Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Siapa Paulus?

HASIL RESEARCH BIOGRAFI PAULUS
pakai tool: hermeneutika (interpretasi-epistemologis)
oleh:
Saul 2 Paul
Semoga bermanfaat!!!

Dalam banyak hal diri Paulus memang misterius. Tapi dari hasil penelitian serius, Paulus ternyata adalah manusia rekayasa Romawi yang seluruh hidupnya dipakai untuk menghadapi kedatangan raja Israel yang dinubuatkan oleh nas-nas kitab suci itu (Mesias Yesus). Dusta apapun menurut kata orang yang dia lakukan melalui pengajarannya, dia hanya mau menjadi apa adanya dirinya sesuai dengan kelahirannya yang direkayasa oleh para konspirator Romawi. Untuk konspirasinya itu Romawi melakukan 2 rencana besar: Rencana I, membunuh anak-anak 2 tahun ke bawah semacam yang dilakukan Firaun Mesir. Rencana II, antisipasi kalau-kalau Rencana I gagal seperti kejadian Musa (lolos), yaitu dengan merekayasa mesias tandingan untuk menghadapi secara pribadi mesias yang asli nantinya. Romawi juga memanfaatkan ini untuk melunakkan hati sebagian imam Israel, seolah-olah mereka akan mempersiapkan kebebasan untuk Israel.

Tentunya mesias tandingan inilah yang dikondisikan sebagai mesias yang asli oleh konspiratornya, diterima seperti itu oleh mereka yang merasa dipersiapkan kebebasannya. Tampaknya pandangan itu terbentuk dengan baik karena tidak ada berita apapun tentang Yesus selama kurang lebih tiga puluh tahun. Apalagi perkembangan otak Paulus yang begitu luar biasa. Orang-orang yang mengetahui keadaan Paulus tidak akan ragu-ragu mengatakan 'orang ini pasti akan menjadi orang besar'.

Nama lahir Paulus adalah Saulus. Paulus itu nama baptisnya. Ibunya suku Binyamin kalangan Farisi, kelompok yahudi yang terkenal ketat tradisi keyahudiannya tapi disebut oleh Yesus sendiri keturunan ular beludak, bapaknya seorang penguasa Romawi yang namanya dirahasiakan, sangat mungkin itu Raja Herodes yang pernah didatangi oleh orang-orang majusi itu.

Romawi secara licik berpura-pura menjanjikan kebebasan bagi Israel. Mengajak para imam untuk mempersiapkan mesias yang dinubuatkan itu bersama-sama dengan Romawi sendiri. Tapi menggunakan anak yang akan dilahirkan dari suatu 'sandiwara' yang diatur dengan sangat rapi oleh Romawi.

Tampaknya bagi para konspiratornya, nama yang paling cocok untuk anak ini adalah Saulus (nama raja black list dalam sejarah Israel), supaya mentalitas yang dihasilkan nantinya tidak merugikan pihak Romawi. Akal-akalan ini tidak disadari oleh para imam. Maka dalam sandiwara itu mereka mendatangkan seorang wanita suku Binyamin (suku raja black list itu) untuk mengandung benih yang telah direncanakan, mungkin dengan 'kecelakaan' yang diatur sedemikian rupa. Maka ketika waktunya tiba, lahirlah anak rekayasa, 'calon' mesias Israel - Saulus! seperti nama raja yang kacau dalam sejarah Israel.

Gombal itu pada akhirnya sedikit-banyak menyenangkan hati sebagian imam Israel karena merasa dipersiapkan kebebasan mereka (tentunya hanya imam-imam tertentu yang tahu akan persiapan tersebut). Siapa tahu yang terjadi nanti benar-benar seperti yang dijanjikan Romawi, yaitu Israel mendapatkan mesias seperti yang mereka harapkan. Imam-imam Israel itu betul-betul dikibuli habis-habisan oleh Romawi, itulah yang mereka tidak sadari.

