Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Manuskrip Shan’a

Manuskrip Shan’a
Filed under: Christology by shafilah57 — Leave a comment
June 14, 2011


Shan’a Manuskrip : Sebuah kedustaan Puin Secara umum kalangan misionaris dan gerejawan serta para pemikir barat adalah dia berusaha untuk mencari-cari bahan dari kalangan dan juga quranic concordiance yang dianggap dapat dipergunakan untuk membantah dogma tentang kebenaran dari manuskrip-manuskrip Tushkent yang merupakan bagian dari textus alignment dari Quran yang paling disetujui dan digunakan di kalangan dunia muslim .

Menurut para orientalis kalangan Islam yang mempercayai bahwa manuskrip Quran yang disimpan dan digunakan oleh kalangan mayoritas umat Islam telah mengalami berbagai jenis distorsi dan tidak mampu untuk mempertahankan keasliannya .

Secara umum mereka mempergunakan dua jalan utama yaitu melalui:

1. Principle of Qur’anic recension, dan juga melalui
2. Variation of Quranic versum and reciation and grammatic asumption.


Namun sangat dikhwatirkan bahwa serangan dari pihak pertama telah dihalangi dan diantisipasi oleh kalangan kaum muslimin dan orientalis barat sendiri yang berasal dari kalangan Islamologis. Tetapi sangat disayangkan masih saja para orientalis semisal Goldhizer, Mingana, Noldech, Bardon, Puin dan sebagainya yang masih mencoba pendekatan-pendekatan yang sebenarnya hanya mengipas-ngipas makanan yang sudah hangus dengan mempergunakan berbagai bahan-bahan baru tetapi gagasan yang sempit dan pemikiran yang dihadapkan kepada rasa wishing dogmatic dan juga sangat menentang Islam dari berbagai permasalahan.

Mereka akhirnya menggunakan sebuah cara yang sama sekali tidak patut dan juga sangat mengherankan yaitu melalui perbedaan (edict of arrangment) yang terdapat pada sejumlah suhuf-suhuf bermasalah yang seharusnya tidak perlu dipersoalkan.

Mereka juga mempergunakan salah satunya apa yang dikenal sebagai Sahif as Shan’aniyun: sebuah kumpulan bahan yang merupakan bagian dari kumpulan Quran dan memperlihatkan berbagai permasalahan tekstual dan penggunaan bahan-bahan yang secara umum tidak diperoleh dalam versi manuskrip Quran Tokopi.

Mereka juga mengklaim bahwa manuskrip yang diperoleh menunjukkan bahwa Quran telah membuat berbagai kesalahan tekstual dan juga urutan yang berbeda.

Dalam kesempatan ini kami akan membantah berbagai penyimpangan dari berbagai pemikiran mereka tentang posisi dan kebenaran serta sejauh mana manuskrip – manuskrip Quran yang dipergunakan sama sekali tidak memberikan penguatan konklusi penyelidikan yang sangat tidak tepat dan memalukan.


Substansi Doktrin Puin: Sebuah Penipuan dan Prologisme Manuskrip Quran

Sebelum membahas mengenai permasalahan manuskrip Shan’a maka yang harus dipahami adalah permasalahan sifat dogmatisme yang dibuat-buat, andaikan bukan disebut sebagai pembuat kekisruhan dalam kalangan dan pemikir barat yang merupakan sebagai kebodohan dari seorang pakar manuskrip dari bangsa Jerman bernama Gerard Puin.

Secara umum Puin sendiri telah dimintai olah Qadi Akwa untuk menyelidiki dan juga melaksanakan pemeliharaan terhadap mushaf-mushaf yang sangat penting. Namun demikian dalam penyelidikannya Puin membuat berbagai kecurangan dan juga merancang berbagai penyelewengan (kemungkinan dia telah dibayar oleh kelompok orientalis Jerman Barat) dalam usaha penyelidikan permasalahan yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip yang sangat berharga tersebut.

Hasil dari penyelidikannya tersebut akhirnya memang diterbitkan sebagai sebuah desertase yang dengan jelas memperlihatkan pendapat Puin bahwa Quran yang dipergunakan kalangan kaum muslimin dengan didasarkan pada perbandingan secara tekstual terhadap versi Shan’a mempunyai berbagai kekeliruan. Hal ini segera dipergunakan oleh Lester di barat sebagai alasan bahwa penemuan Puin memperlihatkan kesalahan pendapat.

