Strategi dan taktik Islami dalam kehidupan sehari-hari di bidang tauhid, ibadah, akhlak, muamalah, dan siyasah.

Berfokus pada manajemen (ruang lingkup, waktu, finansial, dan mutu), dan penampilan terbaik alami dari karakter ruhani dan jasmani sesuai ajaran Islam.

~ Hamba Allah ~

Al Hambra, Granada, Andalusia, Spanyol - 1001 Inventions: Muslim heritage in our world. Foundation for Science, Technology, and Civilization

Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, Spectrum 3
Menata Keluarga Harmonis, Catatan Khusus: Meluruskan Riwayat Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah


Seperti diketahui bahwa sebagian orientalis yang membenci Islam dan umat Islam menyerang Pribadi Rasulullah dengan mempergunakan riwayat bahwa ‘Aisyah dinikahkan pada umur 6 tahun dan baru umur 9 tahun serumah dengan Nabi Muhammad Shallalahu ‘alaihi wa sallam. Mereka menuduh Rasulullah seorang yang menikah dengan anak di bawah umur (pedofil, red).

Ada dua pembelaan yang dapat dikemukakan dalam hal ini.
  1. Dengan asumsi bahwa hadits ‘Aisyah berumur 9 tahun dapat dijadikan hujjah dan,
  2. Jika hadits tentang umur ‘Aisyah bermasalah.

Jika kita mengasumsikan kehujjahan hadits umur ‘Aisyah tidak bermasalah, jalan paling objektif melihat umur pernikahan ‘Aisyah dengan Rasulullah adalah dengan mengkaji sebab pernikahan dan analisa sosiologis budaya Arab saat itu.

‘Aisyah dipersunting oleh Rasulullah berdasarkan perintah Allah melalui wahyu dalam mimpi beliau. Rasulullah mengisahkan mimpi beliau kepada ‘Aisyah, 

“Aku melihatmu dalam mimpiku selama tiga malam, ketika itu datang bersamamu malaikat yang berkata; “Ini adalah istrimu. Lalu aku singkap tirai yang menyembunyikan wajahmu, lalu aku berkata sesungguhnya hal itu telah ditetapkan di sisi Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Perlu dicatat ‘Aisyah juga merupakan istri Rasulullah satu-satunya yang dipersunting di waktu gadis dan muda. Keadaan ini sangat penting untuk menginformasikan kepada umat tentang berbagai aspek kehidupan keluarga yang membutuhkan arahan hukum dan suri tauladan Rasulullah.

Hal ini tidak mungkin bisa diinformasikan kecuali melalui orang terdekat yang serumah dengan beliau dan memiliki cukup waktu dan tenaga untuk mencatat dan mendakwahkannya kembali kepada umat. Adapun rahasia ilahi memilih ‘Aisyah untuk mengemban tugas ini. Menurut beberapa kajian, sepeninggal Rasulullah, ‘Aisyah mengisi hari-harinya dengan mengajarkan Al Qur’an  dan hadits dibalik hijab bagi kaum laki-laki dan perempuan.

Perlu ditambahkan juga usia pernikahan memang sangat relatif dari satu masyarakat ke masyarakat lain dan dari seorang gadis ke gadis lain demikian juga dari seorang pria ke pria lain. Untuk masyarakat perkotaan modern usia pernikahan seorang wanita berkisar dari 20 hingga 25 tahun. 25 tahun biasanya sudah dianggap terlambat dan puncaknya adalah 30, di atas 30 semakin berat seorang gadis melawan anggapan “gadis yang belum laku” atau “terlalu pilih-pilih alias jual mahal.”

Lain halnya dengan masyarakat pedesaan di mana banyak sekali gadis-gadis desa menikah tidak lama setelah lulus sekolah dasar (SD). Saat itu kebanyakan usianya berkisar antara 12 hingga 14 tahun. Boleh jadi masyarakat Arab Badui yang belum mengenal sekolah formal seperti saat ini tidak terlalu berbeda dari masyarakat pedesaan di Indonesia yang menikahkan putri-putrinya tidak lama setelah usia SD. Dari kualitas keilmuan dan kepandaiannya, ‘Aisyah menunjukkan ia jauh lebih dewasa dari umurnya dalam keilmuan dan kepribadian.

