Fatimah dan Ali dengan menyembelih seekor domba. Beberapa bulan kemudian, Muhammad Saw meminta Utsman untuk menikahi Ummu Kultsum, adik Ruqayyah. Utsman juga menerima permintaan beliau.

3. Kakek yang Penyayang
Beberapa kali Muhammad Saw membawa kedua orang cucunya, Hasan dan Husain itu ke masjid dengan menggendongnya di atas bahu. Ketika ia berdiri dan membaca ayat-ayat dalam shalat sang cucu tetap dalam gendongannya. Baru ketika ia hendak melakukan rukuk dan sujud sang cucu diturunkanan untuk kemudian digendong lagi ketika hendak berdiri pada rakaat selanjutnya.
Disamping itu, Muhammad Saw juga sering bersilaturahim ke rumah para sahabat, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali untuk membicarakan masalah kemasyarakatan. Apabila berkunjungke rumah salah seorang sahabat, beliau duduk di mana saja ada tempat yang terluang. Kadang-kadang beliau bercanda dengan mereka. Anak-anak merekapun sering bermain dan duduk di pangkuannya.
Kesempatan ini digunakan Muhammad Saw untuk berbincang dengan mereka dan memberikan konsultasi terhadap berbagai persoalan yang mereka hadapi. Meskipun mempunyai kekuasaan besar, beliau lebih memilih mendengar pendapat yang mereka kemukakan ketimbang memaksakan pendapatnya sendiri. Apabila ada yang berbicara, ia menunjukkan perhatian yang penuh. Beliau juga tidak mau dihormati secara berlebihan atau dikultuskan. Sebagaimana diriwayatkan dari Umar bin Khattab, Muhammad Saw pernah mengatakan, “Janganlah kamu sekalian berlebihan dalam memuji-mujiku seperti orang Nasrani yang berlebihan memuja (Isa) putra Maryam. Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang hamba. Oleh karenanya, katakanlah ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya’.” (HR. Bukhari No. 3445)

4. Suami Teladan

a. Suami membukakan pintu kendaraan atau rumah untuk istrinya
b. Mencium istri sebelum pergi dan datang dari berpergian
c. Makan sepiring berdua
d. Berlemah-lembut dan menemani istri yang sakit
e. Bersenda gurau dan membangun keakraban
f. Tetap romantis dan akrab dengan istri yang sedang haid
g. Mandi bersama
h. Mengajak istri makan di luar sambil refreshing
i. Saling membersihkan setelah berhubungan
j. Bersandar di atas dada istri dan tidur di atas pahanya
k. Suami istri berpelukan di saat tidur
l. Mengajak istri bepergian ke luar kota
m. Suami menyuapi istri
n. Mencium istri dari waktu ke waktu
o. Suami mengantar istri ketika keluar
p. Suami istri berjalan-jalan di malam hari
q. Istri menyisir rambut suaminya
r. Istri menaburkan parfum ke badan suaminya
s. Ungkapan cinta dan panggilan sayang setiap harinya
t. Meletakkan pipi di atas pipi
u. Suami istri membiasakan olahraga
v. Memberikan kesenangan kepada istri
w. Memperhatikan perasaan istri


PERSOALAN RUMAH TANGGA

Kehidupan rumah tangga Muhammad Saw tidak selalu berjalan mulus tanpa persoalan. Meskipun beliau adalah seorang nabi dan rasul, tetapi beliau tetaplah seorang manusia biasa yang juga menemui persoalan-persoalan rumah tangga sebagai mana pemimpin-pemimpin rumah tangga lainnya. Cara –cara beliau menghadapi persoalan rumah tangga memberikan teladan bagi umatnya bagaimana seharusnya menyelesaikan persoalan keluarga yang ada.

Ada beberapa persoalan rumah tangga beliau yang tercatat oleh sejarah. Diantaranya adalah mengenai pernikahannya dengan Zaenab bin Jahsy dan kasus hadist ifk (berita palsu/gossip) yang menimpa istrinya Aisyah binti Abu Bakar. Di samping itu ada pula kisah kegusaran beliau terhadap salah satu istrinya Hafsah binti Umar bin Khatab. Beliau juga pernah menghadapi persoalan kecemburuan di antara para istri-istrinya tersebut.


TELADAN DALAM BERKELUARGA

Beliau adalah suami yang baik bagi istri-istrinya, mencintai anak-anaknya, dan sayang pada cucu-cucunya. Persoalan yang sering sulit dipahami bagi kalangan non-Muslim adalah tentang istri-istri beliau yang berjumlah lebih dari satu (poligami). Namun, dengan mencermati contoh-contoh di atas semakin menunjukkan bahwa Rasulullah Saw saat diberikan kekhususan oleh Allah SWT untuk menikah lebih banyak dari umatnya tidak dipergunakan semena-mena tetapi lebih untuk kepentingan dakwah dan menguatkan jalinan sosial di antara suku-suku Arab saat itu.

Rasulullah Saw merupakan teladan dalam memimpin keluarga.




(Muhammad Syafii Antonio (Nio Gwan Chung), "Muhammad Saw The Super Leader Super Manager", Penerbit TAZKIA Publishing, Cetakan XVI. 2009)
0 Komentar untuk "Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, Spectrum 3
Menata Keluarga Harmonis"

Back To Top