Secara umum Puin mengetahui bahwa sikap belangnya tersebut akan menjadi permasalahan dengan manusia-manusia muslim sehingga beliau segera meralatnya dan mengemukakan sebuah surat yang dibuatnya sebagai penjelasan kepada Qadhi Al Akhwa dan juga diterbitkan oleh majalah at Tawrakh.

Hal yang sangat penting, puji syukur pada Allah bahwa fragmentasi mushaf dari Yaman tidak berbeda dengan yang terdapat di berbagai museum dan perpustakaan di tempat lain dengan beberapa penjelasan yang tidak mengena dengan Al-Qur an, kecuali beberapa perbedaan dalam ejaan kata-kata. Hal ini merupakan suatu yang dikenal di kalangan luas bahwa seperti Qur’ an yang diterbitkan di Cairo: kata Ibrahim tertulis menjadi Ibrhm. Qur’an juga ditulis menjadi Qrn Simahum tertulis menjadi Simhum dan sebagainya.

Dalam fragmentasi Al-Qur’an kuno yang terdapat di Yaman, tidak dituliskannya huruf alif merupakan gejala umum. Namun perlu anda ketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan sikap Puin yang sesungguhnya kecuali dia hanya merupakan sikap manis untuk mengelabui kalangan umat Islam. Secara umum Puin berusaha menyamarkan umat Islam dari usahanya sendiri di barat untuk mengirimkan permasalahan-permasalahan tektual yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip untuk membuat umat Islam terlena dengan gagasan kalamullah tetapi mengabaikan permasalahan yang sedang dirancangnya terutama dengan tujuan agar Puin dapat menentang dan bahkan menyusupkan berbagai keraguan umat Islam terhadap Quran.

Beliau mencoba dengan permasalahan-permasalahan yang sedikit dan tidak begitu rumit hanya sebagai sebuah kedustaan dan menginfiltralisir pemikiran orientalis tentang permasalahan tersebut. Ketika kaum muslimin dari kalangan fundamentalis telah mengakui dan bahkan memberikan dukungan terhadap Puin, ketika itu beliau akan menarik semua perkataan manisnya dan menyodorkan segudang pertentangan yang akan membuat pendapat kaum muslimin yang tidak terlalu paham akan menjadi berseberangan. Puin menginginkan klaimnya bahwa Quran yang dimiliki oleh kalangan umat Islam telah digantikan atau diubah dan dirancang dalam upaya yang berbeda. Setidaknya bagi Puin apabila kaum muslimin memberikan persetujuan terhadap usahanya maka dia akan menghentikan dari penyelidikannya.

Dia dan komplotannya di Jerman yang didukung oleh kalangan pemerintahan Jerman memang telah mengirimkan Puin dengan tujuan dan upaya untuk dapat mengelirukan sebagaian besar orang muslim.


Kedustaan Puin adalah Sebuah Kejahatan

Puin mengemukakan berbagai pendapat yang ditujukannya untuk menjatuhkan kalau perlu menghalau umat Islam dari kesadaran mereka terhadap kalam Allah. Secara jelas Puin menyangka bahwa gagasan umat tentang posisi kebenaran Quran hanya merupakan angan-angan belaka yang tidak terlalu penting. Menurutnya bahwa upaya penggunaan berbagai mushaf dan juga sahif yang berbeda-beda dapat meruntuhkan kalau perlu merusak gagasan keIslaman.

Memang tampaknya dalam perkataannya yang sejuk tapi berbahaya Puin menyebutkan bahwa mushaf yang diperolehnya tersebut berasal dari periode pertama kalangan umat Islam .Tetapi dalam permasalahan lainnya beliau mencoba mengelabui dengan mengatakan bahwa terdapat perbedaan-perbedaan yang tidak terlalu penting dan janggal dalam manuskrip.

Justru perkataannya tersebut menyiratkan berbagai permasalahan yang paling mengerikan bahwa

(1) kaum muslimin tidak mempunyai mushaf dan authograf dari kalangan ‘Ustamaniy selain mushaf yang terdapat di masjid Shan’a .

(2) Bahwa terdapat permasalahan berkaitan urutan surah yang 26 dan 37 dan sebagainya.

Terdapat dua bantahan yang akan kami kemukakan dalam kesempatan ini secara beruntun dan memperlihatkan bahwa tuduhannya tidak beralasan .


