Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Memahami Istilah Agama, Dien dan Religi

Banyak orang menganggap, bahwa semua agama benar, semua agama adalah sama. Semuanya menuju Tuhan yang sama, karena hanya ada satu Tuhan di dunia ini. Karenanya, semuanya menuju pada tujuan yang sama, yang berbeda hanyalah ‘jalannya’. Seribu jalan menuju Roma. Buktinya, semua agama mengajarkan kebaikan, tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk berbuat jahat.

Umumnya mereka merujuk pada qur’an surat 2 : 62 , “sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati
Berdasarkan ayat diatas, lebih jauh mereka berkata, bahwa untuk masuk surga tidak perlu memeluk agama Islam.

Benarkah pernyataan ini?



Memahami istilah agama, dien, dan religi


1. Agama

Hindu dan Budha berasal dari tanah India yang kemudian masuk ke Nusantara. Saat itu, penduduk Nusantara berbahasa Sansekerta. Oleh masyarakat saat itu, Hindu dan Budha disebut sebagai “Agama”.

“A” artinya tidak, dan “gama” artinya rusak. Jadi, Agama artinya sesuatu yang menjaga agar tidak rusak, atau peraturan-peraturan. Hindu dan Budha berisi ajaran-ajaran tentang etika, bagaimana mengendalikan diri, dan lain sebagainya. Ajaran Hindu dan Budha berintikan ajaran-ajaran yang mengatur perilaku hidup manusia, yang jika dilaksanakan niscaya tidak akan menimbulkan kekacauan di muka bumi. Karena itu, Agama pada awalnya hanya ditujukan untuk Hindu dan Budha.

Hindhu ‘kemungkinan’ didirikan oleh Samiri yang menyembah patung sapi. Samiri yang hidup di jaman nabi Musa as. digambarkan oleh Allah dalam surat Thaha sebagai penyembah sapi, melakukan ritual yang sama seperti dilakukan oleh umat Hindhu.

Asumsi ini didasarkan dari qur’an surat Thaha (20) : 95 - 97, yang berbunyi :

95. Berkata Musa, “Apakah yang mendorongmu (berbuat demikian), hai Samiri?
96. Samiri menjawab, “aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya, maka aku ambil segenggam dari jejak rasul lalu aku melemparkannya dan demikianlah nafsuku membujukku”
97. Berkata Musa, “Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu didalam dunia ini (hanya dapat) mengatakan : “jangan menyentuh (aku). Dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkan kedalam laut (berupa abu yang berserakan)”.

Dalam upacara Ngaben di Bali, mayat orang Hindhu dimasukkan ke dalam patung sapi, kemudian di bakar. Selanjutnya kemudian kelaut berupa abu yang bertebaran.
Jadi, ‘pencipta’ agama Hindhu adalah Samiri yang seorang ‘manusia’. Pencipta agama Budha adalah Sidharta Gautama, yang juga seorang manusia.


2. Dien

Kemudian datang ke Nusantara setelah Hindu dan Budha adalah Islam. Dalam bahasa Arab, Islam disebut “dien”. Pengertian dien bias berarti ‘pembalasan’ (QS. 1:4); ‘tauhid’ (QS. 2:217); ‘tradisi’ (QS 12: 76); ‘taat’ (QS 3:83); ‘tatanan hidup’ (QS. 98:5). Kata yang sama dengan dien adalah : “millah” yang juga diartikan tatanan kehidupan (QS. 2:120; 7:88; 18:20), “habl” yang dapat diartikan persaudaraan (QS. 3:103; 3:112).

Tetapi dien untuk Islam seperti dalam QS. 3:19, dienul Islam berarti peraturan dan hukum yang ditetapkan oleh penguasa tertinggi yaitu Allah.


3. Religi

Selanjutnya Nusantara di jajah oleh Belanda yang membawa misi Kristen. Kristen di bawah dari tanah Eropa, yang disana Kristen disebut “religi atau religion”.

Religios = bahasa Latin
Religion = bahasa Inggris, Prancis, Jerman
Religie = bahasa Belanda

E.B Taylor mengartikan religi sebagai “kepercayaan terhadap kekuatan gaib/misteri”.

Religi ini sesuai untuk Kristen, yang menghendaki umatnya untuk “percaya”. Keimanan Kristen adalah kepercayaan terhadap penyaliban, kebangkitan, dan penebusan dosa oleh Yesus, seperti kata Paulus dalam Kisah Rasul 13:37-39

37. Tetapi Yesus, yang dibangkitkan Allah, tidak demikian.
38. Jadi ketahuilah, hai saudara-saudara, oleh karena Dialah maka diberitakan kepada kamu pengampunan dosa.
39 Dan didalam Dialah setiap orang yang percaya memperoleh pembebasan dari segala dosa, yang tidak dapat kamu peroleh dari hukum Musa.

Dalam kepercayaan trinitas, Alex I. Suwandi PR, dalam Tanya Jawab Sahadat Katolik hal 21, menjelaskan bahwa Allah yang esa tetapi tiga diri adalah misteri, tak dapat dijelaskan secara sempurna oleh akal manusia. Allah Tritunggal itu misteri. Justru dalam misteri inilah Allah sungguh Allah. Jika manusia dapat menangkap dan menjelaskan dengan sempurna pribadi Allah, maka Allah bukanlah Allah lagi. Sebab dengan demikian berarti manusia dapat mengatasi kemahasempurnaan Allah sendiri.

Sumber yang menciptakan kepercayaan terhadap kekuatan gaib/misteri (religi) ini adalah ‘Paulus’. Dia adalah seorang manusia.


ULASAN

Dari ketiga istilah agama, dien, dan religi, oleh Belanda dijadikan satu istilah, yaitu “agama”. Dengan demikian ada kesan bahwa agama Hindu/Budha, agama Islam, dan agama Kristen seolah-seolah sama.

Padahal religi Kristen hanyalah kepercayaan, agama adalah peraturan yang diciptakan manusia, sedangkan dien adalah peraturan dan hukum yang diciptakan oleh Allah.

Jadi, penganut Kristen hanya diminta untuk senantiasa percaya, penganut Hindu / Budha dituntut untuk selalu melakukan ‘darma’ (perbuatan baik), sedangkan umat Islam diminta untuk tunduk pada peraturan dan hukum oleh Allah.

Dengan demikian religi bisa naik derajatnya sama dengan agama, tetapi dien turun derajatnya sama dengan agama.


TAMBAHAN

Penerapan istilah "agama" untuk Hindhu, Buddha, Islam, dan Kristen kemungkinan bermula pada saat penjajah Belanda (yang beriligi Kristen) kesulitan menaklukan Aceh. Kemudian pemerintah Belanda mengutus beberapa orang kepercayaannya untuk mempelajari Islam seperti Shrouk Horgrounye, Van der Plas, Van Lith, dan lain-lainnya. Mereka mempelajari Islam sampai ke Mekah, Madinah, dan Kairo.

Setelah mereka tahu bahwa dienul Islam itu adalah peraturan dan hukum yang ditetapkan Allah, agama adalah peraturan yang diciptakan manusia, sedang religi dalam Kristen hanyalah kepercayaan, maka mereka menasehatkan kepada pemerintah Belanda agar Hindhu, Buddha, Islam, dan Kristen dijadikan satu istilah saja yaitu "agama". Dengan demikian, religi bisa naik derajatnya sama dengan agama, tetapi dien menjadi turun derajatnya sama dengan agama.
0 Komentar untuk "Memahami Istilah Agama, Dien dan Religi"

Back To Top