Sang 'calon' mesias diserahkan untuk dididik secara ketat dalam hal keagamaan dibawah pengawasan salah seorang imam terpandang bernama Gamaliel, tidak diserahkan kepada ibunya di Tarsus makanya ia tidak banyak dikenal, namun di belakang punggung Gamaliel, Romawi juga mempunyai planning sendiri tentang pendidikan Paulus, yaitu didoktrin secara halus agar suka membela Romawi dan senang pada kekuasaan. Tidak mungkin Romawi membiarkan Paulus berkembang tak terkontrol yang dapat merugikan mereka sendiri. Sangat kuat dugaan Paulus juga mendapat teman dekat, bahkan seorang saudara romawi sedarah, yaitu anak Raja Herodes sendiri yang diberi nama Herodes juga yang kemudian menjadi raja pengganti untuk Wilayah Galilea. Hal ini adalah untuk menciptakan ikatan batin sedemikian rupa kepada Romawi. Jika bapak asli Paulus adalah Raja Herodes yang pernah didatangi oleh orang-orang majusi itu, berarti Paulus memang mempunyai saudara romawi sedarah, yang juga bernama Herodes. Tapi hal ini tidak banyak diketahui orang untuk menjaga hal-hal tertentu.

Pemberian nama Herodes terhadap anak raja Herodes berkaitan erat dengan konspirasi yang dibuat atas diri Paulus yang diberi nama lahir Saulus ini. Herodes adalah nama raja, Saulus juga nama raja, mesias itu juga adalah raja. Suatu perencanaan yang sangat nyata.

Selain itu Paulus juga diberi kawan yang lain, yang kemudian menjadi guru agama yang dipandang aman oleh Romawi. Mungkin yang satu ini disetting untuk menjadi penengah antara Herodes dan Paulus apabila suatu hari nanti mereka sama-sama menjadi raja di tanah Yehuda, terlepas dari soal mesias yang asli. Betul-betul terapi psikologis yang luar biasa. Darah romawi dalam dirinya, adanya saudara romawi sedarahnya, didoktrin suka kekuasaan dengan dipahamkan sebagai mesias untuk Israel, diberi nama Saulus, - benar-benar suatu strategi yang luar biasa untuk menghadapi kedatangan ancaman terhadap Romawi - raja Israel - sekaligus untuk mengikat sang mesias rekayasa ini, supaya nantinya ia menjadi mesias yang tetap loyal kepada Romawi.

Melalui perilaku teman setia dan saudara romawi sedarahnya, Herodes, yang tercatat membunuh bapaknya sendiri untuk mengambil-alih kekuasaan, sedikit banyak Paulus juga pasti mempunyai emosi yang tidak jauh, karena seseorang bisa dinilai dari kawan dekatnya! Bedanya, Paulus lebih mampu menahan diri, kelihatan lebih sabar dan bijaksana, karena ia mendapat pendidikan agama yang sangat ketat. Tetapi akhirnya nafsu kekuasaan itu tampak juga dengan jelas ketika ia begitu bernafsu memberantas pengikut-pengikut Yesus sampai keluar Yerusalem. Jelas sekali Paulus merasa amat terserang dengan munculnya mesias lain yang mendapat dukungan dari banyak orang Israel itu, baik di Yerusalem maupun di luar Yerusalem. Rencana Romawi dalam diri Paulus benar-benar berjalan sesuai harapan.