Proses Penulisan Mushaf Yamani Dan Proses Epistemologis

Mushaf Yamani merupakan kumpulan mushaf yang dibentuk dan dituliskan oleh Qira’ah (bacaan) dan bukan oleh manuksrip. Orang pertama yang mengajarkan Quran bagi kalangan Yaman adalah Mu’adz bin Jabal .

Hal itulah yang membuat ‘Ustman ketika mengkompilasikan ketiga mushafnya dalam bentuk codeks (salinan) tidak memberikannya ke daerah tersebut (Yaman). Karena adanya perbedaan dialek di wilayah di sekitar Arab semisal Suriah, Irak dan Kufah maka akan terjadi variasi dalam cara membaca kitabullah. Namun dalam hal ini pun Yaman tidak mempunyai pertentangan dan perbedaan yang tajam. Hanya saja terdapat persebaran Qiraah yang cukup banyak dari daerah Kufah dan Madinah. Kebanyakan Qiraah tersebut berasal dari para murid sahabat Nabi saw. Jadi akan tidak mengherankan apabila nanti dalam mushaf tersebut kita memperoleh perbedaan Qiraah dengan mushaf  ‘Utsmani yang didukung 7 Qiraah mutawatir dan 3 Qiraah ahad.
Tetapi anda akan memperoleh sejumlah cara pembacaan (qiraah) yang bahkan menyalahi Ahruf dan ‘asyarah dan karenanya hal ini menyebabkan perbedaan yang paling kental. Selain itu terdapat kemungkinan perkembangan scripto textus ekstensif dan recention .

Tahapan–tahapan penulisan dalam mushaf Yamani sendiri kemungkinan berlangsung pada masa pemerintahan Al Hallaj ketika beliau memerintahkan penulisan dan pengkajian mushaf secara menyeluruh dari kalangan ‘ulama. Al Hallaj, sebagaimana yang secara otoratif diakui oleh kalangan Salaf, menghadapi serangan dari para penulis mushaf dari kalangan sahabat sebagai orang yang melakukan kompilasi bahan yang penuh kecacatan. Salah satu upaya yang diambil oleh para ‘ulama untuk meredam berbagai perbedaan tersebut adalah menyingkirkan berbagai manuskrip yang berbeda ke dalam dinding masjid bukan untuk melenyapkan posisi mereka tetapi hanya meredakan pertentangan.

Akan kami kemukakan beberapa mushaf dan qiraah yang dipergunakan dalam manuskrip Yaman.

Para murid Ibn Mas’ud mempunyai beberapa perbedaan dalam bacaan. Kebanyakan yang berasal dari wilayah Kufah mentransmisikan Quran tanpa beberapa bagian seperti tanpa mempergunakan surah Ma’uwadzatain (Falaq dan Nas), membuang surah Al Fatihah dan juga mengubah tata urutan beberapa ayat.

Tetapi menurut obervasi An Nadhim dalam Al Fihrist diperoleh hasil yang berbeda jauh bahwa manuskrip Ibn Mas’ud sendiri mempunyai variasi. Tampaknya para muridnya di Madinah dan Irak telah meresensi pendapat Ibn Mas’ud setelah mengetahui bahwa Ibn Ka’ab menggunakan Quran yang tidak bertentangan dari versi ‘Utsman namun tetap tersisa permasalahan bahwa mushaf Ibn Mas’ud yang di Kufah ini kemudian disalurkan dan diperluas oleh beberapa orang penulis ke wilayah Yaman.

Mushaf texto reciption yang dengan jelas merujuk kepada cara pembacaan Qiraatush sab’ah (tujuh macam bacaan) meghadapi dan saling beradu dengan penggunaan Qiraah Ibnu Mas'ud (yang disebarkan di Yaman) yang tidak sama tersebut .

Untuk mengatasi hal tersebut para ‘ulama yang dipimpin oleh Al Hallaj memanggil sekitar ratusan orang untuk melaksanakan proses penyelidikan dan perbandingan. Hasilnya kalangan tradisi Madinah memenangkan perdebatan. Akan tetapi kalangan pengikut Qiraah lainnya tidak menerima dan meminta agar mushaf mereka juga dilegalkan. Untuk menghentikan kemungkinan pertikaian Al Hallaj mengatur beberapa langkah paling strategis.
Pertama sebagaimana yang diuraikan oleh Ibn Katsir dan juga Sayuti (Al Itqan) beliau menyeragamkan cara penulisan dan juga pembacaan dan menyingkirkan berbagai bacaan yang dianggap menyimpang dari kalangan dan sekte tertentu. Hal ini menyebabkan kaum Syi’ah dan Qadiriyah menjadi naik darah dan justru menuduh Al Hallaj telah membuat kekacauan dan merubah beberapa bagian Quran .Tuduhan ini tampak dari argumen yang diuraikan oleh Al Kullaini dan juga para pemuka Syi’ah lainnya yang cukup banyak telah menohok kalangan Ahlus Sunnah.

