Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Hikmah Kondisi Turunnya Wahyu Pertama

AT

sy mau bertanya terutamanya kpd SAUDARA2 MUSLIM ,,mengapa semasa muhamd menerima wahyu di gua hira itu,,,kelakuan malaikat jibril yg kalian percaya telah dtg pd muhamd di gua HIRA itu menyuruh muhamd membaca alqurannya seperti memaksa atau kita bisa katakan dgn satu ANCAMAN???dan kejadina itu telah menjadikan muhamd merasa takut yg kuat lalu muhamd tertekan seperti ingin bunuh diri???DR KEJADIAN INI ,KITA MELIHAT APA YG TERJADI KPD NABI MUHAMD KALIAN SUNGGUH2 ANEH SEKALI,,,,,??? KOK BISA2 NABI MUHAMD ingin bunuh diri kerna gara2 tdk percaya dirinya merupakan seorang nabi,,,??? dan lebih para lagi apabila muhamd sendiri pun sama sekali engga tahu klu di adalah benar2 nabi yg di pilih allah atau yg dtg di gua hira dan seperti mengancamnya itu BENAR2 JIBRIL YG BENRA dr utusan tuhan atau tdk ,,,??? DI SINI KITA MELIHAT KEJADIAN SEPERTI INI TDK PERNAH BERLAKU SEPERTI NABI2 YG LAIN SEBELUMNYA DI ISRAIL,,,,dia sepertinya bukanlah nabi yg di pake allah,,,yahweh.allah israil.....MOHON JAWAPANNYA DR SAUDARA MUSLIM...
Like · · Follow Post · Yesterday at 9:01pm

--->


AM

Jika kita membaca sejarah dengan benar dari sumber yang benar, pasti kita bisa membayangkan kondisi psikologis yang dialami Muhammad saw disaat ia menerima wahyu pertama kali.
Pertama; bayangkan ketika anda sedang sendiri dimalam gelap dalam gua...tiba2 didatangi sesosok mahliuk yang belum pernah dilihat sebelumnya, bukankah andapun akan sangat terkejut dan ketakutan?
belum hilang keterkejutan anda mahluk tersebut memerintahkan sesuatu yang anda tidak bisa lakukan, sebenarnya Jibril bukan memaksa atau mengacam, JIbril hanya memegang bahu dan leher Muhammad saw, untuk apa? Apa kira2 yang akan anda lakukan untuk menenangkan seseorang yang terkejut?
Jadi salah kalo itu di sebut mengancam.
Yesterday at 9:29pm · Like

---->


Mengapa Rasulullah melihat Jibril dengan mata kepalanya sendiri untuk pertama kali, padahal wahyu sebenarnya dapat turun "dari balik tirai"?

Mengapa Allah melesakkan perasaan takut ke dalam hati Rasulullah dan keraguan dalam memahami hakikat peristiwa itu? Bukankah kecintaan Allah terhadap Rasulullah semestinya berimplikasi pada perlindungan dan anugerah ketenangan di dalam hati beliau sehingga tak perlu takut saat menerima wahyu?

Mengapa Rasulullah sempat mengkhawatirkan keselamatan dirinya kalau-kalau makhluk yang beliau lihat di Gua Hira adalah sebangsa Jin? Padahal makhluk itu adalah malaikat yang terpercaya di sisi Allah.

Mengapa setelah wahyu pertama itu turun, mendadak wahyu tidak turun lagi untuk sekian lama, sampai Rasulullah dikabarkan begitu gelisah? Bahkan sampai Rasulullah -sebagaimana diriwayatkan Bukhari- sempat berniat meloncat dari puncak gunung?

Semua pertanyaan itu tentu wajar jika muncul pada perkara turunnya wahyu pertama kali. Kemudian, ketika mencari jawaban atas semua pertanyaan itu, kita akan menemukan hikmah luar biasa besar. Hikmah itu adalah berupa bukti bahwa semua orang yang berfikir sehat dan independen ternyata dapat menemukan sebuah fakta yang akan melindungi dirinya dari racun kesesatan yang dihembuskan para pelaku ghazwul fikri dan melindungi dirinya dari pengaruh khayalan orang-orang dungu yang sesat ini.

Betapa tidak, dengan mengetahui bahwa Muhammad merasa sangat ketakutan ketika di dalam Gua Hira ia berhadapan dengan Jibril yang menyuruhnya membaca, kita dapat mengetahui bahwa ternyata wahyu sama sekali bukanlah bisikan hati yang muncul dari dalam diri Muhammad sendiri, melainkan sebentuk "pertemuan" dengan realitas eksternal yang sama sekali tidak memiliki hubungan dengan diri atau realitas Muhammad itu sendiri.

