Oleh: Sami Zaatari
Salah satu klaim yang paling umum dilemparkan terhadap umat Islam adalah bahwa nabi Muhammad memperbolehkan umat Islam untuk berbohong. Kristen selalu ingin memberitahukan sekitar dengan mengklaim bahwa umat Islam diizinkan untuk berbohong, dan mereka sering membuat klaim ini di situs Web dan khotbah mereka.
Orang-orang Kristen bersalah atas kesengajaan mencacatkan apa yang nabi Muhammad benar-benar katakan, karena ketika kita perhatikan apa yang nabi katakan, hal itu tidak dekat dengan klaim yang dibuat orang Kristen.
Sekarang harus ditegaskan bahwa berbohong adalah dilarang dalam Islam, namun begitu, ada dalam 3 kesempatan, tidak. Hal ini harus dibuat sangat jelas, bahwa HANYA dalam 3 kondisi tertentu di mana seorang muslim diperbolehkan untuk berbohong, tidak seperti perkataan orang Kristen yang mencoba untuk membuatnya tampak bahwa umat Islam SELALU diperbolehkan untuk berbohong.
Ketiga kondisi spesifik tersebut adalah sebagai berikut:
Sahih MuslimBook 032, Number 6303:
Humaid b. 'Abd al-Rahman b. 'Auf reported that his mother Umm Kulthum daughter of 'Uqba b. Abu Mu'ait, and she was one amongst the first emigrants who pledged allegiance to Allah's Apostle (may peace be upon him), as saying that she heard Allah's Messenger (may peace be upon him) as saying: A liar is not one who tries to bring reconciliation amongst people and speaks good (in order to avert dispute), or he conveys good. Ibn Shihab said he did not hear that exemption was granted in anything what the people speak as lie but in three cases: in battle, for bringing reconciliation amongst persons and the narration of the words of the husband to his wife, and the narration of the words of a wife to her husband (in a twisted form in order to bring reconciliation between them).
"Saya tidak mendengar Rasulullah saw. memberi keringanan pada suatu kebohongan kecuali tiga masalah: Seseorang yang membicarakan masalah dengan maksud mengadakan perbaikan (Islah); seseorang membicarakan masalah pada saat konflik perang (agar selamat), dan seseorang yang merayu istrinya begitu juga istri merayu suami.” (HR. Muslim)
Ada juga hadits yang menyatakan, Rasulullah bersabda: "Bukanlah pendusta orang yang ingin melerai konflik sesama, hingga orang tersebut berkata: semoga baik dan menjadi baik." (HR. Mutafaq Alaih)
Sehingga Anda dapat melihat, umat Islam diizinkan untuk hanya berbohong selama pertempuran, pada dasarnya dalam perang. Muslim diperbolehkan untuk berbohong untuk membawa perdamaian antara dua orang, dan juga ketika seorang istri dan suami yang berkelahi satu sama lain dan mereka berbohong untuk membawa mengakhiri masalah mereka.
Seperti yang Anda lihat, tidak ada yang salah atau ekstrim tentang ketiga jenis kebohongan itu? Selama perang, banyak orang akan berbohong, ini adalah tentang perang, jika musuh datang kepada Anda menanyakan Anda ke mana Anda prajurit lainnya, apakah Anda akan katakan padanya? Tentu saja tidak, dan jika Anda dipaksa untuk memberikan beberapa informasi kepada tentara musuh, Anda akan memberikan informasi palsu. Ini adalah sesuatu yang sangat umum selama perang, dan dipraktekkan oleh setiap tentara dan setiap prajurit yang sedang berlatih namun tidak ada yang mengatakan mereka melakukan kejahatan atau sesuatu yang buruk! Sungguh ironis Marinir Amerika yang membunuh, memerkosa, dan membom rakyat Irak yang tak berdosa malah dianggap sebagai pahlawan oleh banyak orang Kristen di barat karena mereka punya masalah dengan perintah dari Nabi Muhammad yang membolehkan orang untuk berbohong dalam perang!
0 Komentar untuk "[Islam] Meneliti isu Nabi Muhammad yang membolehkan umat Islam untuk berbohong"