Secara khusus mushaf – mushaf tersebut disimpan oleh para penguasa dalam dinding masjid sebagai upaya untuk menghormati dan meredam berbagai potensi pertikaian.


Mushaf ‘Utsmani : Sebuah Pertentangan di Berbagai Kalangan Tentang Kapabilitasnya

Sebagaimana diketahui bahwa manuskrip Shan’a merupakan salah satu manuskrip terpenting kalangan kaum muslimin yang diobok-obok oleh Puin, Puin mendasarkan permasalahannya secara jujur pada tiga poin utama yaitu ,:

(1) manuskrip tidak mencantumkan alif dalam beberapa tempat sebagaimana yang terdapat dalam mushaf receptus.

(2) Dalam mushaf tidak ditemukan pemisahan surah yang sama dan

(3) Mushaf mengandung permasalahan tata urutan surah yang berbeda .

Tuduhannya ini merupakan hal yang paling umum kita peroleh dalam penulisan Mushaf-mushaf sahabat yang terletak di bawah otoritas yang tidak disetujui ummat. Secara nyata kita melihat bahwa variasi yang dimaksud kemungkinan besar mengandung beberapa tipe permasalahan yang terletak pada scripito inferitio dan proper textus.

Salah seroang peneliti paling adil yaitu Noesda dalam artikelnya Memory of The World: Manuscript Shan’a secara jelas mengemukakan bahwa terdapat perbedaan pembacaan kurang 45% dan beliau mengutip beberapa bagian yang bukan merupakan kodeks misalnya manuskrip No.32 .

Sementara menurut Sadhegi dan Bergmen mengatakan bahwa manuskrip No.63, 62, 89, dan 90 merupakan bagian dari urutan tipe mushaf Ubay Ibn Ka’ab. Mereka berdua dengan tegas menyimpulkan bahwa manuskrip yang berasal dari textus inferior merupakan bagian kodeks (salinan) yang mempunyai berbagai macam kesalahan dan tidak dapat dikategorikan dengan salinan apa pun!

Kemungkinan sebagaimana yang diuraikan bahwa manuskrip yang dimaksudkan mengandung berbagai jenis penyimpangan. Selain itu berdasarkan penyelidikan keduanya bahwa manuskrip yang berasal dari periode 615-656 dan juga manuskrip dari 578 dan 669 dikategorikan sebagai manuskrip scriptio inferior.

Untuk tipe teks textus canonis diperkirakan berasal dari periode 7 dan bahkan beberapa dari pertengahan periode ‘Umayyah. Mereka juga berpendapat sebagian manuskrip berasal dari periode 15 tahun setelah kewafatan Muhammad dan mereka mengambil kesimpulan bahwa scriptio inferior didasarkan pada mushaf dan qiraah para sahabat (sebagaimana yang telah kami uraikan) sementara sisanya tekstus receptio berasal dari sistem ‘Usmaniyah yang merupakan jenis archaetipe dari mushaf yang dikembangkan oleh kalangan mereka.

Karena adanya kemungkinan besar yang disebabkan oleh penggunaan bahan yang begitu beragam maka urutan surah tersebut menjadi begitu bertentangan dan bahkan menjadi sangat bertingkat dan penuh dengan beragam bacam perbedaan.

Pandangan Para Ilmuan/Orientalis Mengenai Manuskrip Shan’a

Manuskrip dari kumpulan sahif mulai dikenal dalam publikasi yang diawasi oleh pihak otoritas Shn’a (Yaman) dan juga peneliti Yaman sendiri Noesda .Salah satu manuskrip yang terpenting dalam hal ini adalah sebuah palimpsest (Shan’a DAM 01-27.1) dengan edisi 17a berdasarkan pendapat para pakar berasal dari periode pertama.