Ia tidak rela membuang nama Saulusnya itu secara total disaat ia harus memilih nama baptis ketika ditarik kedalam jemaat. Padahal seharusnya dia tahu nama itu atau bunyi yang serupa dengan itu tidak etis dipakai oleh seorang Ibrani yang relijius, seorang yang calon Mesias Israel pula. Semua orang tahu Raja Saulus black list itu musuh Raja Daud, sedangkan mesias yang akan bangkit itu semua orang juga tahu akan disebut Anak Daud. Kombinasi settingan ibu dari Suku Benyamin, nama Saulus dari Suku Benyamin yang tercatat sebagai raja dalam sejarah, bentukan emosi yang dijejalkan kepadanya sejak kecil melalui nama itu, membuat Paulus tidak sanggup merubah total nama itu. Rencana Romawi berjalan mulus. Mungkin Paulus menghibur dirinya dengan bertekad mau memperbaiki nama baik Suku Benyamin dengan berjanji kecil-kecilan pada dirinya sendiri untuk tidak mengikuti langkah-langkah Raja Saulus black list itu, jika nanti ia benar-benar menjadi Mesias Israel.

Settingan mentalitas dan struktur emosi yang sedemikian rupa itu membuat Paulus tidak sanggup untuk menjadi sekedar sebagai bawahan saja ketika dia ditarik ke dalam jemaat, apalagi levelnya secara hirarkis dalam jemaat hanyalah dibawah murid-murid. Ditambah dengan nalar mereka yang jauh ketinggalan dibandingkan Paulus. Untuk hal nalar Paulus memang ada diatas, tapi untuk masalah kerendahan hati murid-muridlah yang diatas.

Walaupun Yesus sudah pergi meninggalkan Yerusalem saat dia masuk jemaat, tidak ada jalan buat Paulus menempati posisi yang lebih tinggi dari yang dia dapatkan saat itu, sangat berbeda dari apa yang selalu dikondisikan oleh para pendidiknya dan yang dia kira tentang dirinya selama ini. Ternyata, pengetahuan dan pengalaman Paulus tidak berlaku dalam jemaat Yesus. Ini membuat Paulus sesak dada, seolah-olah mendapat nasib yang tidak adil dari Tuhan. Berada dalam jemaat Tuhan yang sesungguhnya tentunya adalah segalanya bagi Paulus, tetapi berada disitu untuk menjadi 'kambing congek' nanti dulu bagi Paulus. Ternyata menjadi bagian dari jemaat Tuhan yang sesungguhnya tidak seseru yang dia bayangkan. Membosankan!

Yesus sendiri membuat antisipasi yang cemerlang dengan tidak membaptisnya sendiri, dia hanya menyuruh orang yang levelnya bahkan dibawah murid-murid, supaya di masa mendatang dia nggak menyerobot tempat murid-murid yang sudah disetting oleh Yesus sendiri, dengan berkat dan pengesahan darinya yang diakui dan disaksikan oleh yang lain. Kalau memang Paulus bagi Yesus itu sepenting anggapan orang-orang Kristen, tidak mungkin Yesus tidak membaptisnya sendiri. Dan tidak benar itu tidak dilakukan oleh Yesus karena ia sudah menjadi arwah.

Ingat, Yesus pernah makan ikan goreng di hadapan Thomas sambil mengatakan dirinya bukan arwah tapi masih daging dan tulang. Tidak mungkin hadir hanya untuk makan ikan goreng di depan Thomas yang dikenal sebagai the doubting Thomas itu lebih urgen dari hadir untuk membaptis Saulus yang menurut pengakuan orang-orang Kristen akan menjadi andalan Yesus, melebihi dari murid-murid. Kalau Yesus yang membaptiskan, itu bukan hanya soal mengesahkan seseorang menjadi anggota jemaat, tetapi juga merupakan suatu pernyataan tentang nilai orang yang bersangkutan bagi Yesus, tapi jika ia berkhianat seperti Yudas Eskariot, maka semua nilai itu gugur. Ketika Yesus mengatakan yang dibawah ini, waktu itu Yudas Eskariot masih termasuk jemaat murid-murid Yesus

Mat 19:28 >> Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.