Tindakan Jibril yang merengkuh kuat, lalu melepaskan tubuh Muhammad hingga tiga kali seraya berkata: "Bacalah!" juga semakin menegaskan adanya pertemuan eksternal antara dua makhluk Allah ini. Hal ini tentu membantah tuduhan yang menyatakan bahwa ketika menerima wahyu pertama, Muhammad sedang mendengarkan bisikan hatinya sendiri.

Pada saat itu Rasulullah benar-benar merasa ketakutan disebabkan hal yang ia dengar dan lihat sehingga ia memutuskan untuk menghentikan khalwatnya di Gua Hira dan langsung kembali ke rumahnya dengan hati yang bergetar. Hikmah di balik itu adalah agar setiap orang yang berakal sehat mengerti bahwa pada saat itu Rasulullah belum mengenal risalah yang akan dibebankan padanya untuk disebarkan ke seluruh dunia. Selain itu, kita bisa memahami bahwa wahyu yang turun kepada Muhammad itu sama sekali bukan sesuatu yang menjadi kelanjutan dari sesuatu yang dibayangkan atau terbersit di hati Muhammad. Wahyu itu justru muncul dalam bentuk yang mengguncang dan sangat mengejutkan bagi Muhammad. Jadi, tidak diragukan lagi, sesuatu yang turun kepada Muhammad bukanlah sesuatu yang berasal dari bayang-bayang dalam angan yang kemudian muncul dalam jiwa Muhammad untuk kemudian dijadikan sebagai akidah yang harus disampaikan kepada umat manusia.

Uraian di atas tentu benar sebab ilham, suara hati, atau bayang-bayang di dalam benak seseorang tidaklah mungkin dapat menyebabkan ketakutan yang luar biasa. Angan-angan yang terlintas di dala batin tidak akan mungkin terkait dengan keterkejutan dan ketakutan. Tuduhan bahwa Muhammad berdusta dan mengada-ada akan gugur dengan sendirinya. Hal itu disebabkan di sepanjang hidup, Muhammad dikenal luas sebagai pribadi yang jujur dan terpercaya.

Gambaran ketakutan yang dialami Rasulullah ini juga semakin tebal ketika kita mengetahui bahwa Rasulullah sempat mengira malaikat yang menemuinya di dalam Gua Hira adalah sebangsa Jin. Pada saat itu, Rasulullah berkata kepada Khadijah: "Sungguh aku khawatir akan diriku." Maksudnya, keselamatan dari gangguan jin. Khadijah pun langsung menenangkan Rasulullah dengan mengatakan bahwa suaminya itu bukanlah orang yang dapat dengan mudah diganggu oleh setan dan jin karena memiliki akhlak dan berbagai sifat terpuji.

Sebenarnya, Allah tentu sangat sanggup untuk menenangkan hati Rasulullah dengan memberi tahu bahwa yang mendatangi sang rasul pada saat itu adalah Jibril. Namun, rupanya Allah Mahabijaksana berkehendak untuk menonjolkan pemisahan antara pribadi Muhammad sebelum diangkat menjadi rasul dan sesudahnya. Allah juga rupanya ingin menjelaskan bahwa tidak ada secuilpun dari akidah dan syariat Islam yang sudah benar-benar "matang" di dalam benak Rasulullah sebelum turunnya wahyu pertama, sebagaimana halnya dakwah untuk menyeru ke jalan Allah yang juga tidak pernah terbayangkan oleh Rasulullah sebelum beliau diangkat menjadi rasul.

Berikutnya, dari hal yang telah diilhamkan Allah kepada Khadijah untuk mengajak Rasulullah menemui Waraqah bin Naufal guna menyampaikan peristiwa yang telah dialaminya itu juga terkandung hikmah yang kembali menegaskan bahwa peristiwa yang begitu mengejutkan Rasulullah itu ternyata adalah memang wahyu ilahi yang dahulu juga sudah turun kepada para nabi dan rasul lainnya. Pertemuan dengan Waraqah itu juga untuk menghilangkan keraguan dari dalam diri Rasulullah yang bercampur aduk dengan perasaan takut dan berbagai bentuk bayang-bayang untuk menginterpretasikan sesuatu yang baru saja beliau lihat dan dengar di Gua Hira.

Jadi, hadits-hadits yang berisi keterangan ihwal permulaan turunnya wahyu seperti yang diriwayatkan secara sahih dan kuat memang secara langsung mematahkan semua yang digembar-gemborkan orang-orang sesat kepada umat manusia berkenaan dengan wahyu dan misi kenabian yang diemban Muhammad. Dengan melihat jelas hal itu, Anda pasti akan menemukan himah Ilahiah yang agung dan tersimpan di balik peristiwa turunnya wahyu pertama dengan cara yang diinginkan Allah.

(Fikih Sirah, DR. Al-Buthy)
0 Komentar untuk "Hikmah Kondisi Turunnya Wahyu Pertama"

Back To Top