Di samping alasan pertama tadi ada baiknya kita lihat penelitian terhadap hadits ‘Aisyah seperti berikut ini. Hadits mengenai umur ‘Aisyah tatkala dinikahkan adalah problematis alias dhaif (lemah). Beberapa riwayat yang termaktub dalam buku-buku hadits berasal hanya satu-satunya dari Hisyam bin ‘Urwah yang didengarkan sendiri dari ayahnya. Cukup mengherankan juga, mengapa Hisyam satu-satunya orang yang pernah menyuarakan tentang umur ‘Aisyah ketika menikah dengan Rasulullah. Bahkan riwayat ini luput dari catatan Abu Hurairah dan Anas bin Malik yang dikenal banyak meriwayatkan hadits. Itupun baru diutarakan Hisyam tatkala telah bermukim di Iraq. Ia pindah dan bermukim di Iraq dalam usia 71 tahun.

Mengenai Hisyam ini, Ya’qub bin Syaibah berkata, “Apa yang dituturkan Hisyam sangat terpercaya, kecuali yang disebutkannya tatkala ia sudah pindah ke Iraq.” Syaibah menambahkan bahwa Anas bin Malik menolak penuturan Hisyam yang dilaporkan oleh penduduk Iraq. Di samping itu, termaktub pula dalam buku sketsa tentang kehidupan para perawi hadits, bahwa tatkala Hisyam berusia lanjut ingatannya sangat menurun (Al Maktabah At Thahiriyah, Jilid 4, hal 301). Hasilnya, riwayat umur pernikahan ‘Aisyah yang bersumber dari Hisyam bin ‘Urwah dapat ditolak (marduud).

Untuk selanjutnya terlebih dahulu dikemukakan beberapa peristiwa penting secara kronologis.

Tahun dan Peristiwa
Pra-610 M: Jaman Jahiliyah
610 M: Permulaan wahyu turun
610 M: Abu Bakar masuk Islam
613 M: Nabi Muhammad mulai menyiarkan Islam secara terbuka
615 M: Umat Islam Hijrah I ke Habasyah
616 M: Umar bin Khattab masuk Islam
620 M: ‘Aisyah menikah dengan Rasulullah
622 M: Hijrah ke Madinah
623/624 M: ‘Aisyah serumah sebagai suami istri dengan Rasulullah

Menurut Al Thabari, keempat anak Abu Bakar termasuk ‘Aisyah dilahirkan oleh istrinya pada jaman jahiliyah atau sebelum 610 M (Al Thabari, Tharikh al Mamluk, Jilid 4, hal. 50, Thabari meninggal 922 M).
Jika ‘Aisyah dinikahkan dalam umur 6 tahun, berarti ‘Aisyah lahir tahun 613 M. Padahal menurut Al Thabari semua keempat anak Abu Bakar lahir pada jaman jahiliyah, yaitu sebelum tahun 610 M. Dengan demikian berdasarkan atas catatan al Thabari, ‘Aisyah tidak dilahirkan pada tahun 613 M, melainkan sebelum tahun 610 M. Jadi kalau ‘Aisyah dinikahkan pada 620 M, maka beliau dinikahkan pada umur di atas 10 tahun dan hidup sebagai suami istri dengan Nabi Muhammad dalam umur di atas 13 tahun. Kalau di atas 13 tahun, dalam umur berapa? Untuk menjawab pertanyaan ini marilah kita menengok pada kakak perempuan ‘Aisyah yaitu Asma binti Abu Bakar.

Menurut Abdurrahman bin Abi Zannad, Asma berusia 10 tahun lebih tua dari ‘Aisyah (Al Zahabi, Muassasah al Risalah, jilid 2, hal. 289). Menurut Ibnu Hajar al ‘Atsqalani, Asma hidup hingga usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 Hijriyah (Al Atsqalani, Taqrib al Tahzib, hal 654). Artinya, apabila Asma meninggal dalam usia 100 tahun dan meninggal tahun 73 atau 74 H, maka Asma berumur 27 atau 28 tahun pada waktu Hijrah, sehingga ‘Aisyah berumur (27 atau 28) – 10 = 17 tahun atau 18 tahun pada waktu Hijrah. Dengan demikian berarti ‘Aiysah mulai hidup berumah tangga dengan Nabi Muhammad pada waktu berumur 19 atau 20 tahun. Wallahu ‘alam bis shawaab.

(Dr. Muhammad Syafii Antonio, M.Ec (Nio Gwan Chung), “Muhammad Saw The Super Leader Super Manager”, Cetakan 16, Agustus 2009, Hal. 321-323)
0 Komentar untuk "Muhammad Saw The Super Leader Super Manager, Spectrum 3
Menata Keluarga Harmonis, Catatan Khusus: Meluruskan Riwayat Pernikahan Rasulullah dengan Aisyah"

Back To Top