Satu-satunya cara buat Paulus memuaskan kecenderungan hatinya itu adalah memisahkan diri dari jemaat. Bagaimana caranya? Tidak ada cara lain dari ia harus membuat ajaran lain!! Ketika dia mempunyai ajaran sendiri, tentu dia akan menjadi tuan dari semua orang yang bergabung kedalam ajaran tersebut (Ga 1:15-17). Dengan begitu dia bisa melejit melebihi posisi Petrus, bahkan bisa menempati posisi Yesus dan menuai hak-hak seorang mesias. Caranya? Merombak kembali perjanjian Yesus, atau membuat perjanjian lebih baru lagi diatas perjanjian baru Yesus (Ga 2:9). Perjanjian Yesus itu justeru harus dianggap masih termasuk dalam Perjanjian Lama.

Dalam rombak-konstruksi yang akan dia lakukan itu, tentu saja dia tidak boleh melupakan kejadian dirinya yang lahir diluar prosedur hukum yang wajar, diluar garis tradisi yang baik, kelahiran yang tidak mengenal hukum. Ingat ibunya orang Farisi Tarsus dari suku Benyamin dan ia mengakui mempunyai darah romawi (dari bapak yang tidak pernah jelas). Berkaitan dengan itu, maka ajaran itu adalah MEMBATALKAN HUKUM.

Dengan pertimbangan kejadian dirinya sendiri itu, tidak mungkin ia menjadi mesias yang mengajarkan untuk menggenapkan hukum seperti yang dilakukan oleh Yesus. Hanya saja supaya mudah dalam menawan pengikut, nama Yesus harus tetap dibawa-bawa. Namun sebenarnya ketika dia menyebut nama Yesus, bukanlah Yesus yang dia maksudkan, tetapi pikiran terkutuknya sendiri yang telah meninggalkan jemaat Yesus (Roma 9:3). Di depan layar ia menampakkan membatalkan hukum itu hanya berkaitan dengan kegagalan Israel menerima rekonstruksi hukum Musa dan pengajaran para nabi melalui Yesus.

Di kemudian hari ia membuat keputusan yang tampak sangat licik dan penuh putus asa, yaitu mengambil-alih kemesiasan Yesus dengan memanfaatkan isu kematian Yesus di tiang yang menjadi persengketaan sepanjang sejarah itu. Ia mengatakan Yesus mati di tiang lalu bangkit hidup dalam dirinya. Kenapa dia harus menyatakan itu? Logikanya sederhana, harus ada kematian yang mematikan hukum dan penggenapannya untuk membenarkan kelahiran atau kejadian dirinya yang tidak mengenal hukum itu, dengan itu menjadi pengajar yang membatalkan hukum. Tapi dengan demikian secara otomatis ia menghapuskan segala sesuatu tentang Yesus dalam ingatannya, kecuali 'kematian' di tiang salib yang amat penting baginya.

Terpaksa harus ada yesus-imajiner sebagai pelaku 'yesus-setelah-kematian', yang mana tidak lain dan tidak bukan adalah pikirannya sendiri. Tentu tidaklah sulit untuk mengadakan imajiner. Dengan semua itu, maka terwujudlah cita-citanya menjadi mesias seperti yang ketahuinya pantas dia dapatkan selama ini!, padahal dia termasuk orang yang mengetahui dengan nyata bahwa Yesus tidak mati di tiang.

Haruslah diketahui bahwa pertemuan di gurun itu adalah pertemuan langsung dengan Yesus dalam keadaan masih hidup, bukan pertemuan dengan arwah dalam wujud cahaya yang menyilaukan. Untuk melindungi ajaran kematian-kebangkitannya yang secara dusta telah membebaskannya dari kepemimpinan Kefas itu, dan yang telah memungkinkan ia mengangkat dirinya menjadi rasul itu, maka ia harus menceritakan pertemuan di gurun itu dalam bahasa mitos supaya terkesan pertemuan itu pertemuan dengan Yesus arwah.
\
Yang dia maksudkan dengan CAHAYA dalam pengakuannya tentang pertemuan itu (Kis 9:3) tidak secara langsung ia maksudkan pada wujud fisik Yesus, tetapi lebih pada perkataan-perkataan Yesus yang bagaikan cahaya menyialaukan, karena dengan tangkas membuktikan dengan nas-nas kitab suci, bahwa orang yang diserahkan untuk dibunuh itu sama sekali tidak palsu seperti anggapan mereka semua, karena orang itu tidak mati di tiang salib seperti janji nas kitab suci. Jadi orang yang diserahkan itu benar-benar mesias yang asli yang ditunggu Israel. Disitu Paulus yang luas ilmu dan pengalaman itu tidak bisa berkutik.