Setelah itu beberapa tahun kemudian Hans-Caper Fraf von Bothm menunjukkan sebuah kodeks folio 18a yang didasarkan pada Noesda juga merupakan manuskrip dari periode pertama. Salah satu galeri gambar dan lukisan di Britania raya yang dipimpin Marcus Fraser mencoba untuk menjualnya beberapa kali dan memperoleh penawaran sampai 159.5. Sekitar akhir bulan Oktober tahun 1993 manuskrip tersebut dijual di Sotbey sebanyak tiga belas lembar dan Bonham pada 2000.

Kedua manuskrip ini juga dikendalikan oleh pihak galeri-galeri dunia. Sebagaimana diketahui bahwa manuskrip ini dibedakan menjadi scriptio otthoman dan scriptio innferiorian. Secara umum orang yang membahas mengenai jenis dan perbedaan tersebut Yasin Dutton dari Departemen Islam dan Timur Tengah Edinburgh dan beliau dalam sebuah pertemuan pada tahun 2003 di London dan dihadiri oleh simposium dan undangan yang cukup banyak beliau mengungkapkan bahwa scriptio inferiorian merupakan teks yang berasal dari periode sebelum versi ‘Utsmani.

Dalam konferensi Symposium on Islamic Calligraphy yang diselenggarakan di Vortragssal, Kulturform (Jerman) yang dihadiri enam pembicara dalam bidang Kaligrafi Islam meliputi Francois Deroche dan Sheila dan juga menghadirkan sejumlah pakar – pakar yang akhirnya memutuskan mengenai perbedaan dan pertentangan dari manuskrip Shan’a dengan kaligrafi dari periode pertama:

Mereka memutuskan bahwa manuskrip tersebut berasal dari periode akhir ketujuh dan menentang pendapat yang dikemukakan dalam katalog pada periode pertengahan.

Sedangkan manuskrip yang ditangani oleh Alba Fedel direktor Fondazione Ferni mengemukakan bahwa beberapa pembacaan dalam manuskrip inferior receptian berasal dari Ibn Mas’ud dan sahabat lainnya selain itu dia juga mengemukakan pendapat bahwa penulis dari manuskrip tidak mengikuti versi ‘Utsmani. Namun sangat dipastikan bahwa manuskrip tersebut berasal dari periode kesepuluh sekalipun pendapat tersebut diragukan oleh Deroche yang berpendapat berasal dari periode ketujuh.

Sekalipun demikian kita selayaknya berterima kasih sepenuhnya kepada Noesda seorang pakar Emiretus Islamologi Kalligrafi yang telah membuat referensi secara menyeluruh terhadap manuskrip Shan’a dan memudahkan untuk mengetahui berbagai bentuk perbedaan yang terdapat pada San’a DAM 01-27.1 meliputi Sothbey 1992 dan Bonham dan beberapa bagian dari folio yang cukup luas.

Berbagai penyelidikan Noesda sendiri akhirnya membuat kalut kelompok Puin yang kemudian terpaksa membuat penyelidikan ulang dan mengakui usaha untuk membuat sejumlah perbaikan yang terdapat dalam urutan manuskrip yang dipergunkannya.

Sebagaimana yang diketahui berdasarkan pada penyelidikan Noesda mengenai scriptio inferian (DAM 01-27.1) mempunyai dua surah yang tidak cocok atau bertentangan dengan dasar yang dipergunakan dalam edisi yang diakui.

Perbedaan yang terdapat pada surah 9 yang didapat pada surah 19, dan Surah 15 di surah 25 .

Perbedaan penempatan atau pun peletakan surah ini sangat wajar dan hal yang umum terdapat pada mushaf yang sepenuhnya tidak didasarkan pada posisi manuskrip ‘Utsmani. Selain itu dengan menggunakan sinar ultraviolit diperoleh hasil bahwa folio yang mempergunakan skript hijazi memperlihatkan plimpsets mempunyai sejumlah titik diakritik dan plakat surah. Sedangkan warna hitam dan coklat merupakan teks (scriptio receptio) dan earna coklat cerah berasal dari skrip yang terlihat (inferian scriptian).Hasil yang diperoleh bahwa warna yang diperoleh pada sekitar teks adaah gelap dan bersebelahan dengan latar yang cerah dan menimbulkan berbagai spekulasi bahwa teks telah dirubah.

Maha Suci Allah
0 Komentar untuk "Manuskrip Shan’a"

Back To Top