Menyamar sambil menjelaskan ketidakmatiannya seperti kepada Paulus itu, bukan hal yang pertama kali dilakukan oleh Yesus. Yang seperti itu pernah dilakukannya juga terhadap dua muridnya sendiri dalam perjalanan menuju Emaus, sebagai awal dari rangkaian misi-40-harinya membuat klarifikasi banwa dirinya tidak palsu, karena ia tidak mati di tiang. Dalam rangka menyatakan kepada semua murid-muridnya yang sempat terpengaruh oleh isu dan tidak mengerti rencana Tuhan itu, bahwa, sekali lagi, dirinya tidak palsu, karena ia tidak mati di tiang!! Itu aja pokoknya yang perlu mereka ketahui dan ingat-ingat, sebelum dia tarik dari tugas olehNya.

Terhadap Paulus Yesus juga menyampaikan itu dalam penyamaran yang hati-hati, hingga kemudian dibukanyalah penyamarannya itu di hadapan Paulus setelah semuanya jelas, seperti yang juga ia lakukan kepada murid-muridnya sebelum itu.

Hal itu membuat Paulus jatuh tersungkur gemetar, dan buta selama 3 hari. Itu bukan matanya yang buta, tapi ia kehilangan pengangan untuk sementara waktu. Dibahasakan secara mitos juga. Maksudnya ia tidak tahu harus meyakini yang mana. Tidak mudah untuk meyakini sesuatu dalam waktu sesingkat itu, sementara mengingkarinya tidaklah mungkin mengingat bukti-buktinya yang demikian nyata. Apa yang diketahuinya selama ini, bahwa orang yang dianggap palsu itu ternyata benar-benar utusan Allah, dan bahwa dirinya yang calon mesias untuk Israel, juga ternyata palsu belaka. Tentang Romawi, tentang imammat Israel, tentang kondisi keagamaan yang ada saat itu, semuanya palsu, jauh dari kebenaran yang didengarnya sendiri melalui mesias yang asli sepanjang perjalanan menuju Damsyik itu!!

Mungkin juga saat itu ia sudah menangkap sekilas bahwa bisa jadi dirinya anti-kristus yang sudah diramalkan itu. Disamping itu, sebagai orang yang mendapat pengajaran agama yang teliti, ia dihajar habis-habisan oleh perasaan bersalah yang amat mendalam karena ia juga bertanggungjawab terhadap pemberantasan atas umat Allah termasuk atas tewasnya Stefanus, yaitu umat dari Tuhan yang selama ini ia sendiri amat agung-agungkan, Tuhan Abraham, Ishak dan Yakub. Siapa yang tidak akan jatuh tersungkur dalam kondisi seperti itu?

Di kala Paulus sudah masuk jemaat, walaupun ia ikut serta mendukung pemberitaan yang dilakukan oleh murid-murid, terapi psikologi yang diterapkan oleh Romawi atas dirinya sejak kecil tetap bekerja dengan sangat baik sesuai harapan Romawi. Yaitu, ia relijius tapi haus kekuasaan, nggak jauh lah dari saudaranya Herodes yang membunuh bapaknya sendiri itu. Akibatnya ia juga tidak pernah bisa berlaku setia kepada Kefas dan murid-murid yang menjadi soko guru jemaat, sehingga ia dirasuki oleh pikiran-pikiran yang dari sudut pandang tertentu merupakan pikiran terkutuk, yaitu ingin memisahkan diri dari kebenaran. Itu ia akui sendiri dengan seolah-olah menunjukkan rasa prihatin atas terusirnya bangsanya dari Kerajaan Allah, yang mana akan digantikan oleh bangsa lain yang akan memetik buah dari kerajaan itu (Roma 9:3, Matius 21:43)

Mengetahui kejadian dan kelahiran dirinya yang tidak sesuai prosedu hukum itu, Paulus menyadari dirinya memang dibangkitkan sebagai anti-kristus sejak dalam rahim ibunya, namun semuanya dia sampaikan dengan pernyataan yang harus diputar-balik sedemikian rupa supaya terlihat sebagai malaikat Kristus yang asli, untuk bisa menawan orang-orang ke dalam jemaat kematian-kebangkitannya yang harus membatalkan hukum. Tidak ada istilah dusta bagi anti-kristus yang membatalkan hukum, dan memisahkan diri dari tubuh Kristus itu.

Ga 1:15-17 >> 15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya, 16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; 17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik.

Yang bersemayam dalam dirinya itu bukanlah Yesus seperti yang ia propagandakan, melainkan roh Iblis yang dinyatakan kedalam dirinya lantaran ia tidak pernah bisa berlaku setia. Jemaat yang dibangunnya bukan kasih karunia untuk kemuliaan Tuhan seperti yang ia propagandakan, melainkan wujud ia menarik orang secara licik kedalam keterkutukan yang sama seperti dirinya dalam dusta yang tak perlu disesalkannya (Roma 7:3). Dia mengaku sebagai rasul untuk bukan-yahudi bukan karena ia dipilih untuk itu, tapi karena ia sudah putus asa mengharapkan karunia Allah melalui menghormati hukum Allah seperti yang diajarkan Yesus dan para nabi dengan beralasankan kelahirannya yang diluar prosedur hukum. Ia tidak sanggup melawan bentukannya.

Tidaklah mungkin Tuhan mengajarkan menggenapkan hukum dan membatalkan hukum sekaligus. Dalam keadaan seperti itu, hanya mungkin apabila yang satu dari Tuhan sedangkan yang lainnya dari Iblis.

Apakah yang menggenapkan hukum ataukah yang membatalkan hukum yang berasal dari Tuhan? Itu tidaklah terlalu sulit melacaknya, jika kita berlaku jujur ketika membuka Alkitab.

2 Petrus 3: 17 >> Tetapi kamu, saudara-saudaraku yang kekasih, kamu telah mengetahui hal ini sebelumnya. Karena itu waspadalah, supaya kamu jangan terseret ke dalam kesesatan orang-orang yang tak mengenal hukum, dan jangan kehilangan peganganmu yang teguh.

Terbukti akhirnya pengajaran Paulus yang ia propagandakan sebagai ajaran Yesus Nazareth itu tidak berpusat di Yerusalem - tempat di mana Yesus Nazareth masuk disertai pengikut-pengikutnya sambil mengendarai anak keledai, dimana ia disambut dengan pekikan "Hosana Anak Daud!!", melainkan di Romawi, jauuuuhhh dari Yerusalem. Namun sebelum ia sempat menjadi Imam Besar dalam Kerajaan Romawi yang menjadi sasarannya, ia dibunuh oleh Romawi sendiri. Paulus diciptakan oleh Romawi, dan akhirnya dihancurkan kembali oleh Romawi.

Ia sebenarnya tidak bekerja untuk Israel, sekalipun secara lisan ia mengaku begitu, jadi dusta apapun yang dilakukannya melalui membangun apa yang ia akui sebagai Kerajaan Israel itu tetap mempersembahkan kemuliaan kepada tuannya, yaitu Romawi dan tuhan orang Romawi.
0 Komentar untuk "Siapa Paulus?"

Back To Top